Sabtu, 13 Juli 2013

ASKEP OTITIS MEDIA AKUT



Definisi
            Otitis Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yang disebabkan karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah (Smeltzer, 2001).
            Otitis Media Akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah (Mansjoer,Arif,2001).

2.2       Etiologi
1.      Disfungsi atau sumbatan tuba eustachius merupakan penyebab utama dari otitis media yang menyebabkan pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba eustachius terganggu, sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga akan terganggu
2.      ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), inflamasi jaringan di sekitarnya (misal : sinusitis, hipertrofi adenoid), atau reaksi alergi (misalkan rhinitis alergika). Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besar kemungkinan terjadinya otitis media akut (OMA). Pada bayi, OMA dipermudah karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak horisontal.
3.      Bakteri
Bakteri yang umum ditemukan sebagai mikroorganisme penyebab adalah Streptococcus peumoniae, Haemophylus influenza, Moraxella catarrhalis, dan bakteri piogenik lain, seperti Streptococcus hemolyticus, Staphylococcus aureus, E. coli, Pneumococcus vulgaris.

2.3       Patofisiologi
            Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas (ISPA) yang diebabkan oleh bakteri, kemudian menyebar ke telinga tengah melewati tuba eustachius. Ketika bakteri memasuki tuba eustachius maka dapat menyebabkan infeksi dan terjadi pembengkakan, peradangan pada saluran tersebut. Proses peradangan yang terjadi pada tuba eustachius menyebabkan stimulasi kelenjar minyak untuk menghasilkan sekret yang terkumpul di belakang membran timpani.       Jika sekret bertambah banyak maka akan menyumbat saluran eustachius, sehingga pendengaran dapat terganggu karena membran timpani dan tulang osikel (maleus, incus, stapes) yang menghubungkan telinga bagian dalam tidak dapat bergerak bebas. Selain mengalami gangguan pendengaran, klien juga akan mengalami nyeri pada telinga.
            Otitis media akut (OMA) yang berlangsung selama lebih dari dua bulan dapat berkembang menjadi otitis media supuratif kronis apabila faktor higiene kurang diperhatikan, terapi yang terlambat, pengobatan tidak adekuat, dan adanya daya tahan tubuh yang kurang baik. 

2.4       Stadium
Stadium Otitis Media Akut dibagi menjadi :
1.      Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Terdapat gambaran retraksi/penonjolan membran tympani akibat tekanan negatif di dalam telinga tengah kadang berwarna normal atau keruh pucat. Efusi tidak dapat dideteksi. Sukar dibedakan dengan otitis media serosa akibat virus atau alergi.
2.      Stadium Hiperemis (Presupurasi)
Tampak pembuluh darah yang melebat di membran tympani atau seluruh membran tympani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat serosa sehingga sukar terlihat.
3.      Stadium Supurasi
Edem yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel ephitel superfisial. Serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membran tympani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.
4.      Stadium Perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi, maka akan terjadi ruptur membran tympani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar.


5.      Stadium Resolusi
Bila membran tympani tetap utuh, maka keadaan membran tympani perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan.
2.5       Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari OMA tergantung pada stadium penyakit dan umur klien.
a.       Stadium Hiperemi
·      Nyeri dan rasa penuh dalam telinga karena tertupnya tuba eustachius yang mengalami hiperemi dan edema
·      Demam
·      Pendengaran biasanya masih normal
b.      Stadium Oklusi
·      Nyeri dan demam bertambah hebat
·      Pada anak : panas tinggi disertai muntah, kejang, dan meningismus
·      Pendengaran mulai berkurang
c.       Stadium Supurasi
·      Keluar sekret dari telinga
·      Nyeri berkurang karena terbentuk drainase akibat membran timpani ruptur
·      Demam berkurang
·      Gangguan pendengaran bertambah karena terjadi gangguan mekanisme konduksi udara dalam telinga tengah
d.      Stadium Koalesen
Nyeri tekan pada daerah mastoid, dan akan terasa berat pada malam hari
e.       Stadium Resolusi
Pendengaran membaik atau kembali normal.

2.6       Terapi
Terapi tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal ditujukan untuk mengobati infeksi-infeksi saluran nafas atas, dengan pemberian antibiotik dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik.
·         Stadium Oklusi
Tujuan : membuka kembali tuba eustachius, sehingga tekanan berkurang di telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung, HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik (anak <12 tahun) atau HCl efedrin 1% (di atas 12 tahun dan pada orang dewasa).
·         Stadium Presupurasi
Obat tetes hidung dan analgetika, antibiotika (biasanya dari golongan penisilin/ampisilin).
·         Stadium Supurasi
Disamping antibiotika, idealnya harus disertai dengan miringotomi bila membran tympani masih utuh.
·         Stadium Perforasi
Obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat.
·         Stadium Resolusi
Membran tympani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi dan perforasi membran tympani menutup.

2.7       Komplikasi
1.      Peradangan telinga tengah (otitis media) yang tidak diberi terapi secara benar dan adekuat dapat menyebar ke jaringan sekitar telinga tengah termasuk ke otak, namun ini jarang terjadi setelah adanya pemberian antibiotik.
2.      Mastoiditis
3.      Kehilangan pendengaran permanen bila OMA tetap tidak ditangani
4.      Keseimbangan tubuh terganggu
5.      Peradangan otak          kejang

2.8       Pencegahan
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya OMA pada anak antara lain:
·         Pencegahan terjadinya ISPA pada bayi dan anak-anak
·         Pemberian ASI minimal selama enam bulan
·         Hindari pemberian susu botol ketika anak dalam keadaan berbaring
·         Hindari pajanan terhadap asap rokok



ASUHAN KEPERAWATAN


1.             Pengkajian
A.    Biodata
OMA dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan, danseringkali terjadi pada usia anak.
B.     Keluhan
Klien dengan Otitis Media Akut datang dengan keluhan nyeri pada telinga bagian tengah.
C.     Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya alasan klien Otitis Media Akut datang memeriksakan diri ke rumah sakit yaitu adanya nyeri pada telinga tengah disertai terganggunya fungsi pendengaran.
D.    Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya.
        Tanyakan tindakan apa yang telah dilakukan.
E.     Pemeriksaan Fisik
·         Otoskopi
-       Perhatikan adanya lesi pada telinga luar
-       Amati adanya oedema pada membran tympani Periksa adanya pus dan ruptur pada membran tympani
-       Amati perubahan warna yang mungkin terjadi pada membran tympani
·         Tes bisik
Dengan menempatkan klien pada ruang yang sunyi, kemudian dilakukan tes bisik, pada klien dengan OMA dapat terjadi penurunan pendengaran pada sisi telinga yang sakit
·         Tes garpu tala
-       Tes Rinne
Pada uji rinne didapatkan hasil negatif
-       Tes Weber
Pada tes weber didapatkan lateralisasi ke arah telinga yang sakit
2.             Diagnosa Keperawatan
1.   Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses peradangan pada telinga tengah
2.   Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran.
3.   Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran.
4.    Cemas berhubuangan dengan nyeri yang semakin memberat

3.             Intervensi Keperawatan
1.      Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses peradangan pada telinga tengah
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
·        Nyeri yang dirasakan kien berkurang dengan skala 2-0 dari rentang skala 0-10
Intervensi Keperawatan :
a.      Ajarkan teknik relaksasi pada klien dengan mengajarkan teknik relaksasi (misalnya bernafas perlahan, teratur, atau nafas dalam)
b.      Kolaborasikan dengan tim medis dalam pemberian analgetik
c.      Kaji kembali nyeri yang dirasa oleh klien setelah 30 menit pemberian analgetik
d.      Beri informasi kepada klien dan keluarga tentang penyebab yeri yang dirasa
Rasional :
a.      Teknik relaksasi yang benar dan efektif dapat membantu mengurangi nyeri yang dirasa
b.      Analgetik dapat menekan pusat saraf rasa nyeri, sehingga nyeri dapat berkurang
c.      Untuk mengetahui keefektifan pemberian analgetik
d.      Informasi yang cukup dapat mengurangi kecemasan yang dirasa oleh klien dan keluarga

2.      Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran.
Tujuan :  Klien dapat kembali mendengar dan melakukan komunikasi
Kriteria hasil :
·        Klien dapat melakukan komunikasi dengan baik
·        Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasi tulisan, bahasa lambang, berbicara dengan jelas pada telinga yang baik.
Intervensi Keperawatan :
a.      Dapatkan apa metode komunikasi yang dinginkan dan catat pada rencana perawatan metode yang digunakan oleh staf dan klien, seperti : tulisan, berbicara, ataupun bahasa isyarat.
b.      Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal.
-    Jika ia dapat mendegar pada satu telinga, berbicara dengan perlahan dan dengan jelas langsung ke telinga yang baik (hal ini lebih baik daripada berbicara dengan keras).
·        Tempatkan klien dengan telinga yang baik berhadapan dengan pintu.
·        Dekati klien dari sisi telinga yang baik.
-         Jika klien dapat membaca ucapan :
·        Lihat langsung pada klien dan bicaralah lambat dan jelas.
·        Hindari berdiri di depan cahaya karena dapat menyebabkan klien tidak dapat membaca bibi anda.
-         Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien.
·        Minimalkan percakapan jika klien kelelahan atau gunakan komunikasi tertulis.
·        Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya.
-         Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan penerjemah. Alamatkan semua komunikasi pada klien, tidak kepada penerjemah. Jadi seolah-olah perawat sendiri yang langsung berbicara kepada klien dnegan mengabaikan keberadaan penerjemah.
c.      Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran dan pemahaman.
·        Bicara dengan jelas, menghadap individu.
·        Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan.
·        Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi.
·        Validasi pemahaman individu dengan mengajukan pertanyaan yang memerlukan jawaban lebih dari ya dan tidak.
Rasional :
a.      Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klien maka metode yang akan digunakan dapat disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan klien.
b.      Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapat diterima dengan baik oleh klien.
c.      Memungkinkan komunikasi dua arah anatara perawat dengan klien dapat berjalan dnegan baik dan klien dapat menerima pesan perawat secara tepat.

3.        Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran.
Tujuan :   Persepsi / sensoris baik.
Kriteria hasil.
·        Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris pendengaran sampai pada tingkat fungsional.


Intervensi Keperawatan :
a.      Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran secara tepat.
b.      Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang aman dalam perawatan telinga (seperti: saat membersihkan dengan menggunakan cutton bud secara hati-hati, sementara waktu hindari berenang ataupun kejadian ISPA) sehingga dapat mencegah terjadinya ketulian lebih jauh.
c.      Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.
d.      Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan (baik itu antibiotik sistemik maupun lokal).
Rasional :
a.      Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipe gangguan/ketulian, pemakaian serta perawatannya yang tepat.
b.      Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka pendengaran yang tersisa sensitif terhadap trauma dan infeksi sehingga harus dilindungi.
c.      Diagnosa dini terhadap keadaan  telinga atau terhadap masalah-masalah  pendengaran rusak secara permanen.
d.      Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapat menyebabkan organisme sisa resisten sehingga infeksi akan berlanjut.

4.   Cemas berhubuangan dengan nyeri yang semakin memberat
Tujuan :  Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
·        Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.
·        Respon klien tampak tersenyum.

Intervensi  Keperawatan :
a.      Berikan informasi kepada klien seputar kondisinya dan gangguan yang dialami.
b.      Diskusikan dengan klien mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi pendengarannya untuk mempertahankan harapan klien dalam berkomunikasi.
c.      Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernah mengalami gangguan seperti yang dialami klien untuk memberikan dukungan kepada klien.
d.      Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang tersedia yang dapat membantu klien.
Rasional :
a.      Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan efektif tanpa menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangi rasa cemasnya.
b.      Harapan-harapan yang tidak realistik tidak dapat mengurangi kecemasan,  justru malah menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat.
c.      Memungkinkan klien untuk memilih metode komunikasi yang paling tepat untuk kehidupannya sehari-hari disesuaikan dnegan tingkat keterampilannya sehingga dapat mengurangi rasa cemas dan frustasinya.
d.      Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang sama akan sangat membantu klien.

DAFTAR PUSTAKA


1.      Mansjoer Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Indonesia.Jakarta.
2.        Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. 1998. Buku Ajar Ilmu penyakit THT. FKUI : Jakarta.
3.        Sjamsuhidajat & Wim De Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta.
http://pediatrics.uchicago.edu/chiefs/ClinicCurriculum/documents/AcuteOtitisMedia-Hersman.pdf, 3 Oktober 2011.