BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan
terhadap nutrien dan oksigen. Mekanisme yang mendasar tentang gagal jantung
termasuk kerusakan sifat kontraktil dari jantung, yang mengarah pada curah
jantung kurang dari normal. Kondisi umum yang mendasari termasuk
aterosklerosis, hipertensi atrial, dan penyakit inflamasi atau degeneratif otot
jantung. Sejumlah faktor sistemik dapat menunjang perkembangan dan keparahan
dari gagal jantung. Peningkatan laju metabolik (misalnya ;demam, koma,
tiroktoksikosis), hipoksia dan anemia membutuhkan suatu peningkatan curah
jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
Di negara – negara berkembang, penyebab tersering
adalah penyakit arteri koroner yang menimbulkan infark miokard dan tidak
berfungsinya miokardium (kardiomiopati iskemik). Penyebab paling sering adalah
kardiomiopati alkoholik, miokarditis viral (termasuk infeksi HIV) dan
kardiomiopati dilatasi tanpa penyebab pasti (kardiomiopati idiopatik).
Hipertensi tetap merupakan penyebab gagal jantung kongestif yang penting.
Selain itu penyakit katup jantung juga merupakan penyebab gagal jantung, namun
saat ini agak jarang penyakit katup jantung menyebabkan gagal jantung. Stenosis
aorta masih tetap merupakan penyebab yang sering dan dapat diperbaiki.
Prevalensi gagal jantung di negara berkembang cukup tinggi
dan makin meningkat. Oleh karena itu gagal jantung merupakan masalah kesehatan
yang utama. Setengah dari pasien yang terdiagnosis gagal jantung masih punya
harapan hidup 5 tahun(4). Penelitian Framingham menunjukkan mortalitas 5 tahun
sebesar 62% pada pria dan 42% wanita.
Berdasar perkiraan tahun 1989, di Amerika terdapat 3 juta
penderita gagal jantung dan setiap tahunnya bertambah 400.000 orang. Walaupun
angka-angka yang pasti belum ada untuk seluruh Indonesia, dapat diperkirakan
jumlah penderita gagal jantung akan bertambah setiap tahunnya.
Terdapat dua jenis penyakit gagal jantung, yaitu gagal
jantung preload dan gagal jantung afterload. Gagal
jantung preload cenderung
mengakibatkan pengumpulan darah yang mengalir ke bagian kanan jantung. Sehingga
hal ini menyebabkan pembengkakan di kaki, pergelangan kaki, tungkai, perut
(ascites), dan hati (hepatomegali). Tanda lainnya adalah mual, muntah,
keletihan, detak jantung cepat serta sering buang air kecil (urin) dimalam hari
(nocturia).
Berdasarkan ulasan diatas, maka
kelompok kami akan membahas makalah mengenai Asuhan Keperawatan dengan Penyakit
Gagal Jantung Preload atau yang lebih
dikenal dengan Penyakit Gagal Jantung Kanan.
1.2. Tujuan
1.
Tujuan
Umum
Dapat memahami dan mengaplikasikan
asuhan keperawatan secara komprehensif dengan kasus Gagal Jantung Preload atau yang lebih dikenal dengan
Gagal Jantung Kanan
2.
Tujuan
Khusus
1. Dapat
mengetahui secara konsep tentang Gagal Jantung Preload, yaitu meliputi : Defenisi, etiologi, manifestasi klinis,
pemeriksaan diagostik, penatalaksanaan, komplikasi, dan Web Of Caution.
2. Dapat
mengidentifikasi proses asuhan keperawatan secara komprehensif pada pasien
dengan Gagal Jantung Preload,
meliputi : Pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi dan
rasional.
1.3. Manfaat
1. Diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam proses
pembelajaran pada khususnya dan pembaca
pada umumnya.
2. Dapat menjadi referensi ilmu bagi fakultas keperawatan
dalam rangka pengembangan sumber daya manusia.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Defenisi
Gagal jantung preload adalah kegagalan ventrikel kanan menyebabkan kemacetan dari
kapiler sistemik. Hal ini membantu untuk menghasilkan akumulasi kelebihan
cairan dalam tubuh (News Medical, 2010).
Gagal jantung kanan atau preload adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh cor
pulmonalis, yaitu karena suatu trauma, maka kantung pembungkus jantung
terisi banyak darah sehingga jantung menjadi tertekan (Emmy, 2007).
2.2. Etiologi
Emmy (2007), menjelaskan bahwa terjadinya gagal jantung preload dapat disebabkan:
1. Hipertensi pulmonal, yang akan
mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan pulmonary dan mengakibatkan beban
ventrikel kanan meningkat sehingga menimbulkan gagal jantung preload.
2. Gagal jantung kiri, mengakibatkan
terjadinya peningkatan tekanan pulmonary berdampak pada beban ventrikel kanan yang
meningkat sehingga menimbulkan gagal jantung preload
3. COPD,
menimbulkan pembesaran paru-paru sehingga terjadi vasokontriksi pembuluh darah
pulmonal sehingga beban ventrikel kanan meningkat dan
menimbulkan gagal jantung preload.
4. Sumbatan
arteri pulmonal, mengakibatkan aliran darah ventrikel kanan terbendung sehingga
memicu terjadinya beban
pada ventrikel kanan meningkat sehingga gagal jantung preload terjadi.
5. Infark miokardium di ventrikel
kanan, mengakibatkan terjadinya penurunan kontraktilitas ventrikel sehingga
beban pada
ventrikel kanan meningkat dan menimbulkan gagal jantung preload.
6. Gangguan katup jantung,
mengakibatkan gangguan aliran darah dalam jantung kanan sehingga memicu
terjadinya beban pada ventrikel kanan meningkat dan menimbulkan gagal jantung preload.
2.3. Manifestasi Klinis
News Medical (2010), menjelaskan
mengenai manifestasi klinis pada gagal jantung preload, dikarenakan terjadinya
kegagalan ventrikel kanan menyebabkan kemacetan dari kapiler sistemik. Hal
ini membantu untuk menghasilkan akumulasi kelebihan cairan dalam tubuh. Hal ini
menyebabkan pembengkakan di bawah kulit (disebut edema perifer atau anasarca)
dan biasanya mempengaruhi bagian-bagian tubuh tergantung pertama (menyebabkan
kaki dan pergelangan kaki bengkak pada orang yang berdiri, dan edema sakral
pada orang yang umumnya berbaring). Nokturia (sering buang air kecil malam
hari) dapat terjadi ketika cairan dari kaki dikembalikan ke aliran darah sambil
berbaring di malam hari. Dalam kasus semakin parah, asites (penimbunan cairan
dalam rongga perut menyebabkan pembengkakan) dan hepatomegali (pembesaran hati)
dapat berkembang. Kemacetan hati yang signifikan dapat mengakibatkan gangguan
fungsi hati, dan penyakit kuning dan bahkan koagulopati (masalah penurunan
pembekuan darah) mungkin terjadi.
Menurut Deddy (2009), bahwa
manifestasi klinis pada pasien dengan Gagal Jantung Preload, yaitu :
1. Oedem
tumit dan dan tungkai bawah.
2. Hati
membesar dan lunak, nyeri tekan (hepatomegali).
3. Bendungan
pada vena jugularis (JVP meningklat), pulsasi vena jugularis.
4. Gangguan
gastrointestinal, yaitu : Kembung, anorexia, nausea.
5. BB
meningkat (oedem)
6. Asites
7. Perasaan
tidak enak pada epigastrium.
8. Ataupun
tanda lain dari dari penyakit jantung yang menyertai.
2.4. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Dongoes
(2000), menjelaskan
bahwa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa CHF
(congestive heart failure) yaitu:
1. Elektrokardiogram
(EKG)
Deviasi aksis ke kanan, right bundle block, dan hipertopi
ventrikel kanan menunjukan disfungsi ventrikel kanan.
2. Sonogram
(ekocardiogram, ekokardiogram doppler)
Mungkin menunjukkan adanya
penurunan fraksi ejeksi ventrikel kanan, pembesaran ventrikel dan abnormalitas
katup trikuspidalis.
3. Kateterisasi
jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi
dan membantu membedakan gagal jantung kanan dan gagal jantung kiri dan stenosis
katup atau insufisiensi.
4. Foto
Thoraks
Terlihat tromboemboli paru kronik
sehingga terjadi kongesti menyebabkan edema perifer, hepatomegali, dan distensi
vena jugularis
5. Elektrolit
Mungkin berubah karena perpindahan
cairan/penurunan fungsi ginjal, terapi diuretik.
6. Analisa
gas darah (AGD)
Terdapat anemia, peningkatan
natriuretic, dan peptide meningkat pula.
2.5. Penatalaksanaan
Panji (2010), menjelaskan penatalaksanaan
pada penyakit gagal jantung preload, meliputi : Medikamentosa, yaitu :
1. Obat
pertama : Menurunkan preload : Furosemide : 20-40 mg/hari (kasus ringan) : 40-80mg/hari
(kasus berat), dan Isosorbid (cedocard)
2. Obat
alternative : -
Menurut Mansjoer (2001), prinsip
penatalaksanaan gagal jantung secara umum adalah :
1. Meningkatkan
oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi O2
melalui istirahat/pembatasan aktivitas.
2. Memperbaiki
kontraktilitas otot jantung.
Mengatasi keadaan yang reversibel,
termasuk tirotoksikosis, miksidema, dan aritmia. Digitalisasi :
a. Dosis
digitalis : Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 – 2 mg dalam 4-6 dosis
selama 24 jam dan dilanjutkan 2 x 0.5 mg selama 2-4 hari, Digoksin iv
0,75-1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam. Cedilanid iv 1,2-1,6 mg dalam 24 jam.
b. Dosis
penunjang untuk gagal jantung : digoksin 0,25 mg sehari.Untuk pasien usia
lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan.
c. Dosis
penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg.
d. Digitalisasi
cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut yang berat : Digoksin 1-1,5
mg iv perlahan lahan. Cedilanid 04-0,8 mg iv perlahan lahan.
3. Menurunkan
beban jantung
Menurunkan beban awal dengan diet
rendah garam, diuretic dan vasodilator
a. Diet
rendah garam
Pada gagal jantung dengan NYHA
kelas IV, penggunaan diuretic, digoksin dan penghambat angiotensin converting
enzyme (ACE), diperlukan mengingat usia harapan hidup yang pendek.Untuk gagal
jantung kelas II dan III diberikan :
1) Diuretik
dalam dosis rendah atau menengah (furosemid 40-80 mg)
2) Digoksin
pada pasien dengan fibrilasi atrium maupun kelainan sinus
3) Penghambat
ACE (captopril mulai dari dosis 2 X 6,25 mg atau setara penghambat ACE yang
lain,dosis ditingkatkan secara bertahap dengan memperhatikan tekanan darah
pasien); isorbid dinitrat (ISDN) pada pasien dengan kemampuan aktivitas yang
terganggu atau adanya iskemia yang menetap,dosis dimulai 3 X 10-15 mg.Semua
obat harus dititrasi secara bertahap.
b. Diuretik
Yang digunakan furosemid 40-80 mg. Dosis
penunjang rata-rata 20 mg. Efek samping berupa hipokalemia dapat diatasi dengan
suplai garam kalium atau diganti dengan spironolakton. Diuretik lain yang dapat
digunakan antara lain hidroklorotiazid, klortalidon, triamteren, amilorid, dan
asam etakrinat.
Dampak diuretic yang mengurangi
beban awal tidak mengurangi curah jantung atau kelangsungan ,tapi merupakan
pengobatan garis pertama karena mengurangi gejala dan pengobatan dan perawatan
di rumah sakit.Penggunaan penghambat ACE bersama diuretic hemat kalium harus
berhati hati karena memungkinkan timbulnya hiperkalemia.
c. Vasodilator
1) Nitrogliserin
0,4-0,6 mg sublingual atau 0,2-2 μg/kg BB/menit iv.
2) Nitroprusid
0,5-1 μg/kgBB/menit iv
3) Prazosin
per oral 2-5 mg
4) Penghambat
ACE: kaptopril 2 X 6,25 mg.
Prosedur Tetap Penanganan Gagal
Jantung :
a. Segera
baringkan ke tempat tidur, dengan posisi ½ duduk
b. Berikan
O2 3-6 liter/menit
c. Digitalisasi
misalkan dengan
1) Cedilanid
IV 1,2-1,6 mg/24 jam
2) Digoxin
IV 0,75– 1mg dalam 4 dosis/24 jam atau oral 0,5-2mg dalam 4 dosis/24 jam
dilanjut 2x0,5mg selama 2-4 hari.
d. Pasang
infus Dextrose 5% atau NaCl 0,9% dapat ditambahkan aminofilin 1-2 ampul.
Aminofilin dapat juga diberikan bolus 1 ampul IV pelan.
e. Dapat
diberikan lasix 1-2 ampul IV (40-80mg) dosis penunjang rata-rata 20mg
f. Beri
tablet Kalium (Aspar K atau KSR)
g. Untuk
NYHA kelas III dan IV dirawat di ICU
2.6. Prognosis
Panji (2010), menyebutkan bahwa
untuk prognosis gagal jantung preload tergantung pada :
1. Beratnya penyakit dasar
2. Kecepatan respons terhadap
pengobatan
3. Umur
4. Tingkat pembesaran jantung
5. Luasnya kerusakan moikard
2.7. Komplikasi
Tiwi Wulan Sari (2011), berpendapat
bahwa komplikasi yang timbul dari penyakit Gagal Jantung Preload, yaitu :
1. Efusi
Pleura
Merupakan akibat dari peningkatan
tekanan dikapiler pleura, transudasi dari kapiler ini memasuki rongga pleura.
Efusi pleura ini biasanya terjadi pada lobus sebelah kanan bawah
2. Arrhytmia
Pasien dengan gagal jantung preload memiliki resiko tinggi mengalami
aritmia, hampir setengah kejadian kematian jantung mendadak disebabkan oleh
ventrikuler arrhythmia
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan / Keperawatan
a. Keluhan Utama :
1) Lemah beraktifitas
2) Sesak nafas
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
1) Penyebab kelemahan fisik setelah
melakukan aktifitas ringan sampai berat.
2) Seperti apa kelemahan melakukan
aktifitas yang dirasakan, biasanya disertai sesak nafas.
3) Apakah kelemahan fisik bersifat lokal
atau keseluruhan system otot rangka dan apakah disertai ketidakmampuan dalam
melakukan pergerakan.
4) Bagaimana nilai rentang kemampuan
dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
5) Kapan timbulnya keluhan kelemahan
beraktifitas, seberapa lamanya kelemahan beraktifitas, apakah setiap waktu,
saat istirahat ataupun saat beraktifitas.
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
1) Apakah sebelumnya pernah menderita
nyeri dada, darah tinggi, DM, hiperlipidemia.
2) Obat apa saja yang pernah diminum
yang berhubungan dengan obat diuretic, nitrat, penghambat beta serta
antihipertensi. Apakah ada efek samping dan alergi obat.
d. Riwayat Keluarga :
Penyakit
apa yang pernah dialami keluarga dan adakah anggota keluarga yang meninggal,
apa penyebab kematiannya.
e. Riwayat Pekerjaan dan Kebiasaan :
1) Situasi tempat kerja dan
lingkungannya
2) Kebiasaan dalam pola hidup pasien.
3) Kebiasaan merokok
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Didapatkan
kesadaran baik atau compos mentis dan berubah sesuai tingkat gangguan yang
melibatkan perfusi system saraf pusat
b. Breathing
1) Terlihat sesak
2) Frekuensi nafas melebihi normal
c. Bleeding
1) Inspeksi : adanya parut, keluhan
kelemahan fisik, edema ekstrimitas.
2) Palpasi : denyut nadi perifer
melemah, thrill
3) Perkusi : Pergeseran batas jantung
4) Auskultasi : Tekanan darah menurun,
bunyi jantung tambahan
d. Brain
1)
Kesadaran biasnya compos mentis
2)
Sianosis perifer
3) Wajah meringis, menangis, merintih, meregang
dan menggeliat.
e. Bladder
1) Oliguria
2) Edema ekstrimitas
f. Bowel
1) Mual
2) Muntah
3) Penurunan nafsu makan
4) Berat badan meningkat
g. Bone
1) Kelemahan
2) Kelelahan
3) Tidak dapat tidur
4) Pola hidup menetap
5) Jadwal olahraga tak teratur
h. Psikososial
1) Integritas ego : menyangkal, takut
mati, marah, kuatir.
2) Interaksi social : stress karena
keluarga, pekerjaan, kesulitan biaya ekonomi, kesulitan koping.
3.2. Analisa Data
Analisa
data adalah kemampuan mengaitkan dan mengabungkan data dengan konsep teori dan
prinsif yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah
kesehatan dan keperawatan klien. Merupakan suatu proses berfikir yang meliputi
kegiatan pengelompokan data dan menginterprestasikan kelompok data dan
membandingkan dengan standar yang normal serta menentukan masalah atau penyimpangan
yang merupakan suatu kesimpulan. (Nezz, 2010)
3.3. Diagnosa Keperawatan
Khaidir
(2009), mengemukakan bahwa diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan
gagal jantung khususnya yaitu gagal jantung preload,
yaitu :
1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan
dengan kongesti paru sekunder perubahan membrane kapiler alveoli dan retensi
cairan interstitial.
2. Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan kongesti vaskuler pulmonalis dan perpindahan cairan ke ekstra vaskuler.
3. Risiko kambuh berhubungan dengan ketidaktahuan
mengenai perawatan gagal jantung.
3.4. Intervensi dan Rasional
1. Diagnosa keperawatan : Kerusakan
pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru sekunder perubahan membrane
kapiler alveoli dan retensi cairan interstitial.
Tujuan :
Dalam waktu 3 x 24 jam tidak ada keluhan sesak atau terdapat penurunan respons
sesak nafas.
Kriteria :
Secara subjektif pasien menyatakan penurunan sesak nafas, secara objektif
didapatkan TTV dalam batas normal (RR 16-20 kali/menit), tidak ada penggunaan otot
bantu nafas, analisis gas darah dalam batas normal.
Intervensi
:
a. Berikan tambahan O2 6
liter/menit
Rasional :
Untuk meningkatkan konsentrasi O2 dalam proses pertukaran gas
b. Pantau saturasi (oksimetri) Ph, BE,
HCO3 (dengan BGA)
Rasional :
Untuk mengetahui tingkat oksigenasi pada jaringan sebagai dampak adekuat
tidaknya proses pertukaran gas
c. Koreksi keseimbangan asam basa
Rasional :
Mencegah asidosis yang dapat memperberat fungsi pernafasan
d. Cegah atelektaksis dengan melatih
batuk efektif dan nafas dalam
Rasional : Kongesti yang berat akan memperburuk proses pertukaran gas sehingga berdampak pada timbulnya hipoksia.
Rasional : Kongesti yang berat akan memperburuk proses pertukaran gas sehingga berdampak pada timbulnya hipoksia.
e. Kolaborasi : (RL 500 cc/24 jam,
digoxin 1-0-0, dan furosemid 2-1-0)
Rasional :
Meningkatkan kontraktilitas otot jantung sehingga dapat mengurangi timbulnya
edema dan dapat mencegah gangguan pertukaran gas. Serta membantu mencegah
terjadinya retensi cairan dengan menghambat ADH.
2. Diagnosa keperawatan : Kelebihan
volume cairan berhubungan dengan kongesti vaskuler pulmonalis dan perpindahan
cairan ke ekstra vaskuler.
Tujuan :
Dalam waktu 3 x 24 jam tidak terjadi kelebihan volume cairan sistemik.
Kriteria :
Pasien tidak sesak nafas, edema ekstremitas berkurang, pitting edema (-),
produksi urine > 600 ml/hari.
Intervensi
:
a. Kaji tekanan darah
Rasional :
Sebagai salah satu cara untuk mengetahui peningkatan jumlah cairan yang dapat
diketahui dengan meningkatkan beban kerja jantung yang dapat diketahui dari
meningkatnya tekanan darah.
b. Kaji distensi vena jugularis
Rasional :
Peningkatan cairan dapat membebani fungsi ventrikel kanan yang dapat dipantau
melalui pemeriksaan tekanan vena jugularis.
c. Timbang BB
Rasional :
Perubahan tiba-tiba berat badan menunjukkan gangguan keseimbangan cairan.
d. Beri posisi yang membantu drainage
ekstrimitas dan latihan gerak pasif.
Rasional :
Meningkatkan venous return dan
mendorong berkurangnya edema perifer.
e. Periksa laboratorium elektrolit
kalium.
Rasional :
Hipokalemia dapat membatasi keefektifan terapi.
3. Risiko kambuh berhubungan dengan
ketidaktahuan mengenai nutrisi pada perawatan gagal jantung.
Tujuan :
Dalam waktu 1 x 24 jam pasien mengenal faktor-faktor yang menyebabkan
peningkatan resiko kekambuhan.
Kriteria :
Pasien secara subjektif menyatakan bersedia dan termotivasi untuk melakukan
aturan terapeutik jangka panjang dan mau menerima perubahan pola hidup yang
efektif, pasien mampu mengulang faktor-faktor resiko kekambuhan.
Intervensi
:
a. Diskusikan mengenai fungsi normal
jantung.
Rasional :
Pasien lebih paham tentang fungsi normal jantung
b. Jelaskan manfaat diet rendah garam,
rendah lemak dan mempertahankan berat yang ideal.
Rasional :
Pasien mengerti bahwa peningkatan berat badan merupakan factor yang meningkatkan beban jantung dalam
melakukan kontraksi.
c. Jelaskan kepada klien dan keluarga
mengenai faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko kambuh.
Rasional :
Pasien memahami faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko kekambuhan.
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Gagal jantung preload adalah kegagalan ventrikel kanan menyebabkan kemacetan dari
kapiler sistemik. Hal ini membantu untuk menghasilkan akumulasi kelebihan
cairan dalam tubuh.
Gagal jantung kanan atau preload adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh cor
pulmonalis, yaitu karena suatu trauma, maka kantung pembungkus jantung
terisi banyak darah sehingga jantung menjadi tertekan.
Terjadinya
gagal jantung preload dapat
disebabkan :
Hipertensi
pulmonal,
gagal
jantung kiri, COPD, sumbatan arteri pulmonal, infark miokardium di ventrikel
kanan, dan gangguan katup jantung.
A.
Saran
Kita
sebagai perawat sebaiknya memahami dan dapat mengaplikasikan segala sesuatu
yang terdapat dimakalah ini agar terciptanya perawat yang professional dalam
menerapakan asuhan keperawatan secara komprehensif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar