BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Penyakit
kardivaskuler merupakan penyakit epidemi di Amerika Serikat.sekitar 6 juta
orang Amerika terkena beberapa penyakit jantung atau pembuluh darah. Penyakit
kardivaskuler merupakan penyebab kematian nomer satu di Amerika Serikat. Setiap
tahunnya hampir hampir 1 juta orang meninggal akibat gangguan
kardiovaskuler.Menurut Amerikan Heart Association, semakin banyak kematian yang
yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler dibandingkan dengan gabungan
ketujuh penyebab kematian utama berikutnya. Hal ini menunjukan terjadinya satu
kematian akibat penyakit kardiovaskuler setiap 33 detik.
Penyakit kardiovaskuler juga merupakan penyebab kematian
yang terutama di indonesia. Sindrom Koroner Akut (Acute Coronary Syndrome-ACS)
menyebabkan angka perawatan Rumah Sakit yang sangat besar dalam tahun 2003 di
pusat Jantung Nasional, Dan merupakan masalah utama saat ini.
IMA dengan elevasi ST (ST elevation myokardial
infarction-STEMI) merupakan bagian dari spektrum sindrom koroner akut (SKA)
yang terdiri dari angina pectoris tak stabil.IMA tanpa elevasi ST dan IMA dengan
elevasi ST.
Dan di sini kita akan membahas IMA dengan Elevasi ST
atau ST Elevation Myokardial Infarction. Mulai dari apa itu STEMI,bagaimana
Etiologi, patofisiologi,WOC dan lain lain sampai Asuhan Keperawatannya.
1.2
Tujuan
1.2.1
Tujuan
Umum
Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan
mengaplikasikan penyakit ST Elevation Myokardinal Infarcktion-STEMI
1.2.2
Tujuan
Khusus
1. Mahasiswa
dapat menjelaskan definisi dari STEMI
2. Mahasiswa
dapat menjelaskan etiologi atau penyebab dari STEMI
3. Mahasiswa
mampu menjelaskan patofisiologi/WOC dari STEMI
4. Mahasiswa
mampu membuwat Asuhan Keperawatan yang tepat pada pasien dengan kasus STEMI
1.3
Manfaat
Dengan disusunya makalah ini di harapkan bisa menambah
pengetahuan mahasiswa dan bisa dijadikan bahan pembelajaran buat institusi
umumnya dan mahasiswa khususnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.
PENGERTIAN
Infark Miokard Akut (IMA) didefinisikan
sebagai nekrosis miokardium yang disebabkan tidak adekuatnya pasokan darah
akibat sumbatan akut pada arteri koroner. Sumbatan ini sebagian besar
disebabkan oleh ruptur plak ateroma pada arteri koroner yang kemudian diikuti
oleh terjadinya trombopsis, vasokonstriksi, dan reaksi inflamasi. Kadang-kadang
sumbatan akut ini dapat pula disebabkan oleh spasme arteri koroner, emboli atau
vaskulitis.(Arif muttaqin,2009)
Myocardial Infark adalah kematian
jaringan otot myokard. Myokard Infark merupakan sumbatan total pada arteri
koronaria. Sumbatan ini mungkin kecil dan focal atau besar dan difus. Pembuluh
yang sering terkana adalah koronaris kiri, percabangan anterior kiri dan arteri
circumflek.(faqih ruhyanudin,2007)
2.
ETIOLOGI
1. Coronary
Arteri Disease: aterosklerosis, artritis, trauma pada koroner, penyempitan
arteri koroner karena spasme atau desecting aorta dan arteri koroner.
2. Coronary
artery emboli: infektive endokarditis, cardiac mycxoma, cardiopulmonal bypass
surgery, arteriography koroner.
3. Keleinan
konginetal: anomali koronaria.
4. Ketidakseimbangan
suplai oksigen dan kebutuhan miokard: tirotoksikosis, hipotensi kronis,
keracunan karbon monoksida, stenosis atau insufisiensi aorta.
5. Gangguan
hematologi: anemia, hypercoagulabity, trombosis, trombositosis.
3.
MANIFASTASI
KLINIS
1. Nyeri
dada menetap, nyeri dada bagian tengah dan epigastrium tidak hilang dengan
istirahat atau nitrat, nyeri menyebar secara luas : dapat menyebabkan aritmia, hipotensi,
shock, gagal jantung.
2. Banyak
keringat, kulit lembab dengan muka pucat
3. Tekanan
darah menurun
4. Dyspnea,
kelemahan dan membuat pingsan
5. Nausea
dan vomiting
6. Cemas
dan gelisah
7. Takikardi
atau bradikardi
8. Gejala
yang jarang dikeluhkan kelelahan berat, abdominal distress atau epigastrik, nafas
pendek.
4.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
1. IMA
dengan elevasi ST ditegakkan berdasarkan anamnesis nyeri dada yang khas dan
gambaran EKG adanya elevasi ST >2mm, minimal pada 2 sadapan prekordial yang
berdampingan atau ≥1mm pada 2 sadapn ektrimitas.
Gambaran EKG
berubah ( di dalam 2-12 jam, tetapi ada juga sampai 72-96 jam).
2. Pemeriksaan
enzim jantung, terutama troponin T yang meningkat 3-6 jam pasca serangan dan
tetap tinggi selama 14-21 hari. Kadar kardiak troponin I meningkat 14 jam pasca
serangan dan tetap tinggi untuk 5-7 hari pasca serangan.
3. Peningkatan
kadar serum isoenzim darah : CPK (Creatine Phospokinase) meningkat dalam 2-6
jam pasca serangan dan mencapai kadar puncak pada 24 jam pertama pasca serangan
kadar CPK menurun setelah hari ke 2-3. Kadar SGOT terdeteksi setelah 8 jam
serangan kadarnya meningkat hingga 24-48 jam dan menurun pada hari 3-4. Kadar LDH
meningkat pada hari ke 2-3 kemudian normal kembali pada hari ke 5-6. Kadar CK-MB
meningkat 2-3 jam pasca serangan dan mencapai puncaknya pada 12 jam pasca
serangan.
4. Radionuclide
imaging-mengetahui area yang terjadi penurunan perfusi sebagai cold spot yang
terlihat di area ischemia dan infark.
5. Interview
untuk mengetahui riwayat penyakit.
5.
PENATALAKSANAAN
Tatalaksana IMA dengan elevasi ST saat
ini mengacu pada data-data dari evidence based berdasarkan penelitian
randomized clinikal trial yang terus berkembang ataupun konsensus dari para
ahli sesuai pedoman.
Tujuan utama tata laksana IMA adalah
diagnosis cepat, menghilangkan nyeri dada, penelitian dan implementasi strategi
reperfusi yang mungkin dilakukan, pemberian antitrombotik dan terapi anti anti
platelet ,pemberian obat penunjang dan tatalaksana komplikasi IMA.
TATA LAKSANA AWAL
Tata
laksana pra rumah sakit
Proknosis STEMI bebagian besar
tergantung adanya 2 kelompok komplikasi umum yaitu: komplikasi elektrikal
(aritmia) dan komplikasi mekanik (pump failure).
Sebagian
besar kematian diluar rumah sakit pada STEMI disebabkan adnya fibrilasi
ventrikel mendadak. Yang sebagian besar terjadi dalam 24 jam pertama onset
gejala.Dan lebih dari separuhnya terjadi pada jam pertama, sehingga elemen
utama tata laksana pra hospital pada pasien yang di curigai STEMI antara lain:
·
Pengenalan gejala oleh
pasien dan segara mencari pertolongan medis
·
Segera memanggil tim
medis emergensi yang dapat melekukan tindakan resusitasi
·
Transportasi pasien ke
rumah sakit yang mempunyai fasilitas ICCU/ICU serta staf medis dokter dan
perawat yang terlatih
·
Melakukan terapi
reperfusi
Keterlambatan
terbanyak yang terjadi pada penanganan pasien biasanya bukan selama
transportasi ke rumah sakit, namun karena lama waktu mulai onset nyeri dada
sampai keputusan pasien untuk menerima pertolongan. Hal ini bisa ditanggulangi
dengan cara edukasi kepada masyarakat oleh tenaga profesional kesehatan
mengenai pentingnya tata laksana dini.
Tata
laksana di ruang emergensi
Tujuan
tatalaksana di IGD pada pasien yang di curigai STEMI mencakup:
mengurangi/menghilangkannyeri dada, identifikasi cepat pasien yang merupakan
kandidat terapi reperfusi segara, triase pasien risiko rendah ke ruangan yang
tepat di rumah sakit dan menghindari permulangan cepat pasien dengan STEMI.
TATALAKSANA
UMUM
1. Oksigen
Oksigan harus
diberikan pad a pasien dengan saturasi oksigen arteri <90%. Pada semua
pasien STEMI tanpa komplikasi dapat diberikan oksigen selama 6 jam pertama.
2. Nitrogliserin
(NTG)
Nitrogliserin
sublingual dapat diberikan dengan aman dengan dosis 0,4 mg dan dapat diberikan
sampai 3 dosis dengan interval 5 menit. Jika nyeri dada terus berlangsung dapat
diberika NTG intravena.
3. Mengurangi/menghilangkan
nyeri dada
Dengan morfin, aspirin,
penyekat beta, terapai reperfusi.
6.
KOMPLIKASI
-
Disfungsi Ventrikuler
Setelah STEMI,
ventrikel kiri mengalami serial perubahan dalam bentuk, ukuran dan ketebalan
pada segmen yang mengalami infark dan non infark. Proses ini disebut remodeling
ventrikular dan umumnya mendahului berkembangnya gagal jantung secara klinis
dalam hubungan bulan atau tahun pasca infark. Segera setelah infark ventrikel
kiri mengalami dilatasi.
-
Gangguan Hemodinamik
Gagal pamompaan
(pump failure) merupakan penyebab utama kematian utama di rumah sakit pada
STEMI. Perluasan nekrosis iskemia mempunyai korelasi yang baik dengan tingkat
gagal pompa dan mortalitas, baik pada awal (10 hari infark) dan sesudahnya.
Tanda klinis yang sering dijumpai adalah ronki basah di paru dan bunyi jantung
di s3 dan s4 gallop, pada pemeriksaan rontgen sering dijumpai kongesti paru.
7.
PATOFISIOLOGI
Stemi
umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah
oklusi trombus pada plak ateroslerosik yang sudah ada sebelumnya.stenosis
arteri koroner derajat tinggi yang berkembang secara lambat biasanya tidak
memicu STEMI karena berkembangnya banyak al sepanjang waktu. STEMI terjadi jika
trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vaskuler,dimana
injuri ini dicetuskan oleh faktor seperti merokok,hipertensi dan akumulasi
lipid.
8.
ASKEP TEORI
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien IMA
biasanya baik atau compos mentis (CM) dan akan berubah sesuai tingkat gangguan
yang melibatkan perusi sistem saraf pusat.
B1 (Breathing)
Klien terlihat sesak, frekuensi napas melebihi normal
dan mengeluh sesak napas seperti tercekik. Dispnea kardiak biasanya ditemukan.
Sesak napas terjadi akibat pengerahan tenaga dan disebabkan oleh kenaikan
tekanan akhir diastolic ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan vena
pulmonalis. Hal ini terjadi karena terdapat kegagalan peningkatan curah darah
oleh ventrikel kiri pada saat melakukan kegiatan fisik. Dispnea kardiak pada
infark miokardium yang kronis dapat timbul pada saat istirahat.
B2 (Blood)
·
Inspeksi
Inspeksi adanya jaringan parut pada dada klien. Keluhan
lokasi nyeri biasanya di daerah substernal atau nyeri atas pericardium.
Penyebaran nyeri dapat meluas di dada. Dapat terjadi nyeri dan ketidakmampuan
menggerakkan bahu dan tangan.
·
Palpasi
Denyut nadi perifer melemah. Thrill pada IMA tanpa komplikasi biasanya tidak ditemukan.
·
Auskultasi
Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume
sekuncup yang disebabkan IMA. Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup
biasanya tidak ditemukan pada IMA tanpa komplikasi
·
Perkusi
Batas jantung tidak mengalami
pergeseran
B3 (Brain)
Kesadaran umum klien biasanya CM. Pengkajian objektif
klien, yaitu wajah meringis, menangis, merintis, merenggang, dan menggeliat
yang merupakan respons dari adanya nyeri dada akibat infark pada miokardium. Tanda
klinis lain yang ditemukan adalah takikardia, dispnea pada saat istirahat
maupun saat beraktivitas.
B4
(Bladder)
Pengukuran volume output urine dengan intake cairan
klien. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria pada klien
dengan IMA karena merupakan tanda awal syok kardiogenik.
B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual dan muntah. Pada palpasi
abdomen ditemukan nyeri tekan pada keempat kuadran, penurunan peristaltic usus
yang merupakan tanda utama IMA.
B6 (Bone)
Aktivitas klien biasanya mengalami
perubahan. Klien sering merasa kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola
hidup menetap, dan jadwal olahraga teratur. perubahan postur tubuh.
Kaji higienis personal klien dengan menanyakan apakah
klien mengalami kesulitan melakukan tugas perawatan diri.
Diagnosis
Keperawatan
1.
Nyeri yang berhubungan dengan
ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen dengan kebutuhan miokardium akibat
sekunder dari penurunan suplai darah ke miokardium, peningkatan produksi asam
laktat.
2.
Aktual/risiko tinggi penurunan
curah jantung yang berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama, konduksi
elektrikal.
3.
Actual/risiko tinggi ketidakefektifan
pola nafas yang berhubungan dengan pengembangan paru tidak optimal, kelebihan
cairan di dalam paru akibat sekunder dari edema paru akut.
4.
Actual/risiko tinggi gangguan
perfusi perifer yang berhubungan dengan menurunannya curah jantung.
5.
Intoleransi aktivitas yang
berhubungan dengan penurunan perfusi perifer akibat sekunder dari
ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokardium dengan kebutuhan.
6.
Cemas yang berhubungan dengan
rasa takut akan kematian, ancaman, atau perubahan kesehatan.
7.
Ketidakefektifan koping
individu yang berhubungan dengan prognosis penyakit, gambaran diri yang salah,
perubahan peran.
8.
Risiko ketidakefektifan
penatalaksanaan program terapeutik yang berhubungan dengan ketidakpatuhan
terhadap aturan terapeutik, tidak mau menerima perubahan pola hidup yang
sesuai.
Intervensi keperawatan
Tujuan utama intervensi yang akan diberikan adalah
mencegah nyeri , mengurangi risiko penurunan curah jantung, meningkatkan
kemampuan perawatan diri, mengurangi ansietas, menghindari pemahaman yang salah
terhadap sifat dasar penyakit, penyebab, dan perawatan yang diberikan, mematuhi
program perawatan diri dan mencegah komplikasi.
Nyeri yang berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan
oksigen dengan kebutuhan miokardium akibat sekunder dari penurunan suplai
darah ke miokardium, peningkatan produksi asam laktat.
|
|
Tujuan: dalam waktu 1x24jam terdapat penurunan respons nyeri dada
Criteria: secara subjektif, klien menyatakan penurunan rasa nyeri
dada, secara obyektif didapatkan tanda vital dalam batas normal, wajah
rileks, tidak terjadi penurunan perfusi perifer, produksi urini>600
ml/hari
|
|
intervensi
|
Rasional
|
Catat
karakteristk nyeri, lokasi, intensitas, lamanya, dan penyebaran.
|
Variasi
penampilan dan perilaku klien karena nyeri yang terjadi dianggap sebagai
temuan pengkajian.
|
Anjurkan kepada
klien untuk melaporkan nyeri dengan segera.
|
Nyeri berat
dapat menyebabkan syok kardiogenik yang berdampak pada kematian mendadak.
|
Lakukan
manajemen nyeri keperawatan:
|
Posisi fisiologi
akan meningkatkan asupan oksigen kejaringan yang mengalami iskemia.
|
|
Istirahat akan
menurunkan kebutuhan oksigen jaringan perifer sehingga akan menurunkan
kebutuhan miokardium yang membutuhkan oksigen untuk menurunkan iskemia.
|
|
Meningkatkan
jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian miokardium sekaligus mengurangi
ketidaknyamanan sekunder terhadap iskemia
|
|
Lingkungan
tenang akan menurunkan stimulus nyeri ekternal dan pembatasan pengunjung akan
membantu meningkatan kondisi oksigen ruangan. Oksigen ruangan akan berkurang
apabila banyak pengunjung yang berada di ruangan.
|
|
Meningkatkan
asupan oksigen sehingga akan menurunkan nyeri akibat sekunder dari iskemia
jaringan.
|
|
Distraksi
(pengalihan perhatian) dapat menurunkan stimulus internal melalui mekanisme
peningkatan produksi endorphin dan enkefalin yang dapat memblok reseptor
nyeri sehingga nyeri tidak dikirimkan ke korteks serebri dan selanjutnya akan
menurunkan persepsi nyeri.
|
|
Manajemen
sentuhan pada saat nyeri berupa sentuhan, dukungan psikologis dapat membantu
menurunkan nyeri. Masase ringan dapat
meningkatkan aliran darah dan dengan otomatis membantu suplai darah dan
oksigen ke area nyeri dan menurunkan sensasi nyeri.
|
Kolaborasi pemberian terapi farmakologis antiangina:
|
Obat-obatan
antiangina bertujuan untuk meningkatkan aliran darah baik dengan menambah
suplai oksigen atau dengan mengurangi kebutuhan miokardium akan oksigen.
|
|
Nitrat berguna
untuk control nyeri dengan efek vasodilatasi koroner.
|
|
Menurunkan nyeri
hebat, memberikan sedasi, dan mengurangi kerja miokardium
|
|
Penghambat
(adrenergic) beta menghambat reseptor beta1 untuk pengontrol nyeri melalui
efek hambatan rangsang simpatis, dengan demikian mengurangi denyut jantung.
Obat-obatan ini dipakai sebagai antiangina, antiaritmia, dan antihipertensi.
Penghambat beta efektif sebagai antiangina karena mengurangi denyut jantung
dan kontraktilitas miokardium, obat ini menurunkan kebutuhan pemakaian
oksigen dengan demikian juga meredakan rasa nyeri angina.
|
|
Kalsium
mengaktivasi kontraksi miokardium, menambah beban kerja jantung, dan
keperluan jantung akan oksigen. Penghambat kalsium menurunkan kontraktilitas
jantung (efek inotropik negative) dan beban kerja jantung, sehingga dengan
demikian mengurangi keperluan jantung akan oksigen. Obat ini efektif dalam
meredakan angina klasik dengan mengurangi oksigen.
|
|
Antikoagulan
dipakai untuk menghambat pembentukan bekuan darah. Tidak seperti trombolitik,
obat ini tidak melarutkan bekuan yang sudah ada tetapi bekerja sebagai
pencegah pembentukan bekuan baru. Antikoagulan dipakai pada klien yang
memiliki gangguan pembuluh arteri dan vena yang membuat mereka berisiko
tinggi untuk pembentukan bekuan darah’
Heparin adalah
antikoagulan pilihan yang membantu mempertahankan integritas jantung.
|
|
Trombolitik
menghancurkan thrombus dengan mekanisme fibrinolitik mengubah plasminogen
menjadi plasmin, yang menghancurkan fibrin di dalam bekuan darah.
|
|
Kolaborasi
apabila tindakan farmakologis tidak menunjukkan perbaikan atau penurunan
nyeri.
|
|
Angioplasty
koroner transluminal perkutan adalah usaha untuk memperbaiki aliran darah
arteri koroner dengan menghancurkan plak atau ateroma yang telah tertimbun
dan mengganggu aliran darah ke jantung.
|
|
Tandur pintas
arteri koroner bertujuan unruk meningkatkan asupan suplai darah ke miokardium
dengan mengganti alur pintas.
|
Aktual/Risiko tinggi menurunnya curah jantung yang berhubungan
dengan perubahan frekuensi, irama, konduksi elektrikal.
|
|
Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam tidak terjadi penurunan curah
jantung
Kriteria : Hemodinamika stabil (tekanan darah dkm batas normal,
curah jantung kembali meningkat, asupan dan keluaran sesuai, irama jantung
tidak menunjukkan tanda-tanda disritmia), produksi urine > 600 ml/hari.
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
Ukur tekanan
darah. Bandingkan tekanan darah kedua lengan, ukur dalam keadaan berbaring,
duduk, atau berdiri bila memungkinkan
|
Hipotensi dapat
terjadi akibat disfungsi ventrikel, hipertensi juga fenomena umum berhubungan
dengan nyeri cemas yang mengakibatkan terjadinya pengeluaran katekolamin.
|
Evaluasi
kualitas dan kesamaan nadi
|
Penurunan curah
jantung mengakibatkan menurunnya kekuatan nadi
|
Auskultasi dan
catat terjadinya bunyi jantung S3/S4
|
S3 berhubungan
dengan gagal jantung kronis atau gagal mitral yang disertai infark berat. S4
berhubungan dengan iskemia, kekakuan ventrikel, atau hipertensi pulmonal.
|
Auskultasi dan
catat murmur
|
Menunjukkan
gangguan aliran darah dalam jantung akibat kelainan katup, kerusakan septum,
atau vibrasi otot papilaris.
|
Pantau frekuensi
jantung dan irama
|
Perubahan
frekuensi dan irama jantung dapat menunjukkan adanya komlikasi distrimia.
|
Berikan makanan
dengan porsi sedikit tapi sering dan mudah dikunyah, batasi asupan kafein.
|
Makanan dengan
porsi besar dapat meningkatkan kerja miokardium. Kafein dapat merangsang
langsung ke jantung sehingga meningkatkan frekuensi jantung.
|
Kolaborasi :
|
Jalur yang
penting untuk pemberian obat darurat
|
|
Enzim dapat
digunakan untuk memantau perluasan infark, perubahan elektrolit berpengaruh
terhadap irama jantung
|
Risiko kekambuhan yang berhubungan dengan ketidakpatuhan terhadap
aturan terapeutik, tidak mau menerima perubahan pola hidup yang sesuai.
|
|
Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam klien mengenal factor-faktor yang
menyebabkan peningkatan risiko kekambuhan.
Kriteria evaluasi : Klien secara subjektif menyatakan bersedia dan
termotivasi untuk melakukan aturan terapeutik jangka panjang dan mau
menereima perubahan pola hidup yang efektif, klien mampu mengulang
factor-faktor risiko kekambuhan
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
Identifikasi factor yang mendukung pelaksanaan terapeutik
|
Keluarga terdekat baik suami/isteri atau anak yang mampu menerima
penjelasan dapat menjadi pengawas klien dalam menjalankan pola hidup yang
efektif selama klien di rumah dan memiliki waktu yang optimal dalam menjaga
klien.
|
Berikan penjelasan penatalaksanaan terapeutik
|
Setelah mengalami serangan akut, perawat perlu menjelaskan
penatalaksanaan lanjutan dengan tujuan dapat:
|
Beri penjelasan tentang:
|
Meminum obat nitrogliserin (veno dilatasi perifer dan koroner)
0,4-0,6 mg tablet secara sublingual 3-5 menit sebelum melakukan aktivitas
bertujuan untuk mengantisipasi serangan angina.
Klien dianjurkan untuk selalu membawa obat tersebut setiap keluar
rumah walaupun klien tidak merasakan gejala angina.
|
|
Exertion. Aktivitas yang berlebihan merupakan presipitasi serangan angina
kembali. Klien dianjurkan untuk mengurangi kualitas dan kuantitas kegiatan
fisik dari yang biasa klien lakukan sebelum keluhan angina terjadi.
|
|
Konsumsi banyak makanan yang terbuat actor dari tepung merupakan
salah satu factor presipitasi serangan angina. Aktivitas yang dilakukan
setelah makan yang cukup banyak dapat meningkatkan risiko angina. Klien
dianjurkan agar beraktivitas minimal satu jam setelah makan. Pemberian
makanan sedikit tapi sering akan mempermudah saluran pencemaran dalam
mencerna makanan sangat dianjurkan pada klien setelah mengalami serangan angina.
|
|
|
|
Klien dianjurkan untuk menghindari terpaan angin dan suhu yang
sangat dingin dengan tujuan agar serangan angina dapat dihindari.
Penutupan hidung dan mulut saat klien membuka pitu dapat
mengurangi terpaan angin yang masuk ke saluran pernapasan. Menganjurkan klien
menggunakan selimut saat tidur dapat mengontrol suhu yang baik bagi klien.
|
|
Klien dianjurkan untuk menghindari maneuver dinamik (lihat kembali
pembahasan pada Bab 2) seperti berjongkok, mengejan, dan terlalu lama menahan
napas yang merupakan factor presipitasi timbulnya angina. Dalam melakukan
defekasi, klien dianjurkan mengonsumsi laksatik agar dapat mempermudah pola
defekasi klien.
|
|
Jika hubungan seksual merupakan salah satu factor presipitasi
angina pada klien, maka sebelum melakukan aktivitas seksual klien, dianjurkan
untuk meminum obat nitrigliserin atau sedative atau keduanya. Pengaturan
aktivitas fisik yang minimal pada klien ketika melakukan aktivitas seksual
harus dijelaskan termasuk pada pasangannya.
|
|
Konsumsi garam yang tinggi akan meningkatkan dan memperberat
serangan angina karena akan meningkatkan tekanan darah. Pemberian obat
diuretic dilakukan untuk mempercepat penurunan garam dalam sirkulasi.
|
|
Serangan angina lebih sering terjadi pada klien yang mengalami
kecemasan, ketegangan, eforia, atau kegembiraan yang berlebihan. Pemberian
obat sedative ringan seperti diazepin dapat mengurangi respons lingkungan
yang member dampak stre emosional. Klien dianjurkan untuk melakukan curah
pendapat pada perawat dengan tujuan untuk mengurangi ketegangan dan
kecemasan.
|
|
Dapat membantu meningkatkan motivasi klien dalam mematuhi aturan
terapeutik.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar