Kamis, 31 Januari 2013

ASKEP TETRA OF FALLOT



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
Tetralogi Fallot adalah kondisi umum yang melibatkan cacat dalam struktur jantung bayi dan anak-anak muda. Akibatnya bayi mengalami kekurangan oksigen yang keluar dari hati dan yang masuk ke dalam tubuh. Akibat lanjut, bayi dan anak-anak dengan tetralogi of fallot biasanya memiliki kulit biru.
Tetralogi
of Fallot hadir pada saat lahir dan biasanya didiagnosis selama masa kanak-kanak. Namun, hal itu mungkin tidak terdeteksi sampai di kemudian hari, tergantung pada tingkat keparahan cacat dan gejala. Tetralogi Fallot terjadi pada sekitar lima dari setiap 10.000 bayi.
Tetralogi of Fallot (TOF) merupakan penyakit jantung sianotik yang paling banyak ditemukan dimana tetralogi of fallot menempati urutan keempat penyakit jantung bawaan pada anak setelah defek septum ventrikel,defek septum atrium dan duktus arteriosus persisten,atau lebih kurang 10-15 % dari seluruh penyakit jantung bawaan, diantara penyakit jantung bawaan sianotik Tetralogi fallot merupakan 2/3 nya. Tetralogi of fallot merupakan penyakit jantung bawaan yang paling sering ditemukan yang ditandai dengan sianosis sentral  akibat adanya pirau kanan ke kiri.
Di RSUD Dr. Soetomo sebagian besar pasien Tetralogi of Fallot  didapat diatas 5 tahun  dan prevalensi menurun setelah berumur  10 tahun. Dari banyaknya kasus kelainan jantung  serta kegawatan yang ditimbulkan akibat kelainan jantung bawaan ini, maka sebagai seorang perawat dituntut untuk mampu mengenali tanda kegawatan dan mampu memberikan asuhan keperawatan  yang tepat.

1.2.      Tujuan
Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif pada pasien dengan Tetralogi of Fallot.
Tujuan Khusus
1.      Memperoleh pemahaman tentang pengertian Tetralogi of Fallot.
2.      Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya Tetralogi of Fallot.
3.      Mengidentifikasi manifestasi klinis Tetralogi of Fallot.
4.      Mengidentifikasi langkah-langkah penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien Tetralogi of Fallot.

1.3 Manfaat
a.    Diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran pada khususnya dan pembaca  pada umumnya
b.    Dapat menjadi referensi ilmu bagi fakultas keperawatan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia.



BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1   Pengertian
Tetralogi Of Fallot (TOF) adalah cacat jantung bawah yang secara klinis dipahami untuk melibatkan  4 abnormalitas atau cacat jantung yang paling umum cyanotis, dan penyebab paling umum dari bayi biru. (Niels stensen 1672, Edward Sandifort 1773, Etienne-Lounis Arthur Fallot 1888)
Tetralogi Of Fallot adalah gabungan dari defek septum ventrikel (lubang diantara ventrikel kiri dan kanan), stenosis katup pulmuner (penyempitan pada katup pulmonalis), transposisi aorta, hipertensi vertikel kanan (penebalan otot ventrikel kanan). Adanya hambatan aliran darah dari ventrikel kanan ke paru-paru.
Tetralogi Fallot merupakan penyakit jantung bawaan biru (sianotik) yang terdiri dari 4 kelainan yaitu defek septum ventrikel perimembranus, stenosis pulmonal infundibuler, overriding aorta dan hipertrofi ventrikel kanan.
Jadi, Tetralogi Of Fallot (TOF) adalah kelainan jantung bawaan dimana melibatkan gabungan empat keabnormalitasan dari defek septum ventrikel (lubang diantara ventrikel kiri dan kanan), stenosis katup pulmuner (penyempitan pada katup pulmonalis), transposisi aorta, hipertensi vertikel kanan (penebalan otot ventrikel kanan) yang menyebabkan terjadinya hambatan pada aliran darah dari ventrikel kanan ke paru-paru.
http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2010/01/files_of_drsmed-tetralogi_fallot.jpg?w=443&h=344
Gambar 1. Jantung normal dan jantung TOF





2.2  Etiologi
Ø  Faktor prenatal yang berhubungan dengan resiko terjadinya Tetralogi Of Fallot (TOF) adalah:
-       Selama hamil, ibu menderita rubella atau infeksi virus
-       Ibu yang alkoholik
-       Gizi buruk selama hamil
-       Usia ibu menderita diabetes
Ø  Faktor Endogen
-       Berbagai jenis penyakit genetik: kelainan kromosom
-       Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
-       Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan.
Ø  Faktor Eksogen
-       Riwayat kehamilan ibu: sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter (thalidomide, dextroamphetamine, aminopterin, jamu)
-       Ibu menderita penyakit infeksi: rubella
-       Pajanan terhadap sinar-X

Insidens
  1. Tetralogi Of Fallot (TOF) sama banyak dijumpai baik pada laki-laki maupun perempuan.
  2. Insidens meningkat bila ibu yang melahirkan berusia tua.
  3. Jarang ada pasien yang mampu bertahan hidup sampai di atas usia 20 tahun tanpa dilakukan pembedahan.
  4. Angka mortalitas untuk pasien yang menjalani bedah jantung adalah 5% (sedikit lebih tinggi pada bayi) dan 10% untuk pasien-pasien yang memakai pirau.

2.3         Manifestasi Klinis
1.      Sianosis, muncul setelah berusia beberapa bulan, jarang tampak pada saat lahir, bertambah berat secara progresif.
2.      Serangan hipersianotik
-          Peningkatan frekuensi dan kedalaman pernafasan
-          Sianosis akut
-          Iritabilitas system saraf pusat
3.      Jari tabuh (clubbing)
4.      Pada awalnya tekanan darah normal dapat meningkat setelah beberapa tahun mengalami sianosis dan polisitemia berat
5.      Gagal tumbuh
6.      Anemia, menyebabkan perburukan gejala
-          Penurunan toleransi terhadap latihan
-          Peningkatan dispnea
-          Peningkatan frekuensi hiperpnea paroksismal
7.      Murmur (sistolik dan kontinu)


2.4    Pemeriksaan Diagnostik
1.      Pemeriksaan laboratorium
-          Peningkatan hemoglobin dan hematokrit akibat saturasi oksigen yang rendah, jumlah trombosit menurun. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida, penurunan tekanan parsial oksigen dan penurunan PH.
2.      Radiologis
-          Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada pembesaran jantung.
3.      Elektrokardiogram (EKG)
-          Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan.
4.      Ekokardiografi
-          Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan, penurunan ukuran arteri pulmonalis dan penurunan aliran darah ke paru-paru.

2.5    Penatalaksanaan
1.      Antibiotik; pemilihan jenisnya tergantung dari hasil kultur dan uji sensitivitas, kadang-kadang digunakan untuk profilaksis.
2.      Diuretik (misal: furosemid [Lasix]); digunakan untuk meningkatkan dieresis, mengurangi kelebiha cairan, digunakan dalam pengobatan edema yang berhubungan dengan gagal jantung kongestif.
3.      Digitalis; meningkatkan kekuatan kontraksi jantung, isi sekuncup, dan curah jantung serta menurunkan tekanan vena jantung
4.      Besi; untuk mengatasi anemia
5.      Propanolol (Inderal), sebuah beta bloker; menurunkan denyut jantung dan kekuatan kontraksi serta iritabilitas miokard, dipakai untuk mencegah atau mengobati serangan hipersianosis
6.      Morfin, sebuah analgesic; meningkatkan ambang rasa sakit, juga dipakai untuk mengobati serangan hipersianosis dengan menghambat pusat pernafasan dan refleks batuk
7.      NaHCO3, sebuah pengalkali sistemik kuat; dipakai untuk mengobati asidosis dengan mengganti ion bikarbonat dan memulihkan kapasitas buffer tubuh.

Penatalaksanaan Bedah
Tindakan Paliatif
1.      Anastomosis Blalock-Taussig
Intervensi pembedahan yang umumnya dianjurkan bagi anak yang tidak sesuai untuk pelaksanaan bedah korektif. Arteria subclavia yang berhadapan dengan sisi lengkung aorta diikat, dibelah, dan dianastomosiskan ke arteri pulmoner kontralateral. Keuntungan pirau ini adalah kemampuannya membuat pirau yang sangat kecil yang tumbuh bersama anak, dan lebih mudah diangkat karena kebanyakan seluruh perbaikan tuntas dilakukan pada saat anak masih sangat mudah.
Konsekuensi hemodinamik dari pirau Blalock-Taussig adalah untuk memungkinkan darah sistemik memasuki sirkulasi pulmoner melalui arteri subclavia, meningkatkan aliran darah pulmoner dengan tekanan rendah, sehingga menghindari kongesti paru. Aliran darah ini memungkinkan stabilisasi status jantung dan paru sampai anak tersebut besar untuk menghadapi pembedahan korektif dengan aman.
2.      Anastomosis Waterston-Cooley
Anastomosis Waterston-Cooley adalah prosedur paliatif yang digunakan untuk bayi dengan defek yang menurunkan aliran darah paru. Prosedur ini merupakan prosedur jantung tertutup, yaitu aorta desendens posterior secara langsung dijahit pada bagian anterior arteri pulmoner kanan membentuk sebuah fistula. Pirau ini paling mudah dilakukan tetapi sulit diangkat selama perbaikan definitif.
Respons hemodinamik yang diharapkan adalah agar darah dari aorta mengalir ke dalam arteri pulmoner sehingga meningkatkan aliran darah pulmoner, mengurangi anoksia dan sianosis, namun menghasilkan murmur yang mirip dengan bunyi mesin.

Perbaikan Definitif
       Perbaikan tuntas Tetralogi Of Fallot (TOF) dapat dengan aman dikerjakan pada anak-anak yang berusia 1 dan 2 tahun. Indikasi dilakukan pembedahan pada usia yang sangat muda ini adalah polisitemia berat (hematokrit di atas 60%), hipersianosis, hipoksia, dan penurunan kualitas hidup. Pembedahan ini dilakukan dengan membuat insisi sternotomi median dan bypass kardiopulmoner dengan hipotermia profunda pada beberapa bayi.

2.6    Komplikasi
1.      Komplikasi dari gangguan ini adalah:
-          Penyakit vaskuler pulmoner
-          Deformitas arteri pulmoner kanan
-          Polisitemia
-          Tromboplebitis
-          Emboli
-          Penyakit pembuluh darah otak, abses otak, hiperpnea dengan sianotis berat dapat berakibat penurunan kesadaran dan meniggal.
2.      Komplikasi berikut dapat terjadi setelah anastomosis Blalock-Taussig:
-          Perdarahan hebat terutama terjadi pada anak-anak dengan polisitemia
-          Emboli atau thrombosis serebri, Resiko lebih tinggi pada polisitemia, anemia, atau sepsis
-          Gagal jantung kongestif
-          Oklusi dini pada pirau
-          Hemotoraks
-          Sianosis persisten
-          Kerusakan nervus frenikus
-          Efusi pleura




2.7    Prognosis
Umumnya prognosis buruk tanpa operasi. Pasien tetralogi derajat sedang dapat bertahan sampai umur 15 tahun dan hanya sebagian kecil yang hidup sampai dekade ketiga.



BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1    Pengkajian Keperawatan
        1.          Riwayat penyakit sekarang     :  ditanyakan apakah sering sakit dada, sesak nafas, palpitasi, pusing dan sinkope, batuk-batuk, kelelahan edema, sianosis, squatting/jongkok, kesulitan dalam pemberian makan/menetek.
        2.          Riwayat penyakit sebelumnya            :  ditanyakan diantara keluarga ada yang menderita penyakit yang sama
        3.          Riwayat kehamilan : ditanyakan sesuai dengan yang terdapat pada etiologi (faktor endogen dan eksogen yang mempengaruhi).
        4.                                                          Riwayat  tumbuh
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit.
5.      Riwayat psikososial/ perkembangan
a. Kemungkinan mengalami masalah perkembangan
b. Mekanisme koping anak/ keluarga
c. Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
6.    Kaji tingkat aktivitas
7.    Kaji adanya perubahan status kardiopulmoner
8.           Kaji adanya tanda dan gejala masalah kolaboratif potensial (komplikasi): perdarahan, gagal jantung kongestif, aritmia, regurgitasipulmoner persisten, curah jantung rendah, hipertensi pulmoner, efusi pleura, gangguan keseimbangan elektrolit, kelebihan cairan, hepatomegali, dan komplikasi neurologik.
3.2 Pemeriksaan fisik
B1 (breathing)        : Pernafasan Kusmaul (cepat dan dalam), dispnea
B2 (blood)              : Capilary refill < 3 detik, suara jantung murmur
B3 (Brain)              : Penurunan kesadaran
B4 (Bladder)          : Penurunan urine output (< 1-1,5/ml/kgBB/jam )
B5 (Bowel)             : Anoreksia
B6 (Bone)               : Kelelahan, kelemahan

3.3 Diagnosa Keperawatan
1.        Gangguan pertukaran gas  b.d  penurunan aliran darah ke pulmonal
2.        Penurunan cardiac output b.d sirkulasi yang tidak efektif sekunder dengan adanya malformasi jantung
3.        Gangguan  perfusi jaringan b.d penurunan sirkulasi (anoxia kronis , serangan sianotik akut)
4.        Gangguan  nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori,penurunan nafsu makan
5.        Gangguan  pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
6.        Intoleransi  aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
7.        Koping keluarga  tidak efektif b.d kurang pengetahuan klg tentang diagnosis/prognosis penyakit anak
8.        Risti gangguan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan tekanan intrakranial sekunder abses otak, CVA trombosis




DAFTAR PUSTAKA


Betz, Cecily, 2002, Buku saku Keperawatan Pediatri, EGC, Jakarta

Doenges, Marilynn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta

Mansjoer, arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Kedua. Media Aesculapius, Jakarta.

Rilantono,Lily I,dkk. 1996. Buku Ajar Kardiologi. Gaya Baru, Jakarta.































Tidak ada komentar:

Posting Komentar