BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
KONSEP MEDIS NSTEMI
2.1
Pengertian
NSTEMI adalah adanya ketidakseimbangan antara pemintaan dan
suplai oksigen ke miokardium terutama akibat penyempitan arteri koroner akan menyebabkan
iskemia miokardium lokal. Iskemia yang bersifat sementara akan menyebabkan
perubahan reversibel pada tingkat sel dan jaringan. (Sylvia,2006).
2.2
Patofisiologi
Berkurangnya kadar oksigen memaksa miokardiun
menugubah metabolisme aerobik menjadi metabolisme anaerob. Metabolisme anaerob
melalui lintasan glikolitik jauh lebih tidak efisien apabila dibandingkan
dengan metabolisme aerob. Asam laktat akan tertimbun sehingga menurunkan pH
sel. Gabungan efek hipoksia, berkurangnya energi yang tersedia, serta asidosis
dapat mempercepat gangguan fungsi ventrikel kiri, berkurangnat daya kontraksi
dan gangguan gerakan jantung akan mengubah hemodinamika. Perubahan hemodinamika
berrvariasi sesuai ukuran segmen yang mengalami iskemia dan derajat respon
refleks kompensasi sistem saraf otonom. Menurunnya fungsi ventrikel kiri dapat
mengurangi curah jantung karena berkurangnya isi sekuncup.
Metabolisme
anaerob hanya memberikan 6% dari energi total yang diperlukan. Ambilan glukosa
oleh sel sangat meningkat saat simpanan glikogen dan adenosis trifosfat
berkurang. Kalium dengan cepat berkgerak keluar dari sel miokardium selama
iskemia. Asidosis selalu terjadi dan mengganggu metabolisme seluler.
2.3 Etiologi
a. Coronary Arteri disease.
b. Coronary Arteri Emboli
c. Kongenital
d. Imbalans Oksigen suplay dan demand
miokard
e. Gangguan Hematologi.
2.4
Gejala Klinis
Presentasi
klinis klasik SKA tanpa elevasi segmen ST berupa:
- Angina saat istirahat lebih dari 20 menit
- Angina yang dialami pertama kali dan timbul asaat aktifitas yang lebih ringan dari aktivitas sehari-hari.
- Peningkatan intensitas, frekuensi dan durasi angina.
- Angina pasca infark.
Gejala klinis
yang sering berupa rasa tekanan atau berat di retrosternal yang menjalar ke lenagan kiri,
leher atau rahang dapat disertai keringat dingian, mual, nyeri perut, sesak
napas dan sinkope.
2.5 Pemeriksaan Diagnosis
Alat bantu diagnosis:
- Pemeriksaan fisik: biasanya normal.
- Elektrokardiogram: gambaran khas berupa depresi segmen ST > 0,5 mm (0,05 mVolt) di dua atau lebih sadapan yang berhubungan atau inversi dalam dan simetris dari gelombang T.
- Petanda bikemikal: pemeriksaan kadar CKMB dan Troponin T/I. Troponin T/I merupakan pertanda nekrosis miokard lebih spesifik dibandingkan enzim kardiak konvensional CK atau CKMB. Tetapi tidak boleh tertunda karena menunggu hasil pemeriksaan enzim.
- Ekokardiografi,
- Modalitas pencitraan jantung.
2.6 Risiko
Stratifikasi Risiko
Penentuan risiko berdasarkan skor
risiko TIMI (Thrombolysis in myocardial Infarction) sebagai berikut:
-
Penggunaan aspirin
dalam 7 hari terakhir
-
Usia > 65 tahun
-
Memiliki lebih dari 3
faktorrisiko penyakit jantung koroner
-
Diketahhui penderita
PJK atau terdapat stenosis arteri koroner > 60%
-
Lebih dari 2x episode angina dalam 24 jam
etrakhir
-
Peningkatan enzim
jantung (CKMB dan Troponin)
-
Adanya deviasi segmen
ST.
Diberi skor 1 untuk tiap poin
Penilaian:
-
Skor 0-2 ---- risiko
rendah
-
Skor 3-4 ---- risiko
sedang
-
Skor 5-7 ---- risiko
tinggi
Penentuan risiko penting dilakukan
untuk penetuan strategi pengobatan.
2.7 Penatalaksanaan
Tatalaksana awal pasien dugaan SKA
(dilakukan dalam waktu 10 menit):
-
Memeriksa tanda-tanda
vital
-
Mendapatkan akses intra
vena
-
Merekam dan
menganalisis EKG
-
Melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik
-
Mengambil sediaan untuk
pemeriksaan enzim jantung, elektrolit serta pemeriksaan koagulasi.
-
Mengambil foto rongten
thorax (<30 menit).
EKG harus dilakukan segera dan dilakukan
rekaman EKG berkala untuk mendapatkan ada tidaknya elevasi segmen ST. Troponin T/I diukur
saat masuk, jika normal diulang 6-12 jam kemudian. Enzim CK dan CKMB diperiksa
pada pasien dengan onset < 6 jam dan pada pasien pasca infark < 2minggu
dengan iskemik berulang untuk mendeteksi reinfark atau infark periprosedural.
Tatalaksana awal SKA tanpa elevasi
segmen ST di unit emergency:
-
Oksigen 4 L/ menit
(saturasi oksigen dipertahankan > 90%)
-
Aspirin 160 mg (dikunyah).
-
Tablet nitrat 5mg
sublingual (dapat diualang 3x) lalu per drip bila masih
nyeri dada.
-
Mofin IV (2,5mg-5mg)
bila nyeri dada tidak teratasi dengan nitrat.
Tatalaksana lanjut berdasarkan
stratifikasi risiko (skor risiko TIMI):
- Risiko tinggi/ sedang:
-
Anti iskemik : beta
blocker, nitrat, calcium-channel blocker.
-
Beta blocker diberikan
pada pasien tanpa kontarindikasi, khususnya pasien dengan hipertensi dan
takikardia.
-
Nitrat intra vena atau
oaral efektif mengatasi episode nyeri dada akut.
-
Calcium-channel blocker
dipakai untuk mengurangi gejala pada pasien yang telah menerima nitrat dan
beta-blocker, bermanfaat pada pasien yang kontraindikasi beta-blocker dan pada
pasien angina vasospastik.
Anti platelet oral: aspirin,
clopidogrel.
-
Aspirin diberikan pada
semua pasien SKA, dosis awal 16o mg-325 mg dan selanjutnya 75-100 mg per hari
untuk jangka panjang.
-
Pada semua, clopidogrel
diberi dengan dosis loading 300mg per oral, selanjutnya 75 mg per hari,
clopidogrel dapat diberikan hingga 12 bulan kecuali dengan komplikasi
perdarahan berlebih.
-
Pasien dengan
kontarindikasi aspirin, clopidogrel diberikan sebagai pengganti.
-
Pasien yang direncanakan menjalani prosedur
invasif (PCI= pecutaneous coronary intervention), clopidogrel diberikan dengan
dosis loading 600 mg untuk mencapai inhibisi fungsi platelet yang lebih cepat
dan optimal.
Anti platelet intra vena
-
Pasien risiko sedang
sampai tinggi, khususnya pasien dengan troponin yang meningkat, depresi segmen
ST atau diabetes.
Anti koagulan/ antitrombin: Heparin
-
Anti koagulan diberi
pada semua pasien selain anti platelet.
Revaskularisasi koroner
-angiografi koroner dini (<72
jam ) diikuti oleh revaskularisasu (PCI atau bedah pintas koroner)
direkomendasikan pada pasien dengan risiko sedang dan tinggi.
- angiografi koroner urgensi
(<24 jam) direkomendasikan pada pasien dengan angina refrakter atau berulang
yabg disertai perubahan segmen ST, gagal jantung, aritmia yang mengancam hidup
dan hemodinamik yang tidak stabil.
Terapi tambahan: ACE inhibitor atau
penghambat reseptor angiotensin.
- Risiko rendah, diberi terapi:
1.
Aspirin
2.
Beta-blocker
3.
Pertimbangan untuk
uji latih jantung (treadmill).
4.
Dapat dipulangkan
setelah observasi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1
Pengkajian
3.1.1 Pengkajian
persistem :
a.
B1: Breath
Sesak nafas, apnea, eupnea, takipnea
b. B2: Blood
Denyut nadi lemah, nadi cepat, teratur/tidak teratur, EKG Aritmia, Suara jantung bisa tidak terdengar pada VF. Tekanan darah sukar / tidak dapat diukur/ normal, Saturasi oksigen bisa menurun < 90%
c. B3: Brain
Menurunnya/hilangnya kesadaran, gelisah, disorientasi waktu, tempat dan orang
d. B4: Bladder
Produksi urine menurun, warna urine lebih pekat dari biasanya, oliguria, anuria
e. B5: bowel
Konstipasi
f. B6: Bone
Perfusi dingin basah pucat, CRT > 2 detik, diaforesis, kelemahan
Sesak nafas, apnea, eupnea, takipnea
b. B2: Blood
Denyut nadi lemah, nadi cepat, teratur/tidak teratur, EKG Aritmia, Suara jantung bisa tidak terdengar pada VF. Tekanan darah sukar / tidak dapat diukur/ normal, Saturasi oksigen bisa menurun < 90%
c. B3: Brain
Menurunnya/hilangnya kesadaran, gelisah, disorientasi waktu, tempat dan orang
d. B4: Bladder
Produksi urine menurun, warna urine lebih pekat dari biasanya, oliguria, anuria
e. B5: bowel
Konstipasi
f. B6: Bone
Perfusi dingin basah pucat, CRT > 2 detik, diaforesis, kelemahan
Keluhan Utama
Pasien :
a.
Kualitas
Nyeri Dada : seperti terbakar, tercekik,
rasa menyesakkan nafas atau seperti tertindih barang berat.
b.
Lokasi dan
radiasi : retrosternal dan prekordial kiri, radiasi menurun ke lengan kiri bawah
dan pipi, dagu, gigi, daerah epigastrik dan punggung.
c. Faktor pencetus : mungkin terjadi saat
istirahat atau selama kegiatan.
d. Lamanya dan
faktor-faktor yang meringankan : berlangsung lama, berakhir lebih dari 20
menit, tidak menurun dengan istirahat, perubahan posisi ataupun minum
Nitrogliserin.
e. Tanda dan
gejala : Cemas, gelisah, lemah sehubungan dengan keringatan, dispnea, pening,
tanda-tanda respon vasomotor meliputi : mual, muntah, pingsan, kulit dinghin
dan lembab, cekukan dan stress gastrointestinal, suhu menurun.
f. Pemeriksaan
fisik : mungkin tidak ada tanda kecuali dalam tanda-tanda gagalnya ventrikel
atau kardiogenik shok terjadi. BP normal, meningkat atau menuirun, takipnea,
mula-mula pain reda kemudian kembali normal, suara jantung S3, S4
Galop menunjukan disfungsi ventrikel, sistolik mur-mur, M. Papillari disfungsi,
LV disfungsi terhadap suara jantung menurun dan perikordial friksin rub,
pulmonary crackles, urin output menurun, Vena jugular amplitudonya meningkat (
LV disfungsi ), RV disfungsi, ampiltudo vena jugular menurun, edema periver,
hati lembek.
g. Parameter Hemodinamik : penurunan PAP,
PCWP, SVR, CO/ CI.
3.2 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
Gangguan
perfusi jaringan jantung berhubungan dengan , iskemik, kerusakan otot jantung,
penyempitan / penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria ditandai dengan :
-
Daerah perifer dingin
-
EKG elevasi segmen ST & Q patologis pada lead tertentu
-
RR lebih dari 24 x/ menit
-
Kapiler refill Lebih dari 3 detik
-
Nyeri dada
-
Gambaran foto torak terdpat pembesaran jantung &
kongestif paru ( tidak selalu )
-
HR lebih dari 100 x/menit, TD > 120/80AGD dengan : pa O2
<>2 > 45 mmHg dan Saturasi <>
-
Nadi lebih dari 100 x/ menit
-
Terjadi peningkatan enzim jantung yaitu CK, AST, LDL/HDL
Tujuan :
Gangguan perfusi jaringan jantung berkurang / tidak meluas selama
dilakukan tindakan perawatan di RS.
Kriteria
Hasil:
-
Nyeri dada berkurang (skala nyeri 1-3)
-
Gambaran ST depresi berkurang atau tidak ada
-
TD= 120/80 mmHg
-
Nadi=60-100x/menit
-
EKG:Irama sinus reguler.
Intervensi
|
Rasional
|
|
|
1-9 data tentang
perubahan kondisi fisik klien bermanfaat dalam diagnosa gagal jantung kiri.
Penuruna curah jantung mengakibatkab penurunan tekanan tekanan darah dan
perfusi jaringan, peningkatan denyut jantung sebagai mekanisme kompensasi
untuk mempertahankan curah jantung.
|
|
|
||
|
||
|
||
|
||
|
||
|
||
|
||
|
|
|
|
10.pemeriksaan EKG
periodik berguna untuk menentukan diagnosis perluasan area iskemik.
|
|
a. Anti
disritmia: Lidocain, aminodaron (bila ada indikasi klinis)
b. Vasodilator:
nitrogliserin (ISDN, ACE Inhibitor).
c. Inotropic:
Dopamin atau dobutamin sesuai indikasi.
d. Pemasangan
pacemaker atau kateter Swanganz (bila ada TAVB)
e. CABG
jika ada indikasi klinis
f. PTCA
atau Coronary artery stenting jika ada indikasi klinis.
|
11.
a. Disrimia menurunkan curah jantung yang
ekstrem dan perfusi jaringan.
b. Bitrat
merelaksasikan otot polos vaskular (vasodilatasi) vena dan arteri sehingga
menurunkan preload.
c. Dengan dosis yang
tepat dapat meningkatkan kontraktilitas miokard dan meningkatkan perfusi
jaringan.
d. Terapi oksigen
dapat meningkatkan suplai oksigen miokard.
e. Pacemaker membantu
meperbaiki irama jantung sehingga meningkatkan curah jantung dan perfusi jaringan.
f. Memperbaiki
sirkulasi koroner, meningkatkan suplai oksigen dan perfusi miokard.
|
|
|
12.Efek samping obat
yang dapat membahayakan kondisi klien harus dikaji dan dilaporkan.
|
|
|
13.Respon valsava
dapat menurunkan kontraktilitas miokard.
|
|
|
14.Mempertahankan
keseimbangan cairan dan mencegah overload cairan ekstraseluler.
|
|
Nyeri dada akut berhubungan dengan
iskemia
Data penunjang
Subjektif : keuhan nteri dada,
pusing, mual, sesak napas, fatigue. Lelah.
Objektif : disritmia, takikardia,
bradikardia, hipotensi, dispnea, diaforesis, ST depresi, kardiak isoenzim
meningkat, respon nyeri.
Tujuan
Klien terbebas dari rasa nyeri
Kriteria hasil
Subjektif: keluhan nyeri dada,
pusingm mual berkurang atau hilang.
Objektif : irama sinus, ST
isoelektris, delombang T positif, kardiak isoenzim dalam keadaan normal,
tanda-tanda vital normal.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Monitor
nyeri dada (awal serangan, sifat, lokasi, lamanya dan faktor pencetus).
|
1-2 data tersebut bermanfaat dalam menentukan
penyebab dan efek nyeri dada, serta menjadi dasar perbandingan dengan gejala
pasca terapi
|
2. Anjurkan
klien untuk segera minta bantuan perawat atau dokter bila merasakan nyeri.
|
|
3. Upayakan
lingkungan tenang. Batasi aktivitas selama serangan nyeri dada. Bantu
mengubah posisi
|
3-5 lingkungan tenang
mendukung istirahat dan tidur nyaman sehingga mengurangi konsumsi oksigen
miokard.
|
4. Upayakan
rencana tindakan dan latihan aktivitas yang tidak mengganggu periode tidur
dan istirahat kllien.
|
|
5. Berikan
latihan ROM
|
|
6. Nilai
respon klien terhadap aktivitas, catat adanya ST depresi, disritmia,
kelelahanm pusing, sesak dan nyeri dada.
|
6-7 aktivitas yang
disertai tanda dan gejala tersebut mengindikasikan tidak adekuatnya sirkulasi
koroner yang mengakibatkan iskemia.
|
7. Menilai
tanda-tanda vitak saat istirahat dan setelah aktivitas.
|
Kecemasan behubungan dengan keadaan
fisik yang tidak dapat diperkiranakan.
Data penunjang
Subjektif: klien mengatakan merasa
tidak berdaya, takutb mati, gelisah, bertanya perkembangan penyakitnya.
Objektif : emosi, sedih, marah,
menangis dan gelisah.
Tujuan
Klien dan keluarga mampu mengekspresikan
rasa takut atau kecemasan secara positif.
Kriteria hasil klien mampu
mengekspresiksn rasa takut dan cemas secara wajar serta merasa optimis bahwa
kondisinya dapat pulih. Klien juga mendiskusikan pengaruh penyakitnya terhadap
gaya hidup.
Intervensi
|
Rasional
|
|
1.Penjelasan tentang
prosedur membantu klien menjadi kooperatif.
|
|
2.Lingkungan fisik
dan psikologis yang nyaman membantu klien rileks dan senang.
|
|
3-5 keceamasan dapat
meningakatkan konsumsi Oksigen miokard, dukungan orang terdekat dapat menurunkan
tingkat kecemasan dan memberikan kenyamanan psikologis.
|
|
|
|
|
|
6-7 perubahan pola
hidup dalam masa pemulihan dapat mencegah serangan ulang. Rehabilitasi kardio
terprogram dapat menurunkan kecemasan.
|
|
Perubahan pola tidur berhubungan
dengan nyeri dada
Data penunjang
Subjektif: mengeluh sulit tidur,
sering terjaga, pusing nyeri dada.
Objektif : mata sayu, tampak layu,
lelah, gelisah, menguap, jumlah jam tidur berkurang.
Tujuan
Memenuhi kebutuhan istirahat klien secara
adekuat.
Kriteria Hasil
Subjektif: menyatakan mampu tidur
dengan nyaman, keluhan-keluhan berkurang.
Objektif: jumlah jam tidur
terpenuhi secara normal, klien segar, nyeri hilang.
Intervensi
|
Rasional
|
|
1-6 perubahan pola
tidur menyebabkan kecemasan yang dapat memicu nyeri dada dan meningkatkan
konsumsi oksigen miokard.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
BAB IV
PEMBAHASAN
Kasus NSTEMI
DS:
Tn. S berusia 51 tahun, beragama
islam, menikah. Masuk rumah sakit tanggal 12 april 2010, NMR 2008-25-58 dengan
diagnosa medis NSTEMI. Tanggal 12 April 2010 dilakukan pengkajian di UGD
HARKIT ditemukan keluhan utama nyeri
dada. Riwayat penyakit, pasien mengatakan nyeri dada, terasa dalam 3 hari
terakhir ini dan timbul dengan aktifitas ringan (mandi, makan). Nyeri selama
kurang lebih 10 menit, hilang sendiri. Nyeri tidak menjalar ke lengan atau
leher tetapi terasa berdebar. Malam sering keluar keringat dingin. Riwayat
penyakit dahulu, pasien merupakan pasien lama harapan kita dengan diagnosa CHF,
HT, dan riwayat CVD. Sampai sebelum masuk UGD pasien masih kontrol rutin dan minum
obat seperti cedocard, noperten, digoxin, aldactone, simvastatin, aspilet,
mantate. Pasien tidak ada riwayat alergi.
DO:
Pernapasan: Pasien bernapas spontan
dengan nasal kanul 4 LPM. RR pasien 18 X.menit. Sp O2 100%. Paru kanan kiri
vesikuler, whezing -/-, dada simetris, retraksi dada (-), batuk (-), sekret
(-), epistaksis(-). Sirkulasi/ Kardiovaskukar: terpasang IV line, JVP (5+2
mmH2O), TD 144/100 mmHg, nadi 150x/menit, suhu 36,50C. ECG: AF, Rate
150x/menit, axis normal, QRS rate 0,08 detik, Poor R di V1-V4, T inverted di
V5-V6. CKMB 57, Trop T 0,027. ECHO ditemukan EF 45%. Neurosensori: Kesadaran
komposmentis, pupil isokor 3mm/3mm, reaksi cahaya+, konjungtiva tidak ikterik,
kebiasaan merokok (-), penggunaan obat bebas(-), ketergantungan terhadap bahan
kimia (-), konsumsi jamu(+). Eliminasi dan Cairan: BAB-; urin 70-80 cc/ jam.
Lab elektrolit dalam batas normal. Ureum kreatinin dalam batas normal.
Pencernaan dan nutrisi: perut lunak, suara dulness, bising usus (+) , bibir
tidak pucat, tidak ada nyeri perut atau asites. TB: 157 cm, BB: 69Kg. Lab gula
darah sewaktu 206 mg/dl. Muskulo skeletal dan aktifitas-istirahat: tidak ada
kelainan kongenital, pasien mobilisasi di tempat tidur, kebutuhan dibantu.
Kelembaban cukup. Kulit, rambut dan kuku bersih. Kulit tidak ada tanda-tanda
kemerahan (decubitus), warna kulit kuning langsat, tidak ada jaringan parut,
keadaaan vascularisasi superfisial cukup, kulit teraba hangat, turgor cukup,
kulit kepala bersih. Rambut bersih warna hitam, tidak mudah rontok.
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
Nama
Mahasiswa : Kelompok 5
N I M : 13111188
Ruang :
Pengkajian tanggal : 12 April 2010 Jam 08.00 WIB
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn S
No.
Regester : 2008-25-58
Umur : 51 Tahun
Jenis
Kelamin : Laki-laki.
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Status
Marieta : Menikah
Pekerjaan : Swasta (buruh pabrik)
Pendidikan : SLTA
Bahasa
: Indonesia
Alamat : Jl. Sethaji 4/54 Gresik
Tanggal
MRS : 12 April 2010 Jam 08.00
WIB.
Cara Masuk :
IRD RSUD Dr.
Soetomo Surabaya
Diagnosa
Medis : NSTEMI
2.
RIWAYAT KEPERAWATAN
(NURSING HISTORY)
1)
Keluhan Utama
Nyeri Dada
2)
Riwayat Penyakit
Sekarang
Pasien mengatakan nyeri dada, terasa
dalam 3 hari terakhir ini dan timbul dengan aktifitas ringan (mandi, makan).
Nyeri selama kurang lebih 10 menit, hilang sendiri. Nyeri tidak menjalar ke
lengan atau leher tetapi dada terasa berdebar. Malam sering keluar keringat
dingin dan cepat lelah jika beraktivitas ringan (jalan).
3)
Riwayat
Penyakit Dahulu
Pasien
merupakan pasien lama harapan kita. Kx mengatakan memiliki riwayat DM sejak tahun 1995, HT sejak tahun 2000,
riwayat CHF athun 2005 dan riwayat CVD tahun 2008. Sampai sebelum masuk UGD
pasien masih kontrol rutin dan minum obat seperti cedocard, noperten, digoxin,
aldactone, simvastatin, aspilet, mantate. Pasien tidak ada riwayat alergi.
4)
Riwayat Kesehatan
Keluarga
Kx mengatakan
bahwa ibu Kx memiliki riwayat penyakit DM dan HT.
- Pola Aktifitas Sehari –hari (Activity Daily Living)
NO
|
AKTIFITAS
|
TEMPAT
|
|
DI RUMAH
|
DI RUMAH SAKIT
|
||
1
|
Pola
Nutrisi
|
Makan
3 kali sehari, porsi satu piring habis sakali makan habis, komposisi makan
terdiri dari nasi, lauk seperti tahu, tempe, ikan, telur dan daging, memakai
sayur seperti bayam dan sawi, kadang snack, pasien tidak berpantang terhadap
jenis makanan tertentu,
Minum
6 – 7 gelas /hari air putih kadang – kadang teh.
|
Klien
belum diberi makan karena baru datang, minum 100 cc air putih untuk minum
obat.
|
2
|
Pola
Eliminasi
|
Bab
1 – 2 kali/hari, Bab di WC, warna kuning trengguli bau khas faeces,
konsistensi lunak dan tidak ada ahambatan dalam pengeluaran faeces
BAB
3 – 4 kali sehari warna kuning jernih, bau khas urine, jumlah tak
terobservasi tidak ada hambatan dalam proses BAK tak nyeri.
|
Klien
belum BAB dan BAK.
|
3
|
Pola
Istirahat/tidur
|
Tidur
sehari semalam 7 – 8 jam
Malam
hari mulai tidur jam 22.00 WIB dan
bangun kurang lebih jam 04.30 WIB
Siang
hari tidur 1 – 2 jam mulai jam 14.00 – 15.00 WIB tidak ada gangguan tidur
Tidur
memakai bantal dan selimut dikamar menggunakan lampu tidur
|
Belum
tidur saat dikaji, klien istirahat ditempat tidur dengan posisi terlentang.
|
4
|
Pola
Personal Hygiene
|
Mandi
2 kali sehari dikamar mandi, memakai sabun mandi dan selesai memakai handuk.
Gosok
gigi 2 kali sehari. Keramas 1 kali seminggu atau bila pasien merasa kotor
keramas memakai shampho dan ganti baju sehari sekali.
|
Belum
mandi, gosok gigi, ganti pakaian, ataupun keramas.
|
5.
|
Pola
Aktifitas
|
Klien
di rumah bekerja sebagai bur bekerjuh pabrik dari pagi sampai dengan jam
07.00 sampai dengan sore kurang lebih jam 16.00 istirahat pada siang hari
satu jam, waktu senggang diguanakan untuk nonton TV atau ngobrol bersama
kelaurga
Klien
jarang rekreasi
|
Klien
hanya istirahat di tempat tidur dengan posisi terlentang, mobilisasi px
diatas tempat tidur, kebutuhan px dibantu oleh keluarga dan perawat.
|
6.
|
Ketergantungan
|
Klien
tidak punya riwayat ketergantungan pada obat-obatan, rokok dan minuman
(beralkohol),
|
Rokok
(-), obat bebas (-), bahan kimia (-), konsumsi jamu (+).
|
- Data Psikologi
1.
Status
emosi
Stabil,
terbukti klien sering menjawab pertanyaan yang diberikan oleh perawat dan
dokter.
2.
Konsep
Diri
a. Body
Image
Klien
mengatakan takut mengenai penyakitnya, saat ini membutuhkan bantuan, pengobatan
dan perawatan dari dokter perawat dan keluarganya, klien mengatakan sangat
terganggu dan menderita dengan keadaannya sekarang
b. Self
Ideal
Klien
mengatakan terganggu dengan aturan yang diterapkan oleh pihak RS yaitu tidak
boleh berjalan sendiri, tetapi pex mematuhi aturan tersebut karena menurut klien hal ini adalah untuk
kesembuhannya.
c. Self
esteem
Klien
mengatakan diperlakukan dengan baik, ramah, sopan dan sabar baik oleh petugas
maupun keluarga dan mendapat bantuan dalam menghadapi sakitnya.
d. Role
Klien
bersikap kooperatif saat dilakukan tindakan tinpra, penjelasan dari
perawat/dokter. Klien menyadari saat ini sedang sakit dan lemah bukan individu
yang sehat dan mandiri seperti dahulu.
e.
Identitas
Px
berusia 51 tahun, laiki-laki, memiliki 1 istri dan 3 orang anak, bekerja
sebagai buruh pabrik.
3.
Data
Sosial
a. Pendidikan : tamat SMP
b. Sumber
penghasilan : pasien bekerja
sebagai buruh pabrik
c. Pola
komunikasi : Klien
berkomunikasi dengan bahasa jawa dan Indonesia dengan nada suara sedang, volume
suara datar. Klien sering menanyakan
tentang penyakit dan keadaannya sekarang apakah ia bisa cepat sembuh dari
sakitnya
4.
Pola
Interaksi
Klien
tinggal serumah dengan istri dan tiga orang anaknya
Klien
mengatakan hubungan dengan semua anggota keluarga dan tetangga berjalan dengan baik (harmonis).
5.
Data
Spiritual
Ø Klien
mengatakan beragama islam
Ø Klien
mengatakan dirumah rajin menjalakan ibdah sesuai dengan ajaran agamanya seperti
sholat dan mengaji serta berdoa serta ibadah yang lain
Ø Di
Rumah sakit klien hanya dapat berdoa dan berharap dapat lekas sembuh dan
berkumpul dengan keluarganya.
Ø Di
rumah sakit klien tidak bisa melaksanakan sholat karena sakit yang dideritanya
Ø Klien
mengatakan menerima sakitnya sebagai cobaan yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha
Esa.
Pemeriksaan
Fisik
B1= Pasien bernapas spontan dengan
nasal kanul 4 LPM. RR pasien 18 X.menit. Sp O2 100%. Paru kanan kiri vesikuler,
whezing -/-, dada simetris, retraksi dada (-), batuk (-), sekret (-),
epistaksis(-), vocal fremittus normal, perkusi sonor.
B2=
Terpasang IV line, JVP (5+2 mmH2O), TD 144/100 mmHg, nadi 150x/menit,
suhu 36,50C. ECG: AF, Rate 150x/menit, axis normal, QRS rate 0,08
detik, Poor R di V1-V4, T inverted di V5-V6. CKMB 57, Trop T 0,027. ECHO
ditemukan EF 45%, S1 dan S2 tunggal, perkusi pekak.
B3=
Kesadaran komposmentis, pupil isokor 3mm/3mm, reaksi cahaya+,
konjungtiva tidak ikterik, pergerakan bola mata normal, penciuman, pendengaran
dan pengecapan dalam batas normal, refleks patella +, refleks patologis (-).
B4 = BAK lancar warna jenih, urin
70-80 cc/ jam, Tidak terdapat distensi kandung kemih, tidak terpasang DC.
B5 = perut lunak, suara dulness,
bising usus (+) , tympani (+), bibir tidak pucat, tidak ada nyeri perut atau
asites. TB: 157 cm, BB: 69Kg.
B6 = Tidak ada kelainan kongenital,
pasien mobilisasi di tempat tidur, kebutuhan dibantu. Kelembaban cukup. Kulit,
rambut dan kuku bersih. Kulit tidak ada tanda-tanda kemerahan (decubitus),
warna kulit kuning langsat, tidak ada jaringan parut, keadaaan vascularisasi
superfisial cukup, kulit teraba hangat, turgor cukup, kulit kepala bersih.
Rambut bersih warna hitam, tidak mudah rontok.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah tanggal 21 April
2010 jam 09.00
Pemeriksaan
|
Hasil
|
Nilai Normal
|
GDA
BUN
Creatinin Serum
Kolesterol Total
CKMB
LDH
Ureum
SGOT
SGPT
|
206 mg/dl
18,3 mg/dl
1,0 mg/dl
280 mg/dl
301 U/L
490 U/L
32,5 mg/dl
36 U/L
57 U/L
|
<120 mg/dl
(10-20mg/dl)
(<1,25 mg/dl)
100-220
7-25 U/L
240-480 U/L
0,0-71
0-38
0-41
|
Radiologi tanggal 21 April 2010 jam
09.00
COR= Membesar
Pulmo = tidak tampak infiltrat
Sinus phrenicocostalis kanan kiri
tajam.
Kesimpulan: Cardiomegali
EKG tanggal 21 April 2010 jam 09.00
AF, Rate= 150x/menit, axis normal,
QRS = 0,08 detik, T inverted di V5 dan V6, Poor R di V1-V4.
Echo tanggal 21 April 2010 jam
09.00
Ventrikel
Kiri
LVID (D) = 42 mm (35-52mm)
LVID (S) = 28 mm (26-36mm)
Shortening Fraction = 32 % (
28-44%)
Ejection Friction = 45 % (53-77%)
Dinding Post diastolik = 9 mm
(7-11mm)
Dinding Post Sistolik = 13 mm
(13-17mm)
Septum Diastolik = 10 mm (7-11mm)
Septum Sistolik = 14 mm (12-17 mm)
Wall motion = Normokinetik
Katup
Mitral
EF Slope = 70 mm/detik (80-150 mm)
MR (-)
Katup Aorta
Diameter Pembukaan Sistolik = 17 mm
(15-26 mm)
Diameter Aorta = 25 mm (20-37 mm)
AR (-)
Kesimpulan:
Katup tidak tampak kelainan
Dimensi ruang-ruang jantung:
-
LA normal
-
LV anormal
-
RA Normal
-
RV Normal
EF = 45%
Penatalaksanaa
Tanggal 21 April 2010 jam 09.00
Inf. NS 500cc/24 jam
O2 nasal kanul 4 Lpm
ISDAN 3 x 5 mg
Captopril 3 x 12,5 mg
Simvastatin 0-0-20 mg
Plavix 1 x 75 mg
ASA 1 x 100 mg
ANALISA SINTESA
NO.
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
1.
2.
3.
|
DS=
Pasien mengatakan
nyeri dada, terasa dalam 3 hari terakhir ini dan timbul dengan aktifitas
ringan (mandi, makan). Nyeri selama kurang lebih 10 menit, hilang sendiri.
Nyeri tidak menjalar ke lengan atau leher tetapi terasa berdebar. Malam
sering keluar keringat dingin.
DO=
TD= 144/100 mmHg,
nadi 150x/menit, suhu 36,50C.
T inverted di V5-V6.
CKMB 57, Trop T 0,027. ECHO ditemukan EF 45%
DS= Pasien mengatakan
nyeri dada timbul dengan aktifitas ringan (mandi, makan).
DO=
Klien hanya istirahat
di tempat tidur dengan posisi terlentang, mobilisasi px diatas tempat tidur,
kebutuhan px dibantu oleh keluarga dan perawat.
DS= Px mengatakan
dada terasa berdebar. Malam sering keluar keringat dingin dan cepat lelah
jika beraktivitas ringan (jalan). Pasien merupakan pasien lama harapan kita.
Kx mengatakan memiliki riwayat DM
sejak tahun 1995, HT sejak tahun 2000, riwayat CHF athun 2005
DO=
ECG: AF, Rate
150x/menit, Poor R di V1-V4, T inverted di V5-V6. CKMB 57, Trop T 0,027. ECHO
ditemukan EF 45%. Cardiomegali.
|
Iskemia
Angina
Penurunan
kontraktilitas miokard
|
Gangguan perfusi
jaringan jantung
Intoleransi aktivitas
Risiko Penurunan
curah jantung
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Tgl/jam
|
Diagnosa Keperawatan
|
12 April 2010/
08.15
12 April 2010/
08.15
|
Gangguan perfusi jaringan jantung berhubungan dengan
iskemia ditandai dengan:
DS=
Pasien mengatakan
nyeri dada, terasa dalam 3 hari terakhir ini dan timbul dengan aktifitas
ringan (mandi, makan). Nyeri selama kurang lebih 10 menit, hilang sendiri.
Nyeri tidak menjalar ke lengan atau leher tetapi terasa berdebar. Malam
sering keluar keringat dingin.
DO=
TD= 144/100 mmHg,
nadi 150x/menit, suhu 36,50C.
T inverted di V5-V6.
CKMB 57, Trop T 0,027. ECHO ditemukan EF 45%
Risiko Penurunan
curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas miokard ditandai
dengan:
DS= Px mengatakan
dada terasa berdebar. Malam sering keluar keringat dingin dan cepat lelah
jika beraktivitas ringan (jalan). Pasien merupakan pasien lama harapan kita.
Kx mengatakan memiliki riwayat DM
sejak tahun 1995, HT sejak tahun 2000, riwayat CHF athun 2005
DO=
ECG: AF, Rate
150x/menit, Poor R di V1-V4, T inverted di V5-V6. CKMB 57, Trop T 0,027. ECHO
ditemukan EF 45%. Cardiomegali.
|
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
1.
NSTEMI adalah adanya ketidakseimbangan antara pemintaan dan
suplai oksigen ke miokardium terutama akibat penyempitan arteri koroner akan menyebabkan
iskemia miokardium lokal. Iskemia yang bersifat sementara akan menyebabkan
perubahan reversibel pada tingkat sel dan jaringan.
2.
Presentasi klinis
klasik SKA tanpa elevasi segmen ST berupa angina
saat istirahat lebih dari 20 menit, angina
yang dialami pertama kali dan timbul asaat aktifitas yang lebih ringan dari
aktivitas sehari-hari, peningkatan
intensitas, frekuensi dan durasi angina.
3.
Penentuan risiko berdasarkan
skor risiko TIMI (Thrombolysis in myocardial Infarction):
Skor
0-2 ---- risiko rendah
Skor 3-4 ---- risiko sedang
Skor 5-7 ---- risiko tinggi
5.2
Saran
Diharapkan perawat dapat bertindak secara
profesional dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan NSTEMI, mampu mengkaji
masalah pasien secara akurat sehingga dapat dirumuskan suatu diagnosa yang
tepat dan dapat dirancang intervensi, melaksanakan implementasi secara tepat
sehingga pada evaluasi akan diperoleh hasil sesuai dengan tujuan yaitu masalah
keperawatan pada pasien dapat teratasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar