Kamis, 31 Januari 2013

ASUHAN KEPERAWATAN NON STEMI



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KONSEP MEDIS NSTEMI

2.1    Pengertian
NSTEMI adalah  adanya ketidakseimbangan antara pemintaan dan suplai oksigen ke miokardium terutama akibat penyempitan arteri koroner akan menyebabkan iskemia miokardium lokal. Iskemia yang bersifat sementara akan menyebabkan perubahan reversibel pada tingkat sel dan jaringan. (Sylvia,2006).

2.2  Patofisiologi
 Berkurangnya kadar oksigen memaksa miokardiun menugubah metabolisme aerobik menjadi metabolisme anaerob. Metabolisme anaerob melalui lintasan glikolitik jauh lebih tidak efisien apabila dibandingkan dengan metabolisme aerob. Asam laktat akan tertimbun sehingga menurunkan pH sel. Gabungan efek hipoksia, berkurangnya energi yang tersedia, serta asidosis dapat mempercepat gangguan fungsi ventrikel kiri, berkurangnat daya kontraksi dan gangguan gerakan jantung akan mengubah hemodinamika. Perubahan hemodinamika berrvariasi sesuai ukuran segmen yang mengalami iskemia dan derajat respon refleks kompensasi sistem saraf otonom. Menurunnya fungsi ventrikel kiri dapat mengurangi curah jantung karena berkurangnya isi sekuncup.
Metabolisme anaerob hanya memberikan 6% dari energi total yang diperlukan. Ambilan glukosa oleh sel sangat meningkat saat simpanan glikogen dan adenosis trifosfat berkurang. Kalium dengan cepat berkgerak keluar dari sel miokardium selama iskemia. Asidosis selalu terjadi dan mengganggu metabolisme seluler.

2.3  Etiologi
a. Coronary Arteri disease.
b. Coronary Arteri Emboli
c. Kongenital
d. Imbalans Oksigen suplay dan demand miokard
e. Gangguan Hematologi.

2.4  Gejala Klinis
Presentasi klinis klasik SKA tanpa elevasi segmen ST berupa:
  1. Angina saat istirahat lebih dari 20 menit
  2.  Angina yang dialami pertama kali dan timbul asaat aktifitas yang lebih ringan dari aktivitas sehari-hari.
  3. Peningkatan intensitas, frekuensi dan durasi angina.
  4. Angina pasca infark.
     Gejala klinis yang sering berupa rasa tekanan atau berat di retrosternal yang menjalar ke lenagan kiri, leher atau rahang dapat disertai keringat dingian, mual, nyeri perut, sesak napas dan sinkope.

2.5 Pemeriksaan Diagnosis
Alat bantu diagnosis:
  1. Pemeriksaan fisik: biasanya normal.
  2. Elektrokardiogram: gambaran khas berupa depresi segmen ST > 0,5 mm (0,05 mVolt) di dua atau lebih sadapan yang berhubungan atau inversi dalam dan simetris dari gelombang T.
  3. Petanda bikemikal: pemeriksaan kadar CKMB dan Troponin T/I. Troponin T/I merupakan pertanda nekrosis miokard lebih spesifik dibandingkan enzim kardiak konvensional CK atau CKMB. Tetapi tidak boleh tertunda karena menunggu hasil pemeriksaan enzim.
  4. Ekokardiografi,
  5. Modalitas pencitraan jantung.

2.6 Risiko
Stratifikasi Risiko
Penentuan risiko berdasarkan skor risiko TIMI (Thrombolysis in myocardial Infarction) sebagai berikut:
-          Penggunaan aspirin dalam 7 hari terakhir
-          Usia > 65 tahun
-          Memiliki lebih dari 3 faktorrisiko penyakit jantung koroner
-          Diketahhui penderita PJK atau terdapat stenosis arteri koroner > 60%
-           Lebih dari 2x episode angina dalam 24 jam etrakhir
-          Peningkatan enzim jantung (CKMB dan Troponin)
-          Adanya deviasi segmen ST.

Diberi skor 1 untuk tiap poin
Penilaian:
-          Skor 0-2 ---- risiko rendah
-          Skor 3-4 ---- risiko sedang
-          Skor 5-7 ---- risiko tinggi
Penentuan risiko penting dilakukan untuk penetuan strategi pengobatan.

2.7 Penatalaksanaan
Tatalaksana awal pasien dugaan SKA (dilakukan dalam waktu 10 menit):
-             Memeriksa tanda-tanda vital
-             Mendapatkan akses intra vena
-             Merekam dan menganalisis EKG
-             Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
-             Mengambil sediaan untuk pemeriksaan enzim jantung, elektrolit serta pemeriksaan koagulasi.
-             Mengambil foto rongten thorax (<30 menit).
EKG harus dilakukan segera dan dilakukan rekaman EKG berkala untuk mendapatkan ada tidaknya elevasi segmen ST. Troponin T/I diukur saat masuk, jika normal diulang 6-12 jam kemudian. Enzim CK dan CKMB diperiksa pada pasien dengan onset < 6 jam dan pada pasien pasca infark < 2minggu dengan iskemik berulang untuk mendeteksi reinfark atau infark periprosedural.
Tatalaksana awal SKA tanpa elevasi segmen ST di unit emergency:
-             Oksigen 4 L/ menit (saturasi oksigen dipertahankan > 90%)
-             Aspirin 160 mg (dikunyah).
-             Tablet nitrat 5mg sublingual (dapat diualang 3x) lalu per drip bila  masih nyeri dada.
-             Mofin IV (2,5mg-5mg) bila nyeri dada tidak teratasi dengan nitrat.
Tatalaksana lanjut berdasarkan stratifikasi risiko (skor risiko TIMI):
  1. Risiko tinggi/ sedang:
-          Anti iskemik : beta blocker, nitrat, calcium-channel blocker.
-          Beta blocker diberikan pada pasien tanpa kontarindikasi, khususnya pasien dengan hipertensi dan takikardia.
-          Nitrat intra vena atau oaral efektif mengatasi episode nyeri dada akut.
-          Calcium-channel blocker dipakai untuk mengurangi gejala pada pasien yang telah menerima nitrat dan beta-blocker, bermanfaat pada pasien yang kontraindikasi beta-blocker dan pada pasien angina vasospastik.

Anti platelet oral: aspirin, clopidogrel.
-          Aspirin diberikan pada semua pasien SKA, dosis awal 16o mg-325 mg dan selanjutnya 75-100 mg per hari untuk jangka panjang.
-          Pada semua, clopidogrel diberi dengan dosis loading 300mg per oral, selanjutnya 75 mg per hari, clopidogrel dapat diberikan hingga 12 bulan kecuali dengan komplikasi perdarahan berlebih.
-          Pasien dengan kontarindikasi aspirin, clopidogrel diberikan sebagai pengganti.
-           Pasien yang direncanakan menjalani prosedur invasif (PCI= pecutaneous coronary intervention), clopidogrel diberikan dengan dosis loading 600 mg untuk mencapai inhibisi fungsi platelet yang lebih cepat dan optimal.
Anti platelet intra vena
-          Pasien risiko sedang sampai tinggi, khususnya pasien dengan troponin yang meningkat, depresi segmen ST atau diabetes.
Anti koagulan/ antitrombin: Heparin
-          Anti koagulan diberi pada semua pasien selain anti platelet.
Revaskularisasi koroner
-angiografi koroner dini (<72 jam ) diikuti oleh revaskularisasu (PCI atau bedah pintas koroner) direkomendasikan pada pasien dengan risiko sedang dan tinggi.
- angiografi koroner urgensi (<24 jam) direkomendasikan pada pasien dengan angina refrakter atau berulang yabg disertai perubahan segmen ST, gagal jantung, aritmia yang mengancam hidup dan hemodinamik yang tidak stabil.
Terapi tambahan: ACE inhibitor atau penghambat reseptor angiotensin.
  1. Risiko rendah, diberi terapi:
1.      Aspirin
2.      Beta-blocker
3.      Pertimbangan untuk uji latih jantung (treadmill).
4.      Dapat dipulangkan setelah observasi.



BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1  Pengkajian
3.1.1 Pengkajian persistem :
a. B1: Breath
Sesak nafas, apnea, eupnea, takipnea
b. B2: Blood
Denyut nadi lemah, nadi cepat, teratur/tidak teratur, EKG Aritmia,
Suara jantung bisa tidak terdengar pada VF. Tekanan darah sukar / tidak dapat diukur/ normal, Saturasi oksigen bisa menurun < 90%
c. B3: Brain
Menurunnya/hilangnya kesadaran, gelisah, disorientasi waktu, tempat dan orang
d. B4: Bladder
Produksi urine menurun, warna urine lebih pekat dari biasanya, oliguria, anuria
e. B5: bowel
Konstipasi
f. B6: Bone
Perfusi ding
in basah pucat, CRT > 2 detik, diaforesis, kelemahan
Keluhan Utama Pasien :
a. Kualitas Nyeri Dada : seperti terbakar, tercekik, rasa menyesakkan nafas atau seperti tertindih barang berat.
b. Lokasi dan radiasi : retrosternal dan prekordial kiri, radiasi menurun ke lengan kiri bawah dan pipi, dagu, gigi, daerah epigastrik dan punggung.
c.   Faktor pencetus : mungkin terjadi saat istirahat atau selama kegiatan.
d. Lamanya dan faktor-faktor yang meringankan : berlangsung lama, berakhir lebih dari 20 menit, tidak menurun dengan istirahat, perubahan posisi ataupun minum Nitrogliserin.
e. Tanda dan gejala : Cemas, gelisah, lemah sehubungan dengan keringatan, dispnea, pening, tanda-tanda respon vasomotor meliputi : mual, muntah, pingsan, kulit dinghin dan lembab, cekukan dan stress gastrointestinal, suhu menurun.
f. Pemeriksaan fisik : mungkin tidak ada tanda kecuali dalam tanda-tanda gagalnya ventrikel atau kardiogenik shok terjadi. BP normal, meningkat atau menuirun, takipnea, mula-mula pain reda kemudian kembali normal, suara jantung S3, S4 Galop menunjukan disfungsi ventrikel, sistolik mur-mur, M. Papillari disfungsi, LV disfungsi terhadap suara jantung menurun dan perikordial friksin rub, pulmonary crackles, urin output menurun, Vena jugular amplitudonya meningkat ( LV disfungsi ), RV disfungsi, ampiltudo vena jugular menurun, edema periver, hati lembek.
g.    Parameter Hemodinamik : penurunan PAP, PCWP, SVR, CO/ CI.

3.2   Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
Gangguan perfusi jaringan jantung berhubungan dengan , iskemik, kerusakan otot jantung, penyempitan / penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria ditandai dengan :
-     Daerah perifer dingin
-     EKG elevasi segmen ST & Q patologis pada lead tertentu
-     RR lebih dari 24 x/ menit
-     Kapiler refill Lebih dari 3 detik
-     Nyeri dada
-     Gambaran foto torak terdpat pembesaran jantung & kongestif paru ( tidak selalu )
-     HR lebih dari 100 x/menit, TD > 120/80AGD dengan : pa O2 <>2 > 45 mmHg dan Saturasi <>
-     Nadi lebih dari 100 x/ menit
-     Terjadi peningkatan enzim jantung yaitu CK, AST, LDL/HDL
Tujuan :
Gangguan perfusi jaringan jantung berkurang / tidak meluas selama dilakukan tindakan perawatan di RS.

Kriteria Hasil:
-          Nyeri dada berkurang (skala nyeri 1-3)
-          Gambaran ST depresi berkurang atau tidak ada
-          TD= 120/80 mmHg
-          Nadi=60-100x/menit
-          EKG:Irama sinus reguler.
Intervensi
Rasional
  1. Observasi tanda-tanda vital tiap 1-4jam, status hemodinamika
1-9 data tentang perubahan kondisi fisik klien bermanfaat dalam diagnosa gagal jantung kiri. Penuruna curah jantung mengakibatkab penurunan tekanan tekanan darah dan perfusi jaringan, peningkatan denyut jantung sebagai mekanisme kompensasi untuk mempertahankan curah jantung.
  1. Monitor tanda dan gejala penurunan perfusi (nyeri dada, disritmia, takikardia, takipnea, hipotensi dan penurunan curah jantung)
  1. Monitor bunyi dan irama jantung secara kontinue, catat adanya denyut prematur ventrikel kontraksi
  1. Palpasi denyut nadi perifer guna mengkaji adanya denyutan prematur.
  1. Observasi adanya tanda dan gejala penurunan curah jantung ( pusing, pucat, diaforesis, pingsan, akral dingin)
  1. Monitor tanda dan gejal gangguan perfusi renal (produksi urin < 30 ml/jam, peningkatan BUN dan kreatinin, edema perifer, tidak adanya reaksi diuretik).
  1. Monitor tanda dan gejala yang menujukkan penurunan perfusi jaringan (kulit dingin, pucat, lembab, berkeringat, sianosis, denyut nadi lemah, edema perifer).
  1. Atur posisi baring setiap 2 jam, menggerakkan kaki dan tangan secara aktif dan pasif setiap 1 jam
  1. Monitor tanda dan gejala yang menunjukkan penurunan perfusi otak (gelisah, bingung, apatis, somnolen).

  1. Rekam pola EKG secara periodik selama periode serangan dan catat adanya disritmia atau perluasan iskemia atau infark miokard
10.pemeriksaan EKG periodik berguna untuk menentukan diagnosis perluasan area iskemik.
  1. Kolaborasi tim medis untuk terapi dan tindakan.
a.       Anti disritmia: Lidocain, aminodaron (bila ada indikasi klinis)
b.      Vasodilator: nitrogliserin (ISDN, ACE Inhibitor).
c.       Inotropic: Dopamin atau dobutamin sesuai indikasi.
d.      Pemasangan pacemaker atau kateter Swanganz (bila ada TAVB)
e.       CABG jika ada indikasi klinis
f.       PTCA atau Coronary artery stenting jika ada indikasi klinis.
11.
a.  Disrimia menurunkan curah jantung yang ekstrem dan perfusi jaringan.
b. Bitrat merelaksasikan otot polos vaskular (vasodilatasi) vena dan arteri sehingga menurunkan preload.
c. Dengan dosis yang tepat dapat meningkatkan kontraktilitas miokard dan meningkatkan perfusi jaringan.
d. Terapi oksigen dapat meningkatkan suplai oksigen miokard.
e. Pacemaker membantu meperbaiki irama jantung sehingga meningkatkan curah jantung dan perfusi jaringan.
f. Memperbaiki sirkulasi koroner, meningkatkan suplai oksigen dan perfusi miokard.
  1. Observasi reaksi atau efek terapi, efek samping, toksisitas
12.Efek samping obat yang dapat membahayakan kondisi klien harus dikaji dan dilaporkan.
  1. Hindari respon valsava yang merugikan. Atur diiet yang diberikan.
13.Respon valsava dapat menurunkan kontraktilitas miokard.
  1. Pertahankan intake cairan maksimal 2000 ml/ 24 jam (bila tidak ada edema).
14.Mempertahankan keseimbangan cairan dan mencegah overload cairan ekstraseluler.




Nyeri dada akut berhubungan dengan iskemia
Data penunjang
Subjektif : keuhan nteri dada, pusing, mual, sesak napas, fatigue. Lelah.
Objektif : disritmia, takikardia, bradikardia, hipotensi, dispnea, diaforesis, ST depresi, kardiak isoenzim meningkat, respon nyeri.
Tujuan
Klien terbebas dari rasa nyeri
Kriteria hasil
Subjektif: keluhan nyeri dada, pusingm mual berkurang atau hilang.
Objektif : irama sinus, ST isoelektris, delombang T positif, kardiak isoenzim dalam keadaan normal, tanda-tanda vital normal.
Intervensi
Rasional
1.      Monitor nyeri dada (awal serangan, sifat, lokasi, lamanya dan faktor pencetus).
1-2  data tersebut bermanfaat dalam menentukan penyebab dan efek nyeri dada, serta menjadi dasar perbandingan dengan gejala pasca terapi
2.      Anjurkan klien untuk segera minta bantuan perawat atau dokter bila merasakan nyeri.
3.      Upayakan lingkungan tenang. Batasi aktivitas selama serangan nyeri dada. Bantu mengubah posisi
3-5 lingkungan tenang mendukung istirahat dan tidur nyaman sehingga mengurangi konsumsi oksigen miokard.
4.      Upayakan rencana tindakan dan latihan aktivitas yang tidak mengganggu periode tidur dan istirahat kllien.

5.      Berikan latihan ROM
6.      Nilai respon klien terhadap aktivitas, catat adanya ST depresi, disritmia, kelelahanm pusing, sesak dan nyeri dada.
6-7 aktivitas yang disertai tanda dan gejala tersebut mengindikasikan tidak adekuatnya sirkulasi koroner yang mengakibatkan iskemia.

7.      Menilai tanda-tanda vitak saat istirahat dan setelah aktivitas.

Kecemasan behubungan dengan keadaan fisik yang tidak dapat diperkiranakan.
Data penunjang
Subjektif: klien mengatakan merasa tidak berdaya, takutb mati, gelisah, bertanya perkembangan penyakitnya.
Objektif : emosi, sedih, marah, menangis dan gelisah.
Tujuan
Klien dan keluarga mampu mengekspresikan rasa takut atau kecemasan secara positif.
Kriteria hasil klien mampu mengekspresiksn rasa takut dan cemas secara wajar serta merasa optimis bahwa kondisinya dapat pulih. Klien juga mendiskusikan pengaruh penyakitnya terhadap gaya hidup.

Intervensi
Rasional
  1. Berikan penjelasan singkat tentang tujuan, hasil yang diharapkan setiap prosedur dan efek samping.
1.Penjelasan tentang prosedur membantu klien menjadi kooperatif.
  1. Berikan kesempatan kepada klien untuk mengenal lingkungannya dan tim keperawatan
2.Lingkungan fisik dan psikologis yang nyaman membantu klien rileks dan senang.
  1. Berikan waktu secukupny bagi klien untuk berbicara dengan teman dekat.
3-5 keceamasan dapat meningakatkan konsumsi Oksigen miokard, dukungan orang terdekat dapat menurunkan tingkat kecemasan dan memberikan kenyamanan psikologis.
  1. Observasi efek yang terjadi setelah klien mendapatkan kunjungan dari orang terdekat.
  1. Berikan dukungan untuk mengekspresikan perasaan, mendengarkan keluhan klien.
  1. Diskusikan kondisi kllien dan perubahan pola hidup yang harus dijalani setelah pulang dari rumah sakkit.
6-7 perubahan pola hidup dalam masa pemulihan dapat mencegah serangan ulang. Rehabilitasi kardio terprogram dapat menurunkan kecemasan.
  1. Anjurkan berpartisipasi aktif dalam program rehabilitasi kardio.

Perubahan pola tidur berhubungan dengan nyeri dada
Data penunjang
Subjektif: mengeluh sulit tidur, sering terjaga, pusing nyeri dada.
Objektif : mata sayu, tampak layu, lelah, gelisah, menguap, jumlah jam tidur berkurang.
Tujuan
 Memenuhi kebutuhan istirahat klien secara adekuat.
Kriteria Hasil
Subjektif: menyatakan mampu tidur dengan nyaman, keluhan-keluhan berkurang.
Objektif: jumlah jam tidur terpenuhi secara normal, klien segar, nyeri hilang.
Intervensi
Rasional
  1. Identifikasi pola normal tidur sebelum masuk rumah sakit dan perubahan yang terjadi setealh dirawat.
1-6 perubahan pola tidur menyebabkan kecemasan yang dapat memicu nyeri dada dan meningkatkan konsumsi oksigen miokard.
  1. Bantu klien dalam beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit.
  1. Nialai adanya faktor yang menunjang gangguan polatidur.
  1. Berikan tindakan untuk mengatasi faktor penyebab.
  1. Berikan prosedur sebelum waktu tidur yang menunjang klien istirahat tidur ( menggososk punggung, minum susu hangat).

  1. Rencanakan tindakan keperawatan yang tidak mengganggu jam istirahat tidur klien
  1. Kolaborasi dengan dokter dakan obat sedatif dan observasi reaksi, efek samping serta tanda-tanda toksisitas obat yang diberikan.
  1. Obat sedatif menurunkan kecemasan, efek samping yang membahayakan harus dikaji dan dilaporkan.


BAB IV
PEMBAHASAN

Kasus NSTEMI
DS:
Tn. S berusia 51 tahun, beragama islam, menikah. Masuk rumah sakit tanggal 12 april 2010, NMR 2008-25-58 dengan diagnosa medis NSTEMI. Tanggal 12 April 2010 dilakukan pengkajian di UGD HARKIT  ditemukan keluhan utama nyeri dada. Riwayat penyakit, pasien mengatakan nyeri dada, terasa dalam 3 hari terakhir ini dan timbul dengan aktifitas ringan (mandi, makan). Nyeri selama kurang lebih 10 menit, hilang sendiri. Nyeri tidak menjalar ke lengan atau leher tetapi terasa berdebar. Malam sering keluar keringat dingin. Riwayat penyakit dahulu, pasien merupakan pasien lama harapan kita dengan diagnosa CHF, HT, dan riwayat CVD. Sampai sebelum masuk UGD pasien masih kontrol rutin dan minum obat seperti cedocard, noperten, digoxin, aldactone, simvastatin, aspilet, mantate. Pasien tidak ada riwayat alergi.
DO:
Pernapasan: Pasien bernapas spontan dengan nasal kanul 4 LPM. RR pasien 18 X.menit. Sp O2 100%. Paru kanan kiri vesikuler, whezing -/-, dada simetris, retraksi dada (-), batuk (-), sekret (-), epistaksis(-). Sirkulasi/ Kardiovaskukar: terpasang IV line, JVP (5+2 mmH2O), TD 144/100 mmHg, nadi 150x/menit, suhu 36,50C. ECG: AF, Rate 150x/menit, axis normal, QRS rate 0,08 detik, Poor R di V1-V4, T inverted di V5-V6. CKMB 57, Trop T 0,027. ECHO ditemukan EF 45%. Neurosensori: Kesadaran komposmentis, pupil isokor 3mm/3mm, reaksi cahaya+, konjungtiva tidak ikterik, kebiasaan merokok (-), penggunaan obat bebas(-), ketergantungan terhadap bahan kimia (-), konsumsi jamu(+). Eliminasi dan Cairan: BAB-; urin 70-80 cc/ jam. Lab elektrolit dalam batas normal. Ureum kreatinin dalam batas normal. Pencernaan dan nutrisi: perut lunak, suara dulness, bising usus (+) , bibir tidak pucat, tidak ada nyeri perut atau asites. TB: 157 cm, BB: 69Kg. Lab gula darah sewaktu 206 mg/dl. Muskulo skeletal dan aktifitas-istirahat: tidak ada kelainan kongenital, pasien mobilisasi di tempat tidur, kebutuhan dibantu. Kelembaban cukup. Kulit, rambut dan kuku bersih. Kulit tidak ada tanda-tanda kemerahan (decubitus), warna kulit kuning langsat, tidak ada jaringan parut, keadaaan vascularisasi superfisial cukup, kulit teraba hangat, turgor cukup, kulit kepala bersih. Rambut bersih warna hitam, tidak mudah rontok.

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa        : Kelompok 5
N I M                          : 13111188
Ruang                          :
Pengkajian tanggal      : 12 April 2010 Jam 08.00 WIB

1.         IDENTITAS PASIEN

Nama                       : Tn S
No. Regester           : 2008-25-58
Umur                       : 51 Tahun
Jenis Kelamin          : Laki-laki.
Suku/Bangsa           : Jawa/Indonesia
Agama                     : Islam
Status Marieta         : Menikah
Pekerjaan                 : Swasta (buruh pabrik)
Pendidikan              : SLTA
Bahasa                     : Indonesia
Alamat                    : Jl. Sethaji 4/54 Gresik
Tanggal MRS          : 12 April 2010 Jam 08.00 WIB.
Cara Masuk            : IRD RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Diagnosa Medis      : NSTEMI

2.         RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)
1)        Keluhan Utama
Nyeri Dada

2)        Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan nyeri dada, terasa dalam 3 hari terakhir ini dan timbul dengan aktifitas ringan (mandi, makan). Nyeri selama kurang lebih 10 menit, hilang sendiri. Nyeri tidak menjalar ke lengan atau leher tetapi dada terasa berdebar. Malam sering keluar keringat dingin dan cepat lelah jika beraktivitas ringan (jalan).
3)        Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien merupakan pasien lama harapan kita. Kx mengatakan memiliki riwayat  DM sejak tahun 1995, HT sejak tahun 2000, riwayat CHF athun 2005 dan riwayat CVD tahun 2008. Sampai sebelum masuk UGD pasien masih kontrol rutin dan minum obat seperti cedocard, noperten, digoxin, aldactone, simvastatin, aspilet, mantate. Pasien tidak ada riwayat alergi.
4)        Riwayat Kesehatan Keluarga
Kx mengatakan bahwa ibu Kx memiliki riwayat penyakit DM dan HT.


  1. Pola Aktifitas Sehari –hari (Activity Daily Living)
NO
AKTIFITAS
TEMPAT
DI RUMAH
DI RUMAH SAKIT
1
Pola Nutrisi
Makan 3 kali sehari, porsi satu piring habis sakali makan habis, komposisi makan terdiri dari nasi, lauk seperti tahu, tempe, ikan, telur dan daging, memakai sayur seperti bayam dan sawi, kadang snack, pasien tidak berpantang terhadap jenis makanan tertentu,
Minum 6 – 7 gelas /hari air putih kadang – kadang teh.
Klien belum diberi makan karena baru datang, minum 100 cc air putih untuk minum obat.
2
Pola Eliminasi
Bab 1 – 2 kali/hari, Bab di WC, warna kuning trengguli bau khas faeces, konsistensi lunak dan tidak ada ahambatan dalam pengeluaran faeces
BAB 3 – 4 kali sehari warna kuning jernih, bau khas urine, jumlah tak terobservasi tidak ada hambatan dalam proses BAK tak nyeri.

Klien belum BAB dan BAK.
3
Pola Istirahat/tidur
Tidur sehari semalam 7 – 8 jam
Malam hari mulai tidur jam 22.00  WIB dan bangun kurang lebih jam 04.30 WIB
Siang hari tidur 1 – 2 jam mulai jam 14.00 – 15.00 WIB tidak ada gangguan tidur
Tidur memakai bantal dan selimut dikamar menggunakan lampu tidur
Belum tidur saat dikaji, klien istirahat ditempat tidur dengan posisi terlentang.
4
Pola Personal Hygiene
Mandi 2 kali sehari dikamar mandi, memakai sabun mandi dan selesai memakai handuk.
Gosok gigi 2 kali sehari. Keramas 1 kali seminggu atau bila pasien merasa kotor keramas memakai shampho dan ganti baju sehari sekali.
Belum mandi, gosok gigi, ganti pakaian, ataupun keramas.
5.
Pola Aktifitas
Klien di rumah bekerja sebagai bur bekerjuh pabrik dari pagi sampai dengan jam 07.00 sampai dengan sore kurang lebih jam 16.00 istirahat pada siang hari satu jam, waktu senggang diguanakan untuk nonton TV atau ngobrol bersama kelaurga
Klien jarang rekreasi
Klien hanya istirahat di tempat tidur dengan posisi terlentang, mobilisasi px diatas tempat tidur, kebutuhan px dibantu oleh keluarga dan perawat.

6.
Ketergantungan
Klien tidak punya riwayat ketergantungan pada obat-obatan, rokok dan minuman (beralkohol),

Rokok (-), obat bebas (-), bahan kimia (-), konsumsi jamu (+).


  1. Data Psikologi
1.      Status emosi
Stabil, terbukti klien sering menjawab pertanyaan yang diberikan oleh perawat dan dokter.
2.      Konsep Diri
a.       Body Image
Klien mengatakan takut mengenai penyakitnya, saat ini membutuhkan bantuan, pengobatan dan perawatan dari dokter perawat dan keluarganya, klien mengatakan sangat terganggu dan menderita dengan keadaannya sekarang
b.      Self Ideal
Klien mengatakan terganggu dengan aturan yang diterapkan oleh pihak RS yaitu tidak boleh berjalan sendiri, tetapi pex mematuhi aturan tersebut  karena menurut klien hal ini adalah untuk kesembuhannya.
c.       Self esteem
Klien mengatakan diperlakukan dengan baik, ramah, sopan dan sabar baik oleh petugas maupun keluarga dan mendapat bantuan dalam menghadapi sakitnya.
d.      Role
Klien bersikap kooperatif saat dilakukan tindakan tinpra, penjelasan dari perawat/dokter. Klien menyadari saat ini sedang sakit dan lemah bukan individu yang sehat dan mandiri seperti dahulu.
e.                 Identitas
Px berusia 51 tahun, laiki-laki, memiliki 1 istri dan 3 orang anak, bekerja sebagai buruh pabrik.
3.      Data Sosial
a.       Pendidikan                                    : tamat SMP
b.      Sumber penghasilan          : pasien bekerja sebagai buruh pabrik
c.       Pola komunikasi                : Klien berkomunikasi dengan bahasa jawa dan Indonesia dengan nada suara sedang, volume suara datar. Klien sering menanyakan tentang penyakit dan keadaannya sekarang apakah ia bisa cepat sembuh dari sakitnya
4.      Pola Interaksi
Klien tinggal serumah dengan istri dan tiga orang anaknya
Klien mengatakan hubungan dengan semua anggota keluarga dan tetangga  berjalan dengan baik (harmonis).
5.      Data Spiritual
Ø  Klien mengatakan beragama islam
Ø  Klien mengatakan dirumah rajin menjalakan ibdah sesuai dengan ajaran agamanya seperti sholat dan mengaji serta berdoa serta ibadah yang lain
Ø  Di Rumah sakit klien hanya dapat berdoa dan berharap dapat lekas sembuh dan berkumpul dengan keluarganya.
Ø  Di rumah sakit klien tidak bisa melaksanakan sholat karena  sakit yang dideritanya
Ø  Klien mengatakan menerima sakitnya sebagai cobaan yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Pemeriksaan Fisik
B1= Pasien bernapas spontan dengan nasal kanul 4 LPM. RR pasien 18 X.menit. Sp O2 100%. Paru kanan kiri vesikuler, whezing -/-, dada simetris, retraksi dada (-), batuk (-), sekret (-), epistaksis(-), vocal fremittus normal, perkusi sonor.
B2=  Terpasang IV line, JVP (5+2 mmH2O), TD 144/100 mmHg, nadi 150x/menit, suhu 36,50C. ECG: AF, Rate 150x/menit, axis normal, QRS rate 0,08 detik, Poor R di V1-V4, T inverted di V5-V6. CKMB 57, Trop T 0,027. ECHO ditemukan EF 45%, S1 dan S2 tunggal, perkusi pekak.
B3=  Kesadaran komposmentis, pupil isokor 3mm/3mm, reaksi cahaya+, konjungtiva tidak ikterik, pergerakan bola mata normal, penciuman, pendengaran dan pengecapan dalam batas normal, refleks patella +, refleks patologis (-).
B4 = BAK lancar warna jenih, urin 70-80 cc/ jam, Tidak terdapat distensi kandung kemih, tidak terpasang DC.
B5 = perut lunak, suara dulness, bising usus (+) , tympani (+), bibir tidak pucat, tidak ada nyeri perut atau asites. TB: 157 cm, BB: 69Kg.
B6 = Tidak ada kelainan kongenital, pasien mobilisasi di tempat tidur, kebutuhan dibantu. Kelembaban cukup. Kulit, rambut dan kuku bersih. Kulit tidak ada tanda-tanda kemerahan (decubitus), warna kulit kuning langsat, tidak ada jaringan parut, keadaaan vascularisasi superfisial cukup, kulit teraba hangat, turgor cukup, kulit kepala bersih. Rambut bersih warna hitam, tidak mudah rontok.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah tanggal 21 April 2010 jam 09.00
Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
GDA
BUN
Creatinin Serum
Kolesterol Total
CKMB
LDH
Ureum
SGOT
SGPT
206 mg/dl
18,3 mg/dl
1,0 mg/dl
280 mg/dl
301 U/L
490 U/L
32,5 mg/dl
36 U/L
57 U/L
<120 mg/dl
(10-20mg/dl)
(<1,25 mg/dl)
100-220
7-25 U/L
240-480 U/L
0,0-71
0-38
0-41

Radiologi tanggal 21 April 2010 jam 09.00
COR= Membesar
Pulmo = tidak tampak infiltrat
Sinus phrenicocostalis kanan kiri tajam.
Kesimpulan: Cardiomegali

EKG tanggal 21 April 2010 jam 09.00
AF, Rate= 150x/menit, axis normal, QRS = 0,08 detik, T inverted di V5 dan V6, Poor R di V1-V4.

Echo tanggal 21 April 2010 jam 09.00
Ventrikel Kiri
LVID (D) = 42 mm (35-52mm)
LVID (S) = 28 mm (26-36mm)
Shortening Fraction = 32 % ( 28-44%)
Ejection Friction = 45 % (53-77%)
Dinding Post diastolik = 9 mm (7-11mm)
Dinding Post Sistolik = 13 mm (13-17mm)
Septum Diastolik = 10 mm (7-11mm)
Septum Sistolik = 14 mm (12-17 mm)
Wall motion = Normokinetik
Katup Mitral
EF Slope = 70 mm/detik (80-150 mm)
MR (-)
Katup Aorta
Diameter Pembukaan Sistolik = 17 mm (15-26 mm)
Diameter Aorta = 25 mm (20-37 mm)
AR (-)
Kesimpulan:
Katup tidak tampak kelainan
Dimensi ruang-ruang jantung:
-          LA normal
-          LV anormal
-          RA Normal
-          RV Normal
EF = 45%
Penatalaksanaa
Tanggal 21 April 2010 jam 09.00
Inf. NS 500cc/24 jam
O2 nasal kanul 4 Lpm
ISDAN 3 x 5 mg
Captopril 3 x 12,5 mg
Simvastatin 0-0-20 mg
Plavix 1 x 75 mg
ASA 1 x 100 mg



ANALISA SINTESA

NO.
Data
Etiologi
Masalah
1.















2.









3.

DS=
Pasien mengatakan nyeri dada, terasa dalam 3 hari terakhir ini dan timbul dengan aktifitas ringan (mandi, makan). Nyeri selama kurang lebih 10 menit, hilang sendiri. Nyeri tidak menjalar ke lengan atau leher tetapi terasa berdebar. Malam sering keluar keringat dingin.
DO=
TD= 144/100 mmHg, nadi 150x/menit, suhu 36,50C.
T inverted di V5-V6. CKMB 57, Trop T 0,027. ECHO ditemukan EF 45%
DS= Pasien mengatakan nyeri dada timbul dengan aktifitas ringan (mandi, makan).
DO=
Klien hanya istirahat di tempat tidur dengan posisi terlentang, mobilisasi px diatas tempat tidur, kebutuhan px dibantu oleh keluarga dan perawat.

DS= Px mengatakan dada terasa berdebar. Malam sering keluar keringat dingin dan cepat lelah jika beraktivitas ringan (jalan). Pasien merupakan pasien lama harapan kita. Kx mengatakan memiliki riwayat  DM sejak tahun 1995, HT sejak tahun 2000, riwayat CHF athun 2005
DO=
ECG: AF, Rate 150x/menit, Poor R di V1-V4, T inverted di V5-V6. CKMB 57, Trop T 0,027. ECHO ditemukan EF 45%. Cardiomegali.


Iskemia















Angina









Penurunan kontraktilitas miokard
Gangguan perfusi jaringan jantung














Intoleransi aktivitas








Risiko Penurunan curah jantung



DIAGNOSA KEPERAWATAN
Tgl/jam
Diagnosa Keperawatan
12 April 2010/ 08.15









12 April 2010/ 08.15
Gangguan perfusi jaringan jantung berhubungan dengan iskemia ditandai dengan:
DS=
Pasien mengatakan nyeri dada, terasa dalam 3 hari terakhir ini dan timbul dengan aktifitas ringan (mandi, makan). Nyeri selama kurang lebih 10 menit, hilang sendiri. Nyeri tidak menjalar ke lengan atau leher tetapi terasa berdebar. Malam sering keluar keringat dingin.
DO=
TD= 144/100 mmHg, nadi 150x/menit, suhu 36,50C.
T inverted di V5-V6. CKMB 57, Trop T 0,027. ECHO ditemukan EF 45%
Risiko Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas miokard ditandai dengan:
DS= Px mengatakan dada terasa berdebar. Malam sering keluar keringat dingin dan cepat lelah jika beraktivitas ringan (jalan). Pasien merupakan pasien lama harapan kita. Kx mengatakan memiliki riwayat  DM sejak tahun 1995, HT sejak tahun 2000, riwayat CHF athun 2005
DO=
ECG: AF, Rate 150x/menit, Poor R di V1-V4, T inverted di V5-V6. CKMB 57, Trop T 0,027. ECHO ditemukan EF 45%. Cardiomegali.







BAB V
PENUTUP
5.1                 Kesimpulan
1.         NSTEMI adalah  adanya ketidakseimbangan antara pemintaan dan suplai oksigen ke miokardium terutama akibat penyempitan arteri koroner akan menyebabkan iskemia miokardium lokal. Iskemia yang bersifat sementara akan menyebabkan perubahan reversibel pada tingkat sel dan jaringan.
2.         Presentasi klinis klasik SKA tanpa elevasi segmen ST berupa angina saat istirahat lebih dari 20 menit, angina yang dialami pertama kali dan timbul asaat aktifitas yang lebih ringan dari aktivitas sehari-hari, peningkatan intensitas, frekuensi dan durasi angina.
3.         Penentuan risiko berdasarkan skor risiko TIMI (Thrombolysis in myocardial Infarction):
Skor 0-2 ---- risiko rendah
Skor 3-4 ---- risiko sedang
Skor 5-7 ---- risiko tinggi
5.2    Saran
Diharapkan perawat dapat bertindak secara profesional dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan NSTEMI, mampu mengkaji masalah pasien secara akurat sehingga dapat dirumuskan suatu diagnosa yang tepat dan dapat dirancang intervensi, melaksanakan implementasi secara tepat sehingga pada evaluasi akan diperoleh hasil sesuai dengan tujuan yaitu masalah keperawatan pada pasien dapat teratasi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar