Kamis, 31 Januari 2013

MAKNA KALIMAT SYAHADATAIN



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kalimat syahadat adalah pintu gerbang seseorang menjadi muslim. Ketika seseorang ingin masuk Islam, hal pertama yang dilakukan adalah mengucapkan “Asyhadu allaa ilaaha illallah wa asyhadu anna muhammaddar rosuulullaah”. Dengan ucapan tersebut ia otomatis sudah menjadi seorang muslim yang memiliki konsekuensi menjalankan syariat Islam. Kalimat ini pulalah yang menentukan seseorang itu husnul khatimah atau su’ul khatimah di akhir hayatnya. Dengan kalimat ini pula pintu syurga terbuka untuknya.
Konsep yang terkandung dalam kalimat laa ilaaha illallaah adalah konsep pembebasan manusia dari penghambaan apapun kecuali Allah SWT semata-mata. Manusia menafikkan secara langsung segala bentuk ketuhanan yang ada di alam ini, kecuali hanya Allah SWT. Penolakan tersebut bertujuan untuk membersihkan aqidah dari syubhat ketuhanan dan menegaskan bahwa segala arti dan hakikat ketuhanan itu hanya ada pada Allah.
Kalimat syahadah ini memberikan pemahaman kepada kita dalam memahami dan bersikap bahwa tidak ada pencipta kecuali Allah saja, tiada pemberi rizki selain Allah, tiada pemilik selain Allah, tiada yang dicintai selain Allah, tiada yang ditakuti selain Allah, tiada yang diharapkan selain Allah, tiada yang menghidupkan dan mematikan selain Allah, tiada yang melindungi selain Allah, tiada daya dan kekuatan selain Allah dan tiada yang diagungkan selain Allah. Kemudian pengakuan Muhammad Rasulullah adalah menerima cara menghambakan diri berasal dari Rasulullah SAW sehingga tata cara penghambaan hanya berasal dari tuntunan Allah yang disampaikan kepada rasul-Nya.
Oleh karena itu syahadatain menjadi suatu pondasi dari sebuah metode lengkap yang menjadi asas kehidupan umat muslim. Dengan pondasi ini kehidupan Islami akan dapat ditegakkan. Semakin dalam pemahaman kita terhadap konsep syahadatain dan semakin menyeluruh kita mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, maka semakin utuh kehidupan Islami tumbuh dalam masyarakat muslim


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Definisi Syahadat
Secara bahasa, “Asyahadu” berarti saya bersaksi. Kesaksian ini bisa dilihat dari waktu, termasuk dalam aktivitas yang sedang berlangsung dan masih sedang dilakukan ketika diucapkan. Asyahadu ini sendiri memiliki tiga arti:
a.       Al I’lan yaitu pernyataan
b.      Al Wa’d yaitu janji
c.       Al Qosam yaitu Sumpah
2.2  Kepentingan Dua Kalimat Syahadatain
Syahadatain adalah rukun islam yang pertama. Urgensy syahaadah ini karena syahaadah sebagai dasar dan azas bagi rukun Islam lainnya dan menjadi tiang untuk rukun Iman Diin. Syahadatain ini menjadi ruh (semangat), inti dan landasan seluruh ajaran agama Islam. Sebab-sebab mengapa sahaadah penting bagi kehidupan muslim karena syahaadah adalah :
a.       Pintu masuknya Islam
Sahnya iman seseorang adalah dengan menyatakan syahadatain. Tanpa mengatakan syahadatain maka amal yang dikerjakan bagaikan abu atau fatamorgana yang terlihat tapi tidak ada.
Dalil:
·         Hadist, Rasulullah SAW memerintahkan Mu’az bi Jabal untuk mengajarkan dua kalimat syahadat sebelum pengajaran lainnya.
·         Q. 37:35. Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laaa ilaaha illa Allaah” (tiada Tuhan selain Allah) mereka menyombongkan diri.
b.      Intisari ajaran Islam
Seluruh ajaran islam terdapat dalam dua kalimat yang sederhana ini. Ada 3 prinsip syahadatain:
·         Pernyataan Laa ilaaha illa Allaah merupakan penerimaan penghambaan atau ibadah kepada Alaah SWT saja.
·         Menyebut Muhammad Rasulullah merupakan dasar penerimaan cara penghambaan itu dari Muhammad SAW. Rasulullah adalah teladan dan ikutan dalam mengikuti Minhajilah
·         Penghambaan kepada Allah SWT meliputi seluruh aspek kehidupan. Ia mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT dengan dirinya sendiri.
Dalil:
·         Q. 2:21. Hai manusia, sembahlah tuhanMu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu takwa
·         Q.51-56. Dan Aku tidak menciptakan jin dan Manusia melainkan supaya mereka menyembahKU
c.       Dasar-dasar perubahan menyeluruh
Syahadatain mampu merubah menjadi manusia dalam aspek keyakinan, pemikiran, maupun jalan kehidupannya. Perubahan meliputi berbagai aspek kehidupan manusia secara individu maupun masyarakat.
Dalil: Q. 6:122. Dan apakah orang yang sudah mati kemudian Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadannnya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.
d.      Hakikat dakwah para rosul
Setiap Rasul semenjak navi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW membawa misi dakwah yang sama yaitu Syahaadah. Makna Syahaadah yang dibawa juga sama yaitu Laa illaha illa Allaa. Dakwah rasul senantiasa membawa umat kepada pengabdian Allah SWT saja.
Dalil dalam Q. 18:110. Katakanlah: “sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “ Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa”. Barang siapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”.
e.       Keutamaan/ganjaran yang besar
Banyak ganjaran dan pahala yang diberikan oleh Allah SWT dan dijanjikan oleh Nabi Muhammad SAW. Ganjaran dapat berupa material ataupun moral.
Dalil:
·         Hadist. Allah SWT akan menghindarkan neraka bagi mereka yang menyebut kalimat syahaadah
·         Hadist. Orang yang pada akhir kalimatnya (waktu ajalnya) mengucapkan laa ilaaha ila Allaah akan dijamin masuk surga.
2.3  Kandungan Kalimat Syahadatain
2.3.1        Madluul asy-Syahaadah (Kandungan Kalimat syahaadah)
a.       Al-Iqrar (pernyataan )
Merupakan suatu pernyataan seorang muslim mengenai apa yang diyakininya  Hasil dari ikrar ini adalah kewajiban kita untuk menegakkan dan memperjuangkan apa yang diikrarkan.
Dalil (Q.3:18): Allah menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang berilmu (juga menyatakan yanng demikian itu). Tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
b.      Al-Qosam (Sumpah)
Merupakan suatu pernyataan kesediaan untuk menerima akibat dan resiko apapun dalam mengamalkan syahaadah. Muslim yang menyebut asyhadu berarti siap dan bertanggung jawab dalam tegaknya Islam dan penegakan ajaran Islam. Pelanggaran terhadap sumpah ini adalah kemunafikan dan tempat orang munafik adalah neraka jahanam.
Dalil (Q. 63: 1-2): Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, merka berkata: “kami mengakui bahwa kamu sebenarnya benar-benar Rasul Allah”. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan.
c.       Al-Miitsaaq (Perjanjian yang teguh)
Miitsaaq adalah janji setia untuk mendengar dan taat dalam segala keadaaan terhadap semua perintah Allah SWT yang terkandung dalam kitabullah maupun sunah rosul. Pelanggaran terhadap mitsaq ini berakibat laknat Allah SWT seperti yang pernah terjadi pada orang-orang Yahudi.
Dalil (Q. 5:7): Dan ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjianNya yang telah diikatNya denganmu, ketika kamu mengatakan: “Kami dengar dan kami taati”. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui isi hati(mu).
2.3.2        Al-Iiman (Keyakinan)
Iman adalah keyakinan tanpa keraguan, penerimaan menyeluruh tanpa rasa keberatan, kepercayaan tanpa pilihan lain terhadap semua keputusan Allah SWT. Syahaadah yang dinyatakan seorang muslim dengan penuh kesadaran sebagai sumpah dan janji setia ini merupakan ruh iman, yaitu :
a.       Al-Qoul (Ucapan)
Ucapan yang senantiasa sesuai dengan isi hatinya yang suci. Perkataan maupun kalimat yang keluar dari lidahnya yang baik serta mengandungi hikmah. Syahaadah diucapkan dengan penuh kebanggaan, ketinggian iman (isti’laul iman) berangkat dari semangat isyhadul biannaa muslimin (saya adalah muslim). Ucapan lisan tanpa membenarkan dengan hati adalah sikap nifaq i’tiqadi. Berbicara dengan mulutnya sesuatu yang tidak ada dalam hatinya.
Dalil (Q. 2:8): Di antara manusia ada yang mengatakan : “ Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian”, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
b.      At-Tashdiiq (Membenarkan)
Membenarkan dengan hati tanpa keraguan. Yaitu sikap keyakinan dan penerimaan dengan tanpa rasa keberatan atau pilihan lain terhadap apa yang didatangkan Allah SWT.
Dalil (Q. 49:15): sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, merka itulah orang-orang yang benar.
c.       Al-‘Amal (Perbuatan)
Perbuatan yang termotivasi dari hati yang ikhlas dan pemahaman terhadap maksud-maksud aturan Allah SWT. Amal merupakan cerminan dari kesucian hati dan upaya untuk mencari kerighaan Allah SWT.
Dalil: Imam Hasan Basri berkata: “iman bukanlah angan-angan, bukan pada sekedar hiasan, tetapi keyakinan yang hidup di dalam hati dan dibuktikan dengan amal perbuatan.
Ketiga perkara diatas tidak dapat terpisah sama sekali. Seorang muslim yang tidak membenarkan ajaran allah SWT dalam hatinya bahkan membencinya, meskipun kelihatan mengamalkan sebagian ajaran islam adalah munafiq i’tiqadi yang terlaknat. Muslim yang meyakini kebenaran ajaran islam dan menyatakan syahadatnya dengan lisan tetapi tidak mengamalkan dalam kehidupan adalah munafiq amali.
2.3.3        Al – istiqaamah (Konsisten)
Istiqamah artinya tidak menyimpang atau cederung pada kekufuran. Istiqamah berarti konsisten dalam menegakkan agama Allah dan tidak ragu mengamalkan ajaran agama islam yang dianut. Sikap istiqamah akan melahirkan tiga hal yang merupakan ciri orang-orang beriman sempurna, yaitu:
a.       Asy-Syajaa’ah (Keberanian)
Keberanian muncul karena keyakinan sebagai hamba Allah SWT yang selalu dibela dan didukung Allah SWT. Keberanian juga bersumber kepada keyakinan terhadap Qadha’ dan Qadar Allah SWT yang pasti.  Orang yang beristiqamah didukung malaikat yang akan menjadikannya berani, tenang, dan optimis.
Dalil (Q. 3:157-158): Dan sesungguhnya kalau kamu gugur di jalan Allah atau meninggal, tentulah ampunan Allah dan RahmatNya lebih baik (bagimu) dari harta rampasan yang mereka kumpulkan. Dan sesunggunya jika kamu meninggal atau gugur, tentulah kepada Allah saja kamu dikumpulkan.
b.      Al-Ithminaan (Ketenangan)
Ketenangan berasal dari keyakinan terhadap perlindungan allah SWT yang memelihara orang-orang muslim secara lahir dan batin. Ketenangan dapat diperoleh dengan mengingat Allah SWT, bahkan Allah menyebutkan bahwa hanya mengingat Allah saja hati teang sedangkan mengingat selain Allah hanya memperoleh ketenangan yang semu.
Dalil (Q. 13:28): (Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati allahlah hati menjadi tenteram.
c.       At-Tafaaul (Optimis)
Optimis meyakini bahwa masa depan adalah milik orang-orang yang beriman. Kemenangan umat islam dan kehancuran kaum kufur sudah pasti. Optimis bahwa dengan pertolongan allah SWT tak akan ada yang dapat mengalahkan seperti contoh optimis yang dilakukan oleh para sahabat Rasul di perang Ahdzab.
Dalil (Hadist): Rasulullah yakin akan mengalahkan Rumawi dan Parsi dengan menjanjikan kepada saraqah bin Malik akan memberikan gelang dan mahkota Parsi dengan keislamannya. Hal ini kemudian terbukti dengan kemenangan kaum muslimin dalam perang Qadissiyyah.
2.4  Ma’na Al-Ilaah (Makna Kata Tuhan)
Kalimat Laa ilaaha illa Allaah tidak mungkin difahami kecuali dengan memahami terlebih dahulu makna ilah yang berasal dari ‘aliha’  yang memiliki berbagai macam pengertian. Ada empat makna utama dari aliha  yaitu sakana ilahi, istijaara bihi, asy sauqu ilaihi, dan  wulli’a bihi.
2.4.1        Sakana ilahi (Mereka  Tenteram kepadanya)
Yaitu ketika ilah  tersebut diingat-ingat olehnya, ia merasa senang dan manakala mendengar namanya tersebut atau dipuji orang ia merasa tenteram. Ilah mempunyai arti menenteramkan.
Dalil (Q. 10:7-8), Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, desebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.
2.4.2        istijaara bihi (Merasa dilindungi Oleh-Nya)
karena Ilah tersebut dianggap memiliki kekuatan ghaib yang mampu menolong dirinya dari kesulitan hidup. Makna Ilah disini adalah merasa dilindungi.
Dalil (Q. 72:6), Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki diantara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki diantara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.
2.4.3        Isytaaq Ilaihi (Merasa selalu Rindu Kepadanya)
Ada keinginan selalu bertemu dengannya, apakah berterusan atau tidak. Ada kegembiraan bila bertemu denganNya. Ilah berarti merasa rindu kepadanya
Dalil : Diriwayatkan oleh Ahmad dari Abu Darda dari Nabi SAW beliau bersabda “Kecintaanmu kepada sesuatu akan membuatmu buta dan tuli” (HR Abu Daud).
2.4.4        wulli’a bihi (Merasa Cinta dan cenderung KepadaNya)
Rasa rindu yang menguasai diri menjadikannya mencintai Ilah tersebut, walau bagaimanapun keadaannya. Ia selalu beranggapan bahwa pujiannya memiliki kelayakan dicintai sepenuh hati.
2.5  Al-Walaa, Wa Al-Baraa (Loyalitas dan Pengingkaran)
Kalimat Laa ilaaha illa Allaah  terdiri dari 3 jensi huruf (alif, lam dan ha) serta empat kata (Laa, ilaha, illa, Allah SWT) teapi mengandung pengertian yang mencakup seluruh ajaran islam. Keberadaan kata ini adalah walaa terhadap Allah SWT dan baraa, terhadap selain Allah SWT.
2.5.1        Laa Ilaaha Illaa Allah (Tiada Tuhan selain Allah)
a.       Laa (Tidak Ada - Penolakan)
Kata penolakan yang mengandung pengertian menolak semua unsur yang ada di belakang kata tersebut. Inti dakwah para Nabi adalah mengingkari sembahan selain Allah SWT dan hanya menerima Allah SWT saja sebagai satu-satunya sembahan. Penolakan terhadap segala sesuatu yang bukan dari Allah
b.      Ilaaha (Sembahan – Yang Ditolak)
Sembahan yaitu kata yang ditolak oleh laa tadi, yaitu segala bentuk sembahan yang batil. Dua kata ini mengandung pengertian baraa (berlepas diri)
c.       Illa (Kecuali - Peneguhan)
Kata pengecualian yang berarti meneguhkan dan menguatkan kata di belakangnya sebagai satu-satunya yang tidak ditolak. Peneguhan bahwa allah sebagai satu-satunya ilah yang disembah sangat diperlukan untuk mengabdi dan beribadah kepada Allah
d.      Allah SWT
Kata yang dikecualikan oleh illa adalah Allah. Allah SWT sebagai yang dikecualikan dan sekaligus yang diteguhkan dari ilah yang lainnya.
2.5.2        Al Baraa’ (Pengingkaran)
Merupakan hasil kalimat Laa ilaaha illa  yang artinya membebaskan atau melepaskan diri dari segala bentuk sesembahan. Pembebasan ini berarti mengingkari, memisahkan diri, membenci dan memusuhi. Keempat perkara ini ditunjukkan pada segala ilah selain Allah SWT semata-mata yang berupa istem, konsep, maupun pelaksana.
2.5.3        Al Hadam (Penghancuran)
Sikap baraa’ dengan segala akibatnya melahirkan upaya mengahncurkan segala bentuk pengabdian terhadap tandingan-tandingan maupun sekutu-sekutu selain Alah SWT, apakah terhadap diri, keluarga maupun masyarakat seperti kisah nabi ibrahim yang menghancurkan berhala yang membodohi masyarakat pada masa itu.
2.5.4        Al walaa’ (Loyalitas)
Kalimat illa Allah SWT berarti pengukuhan terhadap wilayatullah (kepemimpinan Allah SWT). Artinya selalu mentaati, selalu mendekatkan diri, mencintai sepenuh hati, dan membela, mendukung, dan menolong. Semua ini ditujukan kepada Allah SWT dan segala yang diijinkan oleh Allah SWT seperti Rasul dan orang yang beriman. Iman terhadap kalimat syahaadah berarti bersedia mendengar dan taat untuk menjalankan segala perintahNya. Sebagai bukti orang-orang mukmin dari sikap walaa’ yang dilakukannya adalah selalu siap mendukung atau menolong dinullah.
2.5.5        Al Binaa’ (Membangun)
Sikap walaa’ berserta segala akibatnya merupakan sikap mukmin membangun hubungan yang kuat dengan Allah SWT, Rasul, dan Orang-orang mukmin. Juga berarti membangun sistem dan aktifitas islam yang menyeluruh pada diri, keluarga, dan masyarakat. Ciri mukmin adalah senantiasa menegakkan agama Allah SWT dengan sikap membangun dan membina alam serta manusia disekitanya.
2.5.6        Al Ikhlaash
Keikhlasan yaitu pengabdian yang murni hanya dapat dicapai dengan sikap baraa’ terhadap selain Allah SWT dan memberikan walaa’ sepenuhnya kepada Allah SWT.sikap ikhlas adalah inti ajaran islam dan pengertian dari Laa illaha illa allaah. Ikhlas nerarti memurnikan niat ibadah kita dan memurnikan amalan yang kita lakukan.
2.5.7        Muhammad Rasulullah
Konsep walaa’ dan baraa’ ditentukan dalam beberapa bentuk yaitu Allah SWT sebagai Sumber (mashdar), Rasul sebagai cara (kayfiyah), dan Mukmin sebagai pelaksana (tanfiidz).
a.       Allah SWT sebagai Sumber (mashdar)
Allah SWT sebagai sumber walaa dimana loyalitas mutlak hanya milik Allah SWT dan loyalitas lainnnya mesti dengan izin Allah SWT
b.      Rasul sebagai cara (kayfiyah)
Pelaksanaan walaa’ terhadap Allah SWT dan baraa’ kepada selain Allah mengikuti cara Rasul. Nabi SAW telah memberikan gambaran yang jelas tentang walaa kepada Islam dalam sirah Nabi SAW. Orang beriman wajib mengajak orang kafir kepada ajaran islam dengan dakwah yang baik. Apabila mereka menolak kemudian menghalangi jalan dakwah maka mereka boleh diperangi sampai mereka mengakui ketinggian kalimat Allah SWT.
c.       Mukmin sebagai pelaksana (tanfiidz)
Pelaksana walaa dan baraa adalah orang mukmin yang telah diperintahkan Allah SWT dan dicontohkan Rasulullah. Dalam pelaksanaan baraa, rasulullah memisahkan manusia atas muslim dan kafir. Orang mukmin adalah mereka yang mengimani syahaadah dan orang kafir adalah mereka yang mengingkari salah satu dari dua kalimat syahaadah.
2.6  Kalimatullah Hiya Al-‘Ulyaa (Kalimat Allah yang Tinggi)
Kalimat Allah SWT adalah yang paling tinggi. Islam sebagai ad-diin mempunyai konsep yang jelas, lengkap, dan dibuktikan kebenarannya. Sedangkan konsep selain islam adalah buatan manusia yang tidak lengkap, bersifat berubah atau sementara.
2.6.1        Al Islaam – Ghairu al Islaam (konsep islam Vs selain Islam)
a.       Al – Islaam (konsep Islam)
Konsep islam merupakan ajaran yang bersumber dari Allha SWT, tanpa dicampuri oleh pemikiran manusia. Karena allah Maha Mengetahu maka islam adalah ilmu yang dalam. Karena Alah SWT Maha Hidup maka islam adalah panduan hidup. Karena Allah SWT Maha Bijaksana maka islam adalah hukum-hukum yang adil dan bijaksanan. Islam merupakan perwujudan sifat Allah SWT yang membimbing dan memimpin manusia menuju kepada kebahagiaan yang sejati.
b.      Ghairu Al-Islaam (Selain Islam)
Konsep orang kafir menjadikan selain islam sebagai panduannya misalnya pandangan bukan dari Allah SWT, Rasul, dan Diin-Nya. Mereka merupakan orang bodoh terhadap kebenaran. Orang-orang kafir saling memberikan pandangan yang menipu manusia dengan hiasan kalimat-kalimat yang indah. Menolah kitabullah merarti mengikut hawa nafsu. Konsep orang zalim berdasarkan hawa nafsu dan kesesatan mereka.
2.6.2        Asy – Syahaadatain – Al-afkarr Al-Jahiliyah (Dua Kalimat Syahadat Vs Pandangan Jahiliyyah)
a.       Asy-syahaadatain (Dua Kalimat Syahadat)
Dua kalimat syahaadat merupakan inti dari Dinul Islam. Islam mengandung ketinggian nilai yang tidak dapat dibandingkan dengan konsep, sistem, dan agama lainnya. Dasar islam adalah wahyu dan bukan ra’yu. Perkataan Rasulullah sebagai salah satu sumber nilai islam bukanlah merupakan hawa nafsu melainkan wahyu. Rasulullah yang mendapatkan bimbingan dari Allah SWT memiliki kekuatan perkataan yang benar, jujur, dan adil.
b.      Al-Afkar al Jaahiliyah (Pemikiran Jahiliyah)
Pemikiran jahiliyah adalah inti daripada konsep dan pandangan jahiliyah. Dasar utamanya adalah ra’yu (akal) saja. Orang kafir mengikuti isme-isme yang berdasarkan dzan (dugaan) dan hawa nafsu manusia. Dugaan tidak ada kejelasan dan kepastian. Pemikiran jahiliyah yang tidak merujuk pada kebenaran akan semakin membawa manusia pada kehancuran.
2.6.3        Kalimatullaah Al-‘Ulyaa – Kalimah Alladziina Kafaru As-suflaa (Kalimat Allah Yang Tinggi Vs Kalimat Kafir yang Rendah)
a.       Kalimatullaah Al-‘Ulyaa (Kalimat Allah Yang Tinggi)
Syahadatain merupakan kalimat Allah SWT yang tinggi karena didalamnya mengandung suatu konsep yang mendalam tentang kehidupan manusia. Syahadatain merupakan gambaran kesempurnaan, ketepatan, dan keadilan kalimat Allah SWT yang menggambarkan kedalaman pengetahuan Allah SWT
b.      Kalimah Alladziina Kafaru As-suflaa (Kalimat Kafir yang Rendah)
Selain kalimat Allah adalah kalimat kafir yang ditentang oleh islam. Hal ini disebabkan dasar dari konsep bukan islam adalah dzan (sangkaan) saja. Karena konsep bukan islam ini bersifat uji dan coba yang belum terbukti kebenarannya sehingga sangat rendah nilainya di sisi Allah SWT ataupun sisi manusia yang beriman dan berakal.
2.6.4        Kalimat at-Tauhiid – Kalimah Asy-syirk (Kalimat Tauhid Vs Kalimat Syirik)
a.       Kalimat at-Tauhiid (Kalimat at-Tauhiid)
Dengan berpegang teguh kepada Tauhidullah  maka umat dapat bersatu. Islam adalah ajaran tauhid yang memiliki hanya satu umat yaitu umat islam yang mengesakan Allah SWT dari segala bentuk sembahan dan abdian.
b.      Kalimah Asy-syirk (Kalimat Syirik)
Kalimat syirik merupakan gambaran orang yang berada dalam konsep jahiliyah dan menjalankan kemusyrikan dibandingkan dengan konsep tauhid. Allah menyatakan bahwa musuh Allah SWT itu tidak bersatu dan mereka bercerai-berai karena konsep yang dipegang tidak bersatu dan tidak sama.
2.6.5        Kalimah At-taqwaa – Hamiyyah Al-Jahiliyyah (Kalimat Takwa Vs Kesombongan Jahiliyah)
a.       Kalimah At-taqwaa (Kalimat Takwa)
Manusia yang mendasari hidupnya dengan kalimat syahaadah diperumpamakan membangun sesuatu dengan landasan takwa. Tujuan dan penghambaan islam adalah membangun atau membentuk pribadi takwa. Hanya dengan melaksanakan syhadatain secara murni dan hasil takwa dapat dicapai. Manusia yng membenarkan kitabullah sebagai jalan menuju takwa adalah kewajiban bagi seorang mukmin.
b.      Hamiyyah Al-Jahiliyyah (Kesombongan Jahiliyah)
Orang kafir menanmkan kecintaan pada konsep mereka sedangkan Allah SWT mewajibkan pengkajian kalimat takwa. Penguasa sistem jahiliyah mebanggakan kekuasaan dan kekayaan mereka untuk menipu rakyat. Sistem jahiliyah adalah sistem uji coba yang tidak mempunyai suatu kepastian sehingga dapat membawa manusia kepada kebodohan.
2.6.6        Al-Kalimah Ath-Thayyibah – Al-Kalimah Al-Khabiitsah (Kalimat yang Baik Vs Kalimat Tak Baik)
a.       Al-Kalimah Ath-Thayyibah (Kalimat yang Baik)
Krena membawa kepada ketakwaan dan persatuan maka islam merupakan konsep yang baik. Kalimat yang baik melahirkan manusia yang membentuk peradaban mulia dan bermanfaat di dunia. Syahadat sebagai kalimat yang baik yang diumpamakan Allah SWT bagaikan pohon yang baik, akarnya tertunjang kebumi dan batangnya menjulang keangkasa (tertanam baik dihati manusia karena sesuai dengan fitrah).
b.      Al-Kalimah Al-Khabiitsah (Kalimat Tak Baik)
Konsep yang buruk ibarat pohon yang buruk. Tidak tertanam dalam hati dan jiwa manusia karena bertentangan dengan fitrah. Pribadi yang dihasilkan oleh sistem jahiliyyah adalah kosong dan tidak berarti, hanya pandai bersilat lidah saja, berkata tetapi tidak diamalkan.
2.6.7        Tsaabitah – Ghairu Tsaabitah (Kukuh Vs Rapuh)
a.       Tsaabitah (Kukuh dan stabil)
Kukuh merupakan sifat islam, tidak pernah mengalami kegoncangan. Konsep ini membawa keteguhan kepada orang-orang yang mengikutinya. Allah SWT meneguhkan orang-orang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Kemenangan akidah adalah kemenangan hakiki yang dituju orang-orang beriman dalam perjuangan.
b.      Ghairu Tsaabitah (Rapuh)
Rapuh merupakan sifat dinul jahiliyyah. Kerapuhan jahiliyyah bagaikan sampah, kelihatannya banyak tetapi mengikuti saja kemana pergi. Jahiliyyah tidak mempunyai tempat berpijak yang jelas dan pasti. Iapun tidak memiliki dasar yang jelas sehingga jahiliyyah bersifat lemah.
2.6.8        Qawiyyah – Dha’iifah (Kuat Vs Lemah)
a.       Qawiyyah (Kuat)
Karena teguh  dan kukuh maka konsep islam tidak dapat dikalahkan. Seluruh ajaran islam memiliki kekuatan dari segi hujjah maupun realitas. Dari itu umat islam harus kukuh dan kuat seperti islam.
b.      Dha’iifah (Lemah)
Karena kerapuhan dankegoncangan maka umat jahiliyyah ini sangat lemah, mudah dihancurkan. Kelemahan sistem yang dibangun oleh konsep syirik seperti sarang laba-laba sehingga sistem orang kafir sangat lemah dan mudah dihancurkan oleh kekuatan islam. Pernyataan Allah SWT bahwa pengikut kebatilan pasti kalah dan tempat mereka adalah neraka jahannam.
2.7  Maraahil At-Tafaa’ul Bisy-Syahaadatain (Tahap-tahap Inetraksi dengan Dua Kalimat Syahadat)
2.7.1        asy-Syahaadatain (dua Kalimat Syahadat)
Syahadatain perlu dipelajari dan diketahui karena dua kalimat ini sebagai dasar bagi keseluruhan hidup manusia dan seluruh ajaran islam
2.7.2        Al-Mahabbah (Cinta)
Mukmin mencintai dua kalimat syahadat sehingga nilai yang menjadi kandungannya tidak diterima sebagai beban. Cinta ini tumbuh dari kecintaan kepada Allah SWT dan Rasul. Hati mukmin bergetar ketika asma Allah SWT disebutkan ini disebabkan karena cintanya kepada Allah SWT
2.7.3        Ar-Ridhaa (Rela)
Ridha adalah kerelaan diri untuk menerima program Allah SWT sepenuhnya.
a.       Ridha kepada Allah SWT sebagai Tuhan (Rabb)
Adalah menjadikan kemauan Allah SWT sebagai kemauan kita sendiri atau tidak menghendaki apapun selain yang dikehendaki Allah SWT kepada kita. Rela allah sebagai pengatur, pembimbing, dan pendidik yang senantisa mencintai, melindungi, dan menyayangi dirinya.
b.      Ridha kepada Islam sebagai Aturan Hidup (diin)
Islam diyakini sebagai satu-satunya aturan hidup baginya. Tidak ada aturan lain karena islam adalah ad-diin yang lengkap dan sempurna, menyelesaikan semua masalah, merupakan jalan lurus, dan membawa pemeluknya kepada kebahagiaan dan keselamatan hidup
c.       Ridha kepada Rasul sebagai Teladan (Uswah)
Ciri sikap orang mukmin adalah selalu mencari ridha kepada allah SWT dan RasulNya. Rasulullah adalah teladan dalam setiap aspek kehidupan manusia. Keimanan manusia ditentukan oleh kerelaannya bertahkim kepada keputusan Rasulullah tanpa keberatan dalam menerima keputusan tersebut.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar