BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kalimat
syahadat adalah pintu gerbang seseorang menjadi muslim. Ketika seseorang ingin
masuk Islam, hal pertama yang dilakukan adalah mengucapkan “Asyhadu allaa
ilaaha illallah wa asyhadu anna muhammaddar rosuulullaah”. Dengan ucapan
tersebut ia otomatis sudah menjadi seorang muslim yang memiliki konsekuensi
menjalankan syariat Islam. Kalimat ini pulalah yang menentukan seseorang itu
husnul khatimah atau su’ul khatimah di akhir hayatnya. Dengan kalimat ini pula
pintu syurga terbuka untuknya.
Konsep
yang terkandung dalam kalimat laa ilaaha illallaah adalah konsep pembebasan
manusia dari penghambaan apapun kecuali Allah SWT semata-mata. Manusia
menafikkan secara langsung segala bentuk ketuhanan yang ada di alam ini,
kecuali hanya Allah SWT. Penolakan tersebut bertujuan untuk membersihkan aqidah
dari syubhat ketuhanan dan menegaskan bahwa segala arti dan hakikat ketuhanan
itu hanya ada pada Allah.
Kalimat syahadah
ini memberikan pemahaman kepada kita dalam memahami dan bersikap bahwa tidak
ada pencipta kecuali Allah saja, tiada pemberi rizki selain Allah, tiada
pemilik selain Allah, tiada yang dicintai selain Allah, tiada yang ditakuti
selain Allah, tiada yang diharapkan selain Allah, tiada yang menghidupkan dan
mematikan selain Allah, tiada yang melindungi selain Allah, tiada daya dan
kekuatan selain Allah dan tiada yang diagungkan selain Allah. Kemudian
pengakuan Muhammad Rasulullah adalah menerima cara menghambakan diri berasal
dari Rasulullah SAW sehingga tata cara penghambaan hanya berasal dari tuntunan
Allah yang disampaikan kepada rasul-Nya.
Oleh
karena itu syahadatain menjadi suatu pondasi dari sebuah metode lengkap yang
menjadi asas kehidupan umat muslim. Dengan pondasi ini kehidupan Islami akan
dapat ditegakkan. Semakin dalam pemahaman kita terhadap konsep syahadatain dan
semakin menyeluruh kita mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, maka
semakin utuh kehidupan Islami tumbuh dalam masyarakat muslim
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Definisi Syahadat
Secara
bahasa, “Asyahadu” berarti saya bersaksi. Kesaksian ini bisa dilihat dari
waktu, termasuk dalam aktivitas yang sedang berlangsung dan masih sedang
dilakukan ketika diucapkan. Asyahadu ini sendiri memiliki tiga arti:
a. Al
I’lan yaitu pernyataan
b. Al
Wa’d yaitu janji
c. Al
Qosam yaitu Sumpah
2.2 Kepentingan Dua Kalimat Syahadatain
Syahadatain
adalah rukun islam yang pertama. Urgensy syahaadah ini karena syahaadah sebagai
dasar dan azas bagi rukun Islam lainnya dan menjadi tiang untuk rukun Iman
Diin. Syahadatain ini menjadi ruh (semangat), inti dan landasan seluruh ajaran
agama Islam. Sebab-sebab mengapa sahaadah penting bagi kehidupan muslim karena
syahaadah adalah :
a. Pintu
masuknya Islam
Sahnya iman seseorang adalah dengan
menyatakan syahadatain. Tanpa mengatakan syahadatain maka amal yang dikerjakan
bagaikan abu atau fatamorgana yang terlihat tapi tidak ada.
Dalil:
·
Hadist, Rasulullah SAW memerintahkan
Mu’az bi Jabal untuk mengajarkan dua kalimat syahadat sebelum pengajaran
lainnya.
·
Q. 37:35. Sesungguhnya mereka dahulu apabila
dikatakan kepada mereka: “Laaa ilaaha illa Allaah” (tiada Tuhan selain Allah)
mereka menyombongkan diri.
b. Intisari
ajaran Islam
Seluruh ajaran islam terdapat dalam
dua kalimat yang sederhana ini. Ada 3 prinsip syahadatain:
·
Pernyataan Laa ilaaha illa Allaah
merupakan penerimaan penghambaan atau ibadah kepada Alaah SWT saja.
·
Menyebut Muhammad Rasulullah merupakan
dasar penerimaan cara penghambaan itu dari Muhammad SAW. Rasulullah adalah
teladan dan ikutan dalam mengikuti Minhajilah
·
Penghambaan kepada Allah SWT meliputi
seluruh aspek kehidupan. Ia mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT dengan
dirinya sendiri.
Dalil:
·
Q. 2:21. Hai manusia, sembahlah tuhanMu
yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu takwa
·
Q.51-56. Dan Aku tidak menciptakan jin
dan Manusia melainkan supaya mereka menyembahKU
c. Dasar-dasar
perubahan menyeluruh
Syahadatain mampu merubah menjadi
manusia dalam aspek keyakinan, pemikiran, maupun jalan kehidupannya. Perubahan
meliputi berbagai aspek kehidupan manusia secara individu maupun masyarakat.
Dalil: Q. 6:122. Dan apakah orang
yang sudah mati kemudian Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang
terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat
manusia, serupa dengan orang yang keadannnya berada dalam gelap gulita yang
sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang
yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.
d. Hakikat
dakwah para rosul
Setiap Rasul semenjak navi Adam AS
hingga Nabi Muhammad SAW membawa misi dakwah yang sama yaitu Syahaadah. Makna
Syahaadah yang dibawa juga sama yaitu Laa illaha illa Allaa. Dakwah rasul
senantiasa membawa umat kepada pengabdian Allah SWT saja.
Dalil dalam Q. 18:110. Katakanlah:
“sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan
kepadaku: “ Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa”. Barang
siapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan
amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat
kepada Tuhannya”.
e. Keutamaan/ganjaran
yang besar
Banyak ganjaran dan pahala yang
diberikan oleh Allah SWT dan dijanjikan oleh Nabi Muhammad SAW. Ganjaran dapat
berupa material ataupun moral.
Dalil:
·
Hadist. Allah SWT akan menghindarkan neraka
bagi mereka yang menyebut kalimat syahaadah
·
Hadist. Orang yang pada akhir kalimatnya
(waktu ajalnya) mengucapkan laa ilaaha ila Allaah akan dijamin masuk surga.
2.3 Kandungan Kalimat Syahadatain
2.3.1
Madluul
asy-Syahaadah (Kandungan Kalimat syahaadah)
a. Al-Iqrar
(pernyataan )
Merupakan suatu pernyataan seorang
muslim mengenai apa yang diyakininya
Hasil dari ikrar ini adalah kewajiban kita untuk menegakkan dan
memperjuangkan apa yang diikrarkan.
Dalil (Q.3:18): Allah menyatakan
bahwasannya tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para
malaikat dan orang-orang berilmu (juga menyatakan yanng demikian itu). Tidak
ada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
b. Al-Qosam
(Sumpah)
Merupakan suatu pernyataan
kesediaan untuk menerima akibat dan resiko apapun dalam mengamalkan syahaadah.
Muslim yang menyebut asyhadu berarti siap dan bertanggung jawab dalam tegaknya
Islam dan penegakan ajaran Islam. Pelanggaran terhadap sumpah ini adalah
kemunafikan dan tempat orang munafik adalah neraka jahanam.
Dalil (Q. 63: 1-2): Apabila
orang-orang munafik datang kepadamu, merka berkata: “kami mengakui bahwa kamu
sebenarnya benar-benar Rasul Allah”. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya
orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. Mereka itu menjadikan
sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan
Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan.
c. Al-Miitsaaq
(Perjanjian yang teguh)
Miitsaaq adalah janji setia untuk
mendengar dan taat dalam segala keadaaan terhadap semua perintah Allah SWT yang
terkandung dalam kitabullah maupun sunah rosul. Pelanggaran terhadap mitsaq ini
berakibat laknat Allah SWT seperti yang pernah terjadi pada orang-orang Yahudi.
Dalil (Q. 5:7): Dan ingatlah
karunia Allah kepadamu dan perjanjianNya yang telah diikatNya denganmu, ketika
kamu mengatakan: “Kami dengar dan kami taati”. Dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui isi hati(mu).
2.3.2
Al-Iiman
(Keyakinan)
Iman adalah keyakinan tanpa
keraguan, penerimaan menyeluruh tanpa rasa keberatan, kepercayaan tanpa pilihan
lain terhadap semua keputusan Allah SWT. Syahaadah yang dinyatakan seorang
muslim dengan penuh kesadaran sebagai sumpah dan janji setia ini merupakan ruh
iman, yaitu :
a. Al-Qoul
(Ucapan)
Ucapan yang senantiasa sesuai
dengan isi hatinya yang suci. Perkataan maupun kalimat yang keluar dari
lidahnya yang baik serta mengandungi hikmah. Syahaadah diucapkan dengan penuh
kebanggaan, ketinggian iman (isti’laul iman) berangkat dari semangat isyhadul
biannaa muslimin (saya adalah muslim). Ucapan lisan tanpa membenarkan dengan
hati adalah sikap nifaq i’tiqadi. Berbicara dengan mulutnya sesuatu yang tidak
ada dalam hatinya.
Dalil (Q. 2:8): Di antara manusia
ada yang mengatakan : “ Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian”, padahal
mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
b. At-Tashdiiq
(Membenarkan)
Membenarkan dengan hati tanpa
keraguan. Yaitu sikap keyakinan dan penerimaan dengan tanpa rasa keberatan atau
pilihan lain terhadap apa yang didatangkan Allah SWT.
Dalil (Q. 49:15): sesungguhnya
orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan
RasulNya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan
jiwa mereka pada jalan Allah, merka itulah orang-orang yang benar.
c. Al-‘Amal
(Perbuatan)
Perbuatan yang termotivasi dari
hati yang ikhlas dan pemahaman terhadap maksud-maksud aturan Allah SWT. Amal
merupakan cerminan dari kesucian hati dan upaya untuk mencari kerighaan Allah
SWT.
Dalil: Imam Hasan Basri berkata:
“iman bukanlah angan-angan, bukan pada sekedar hiasan, tetapi keyakinan yang
hidup di dalam hati dan dibuktikan dengan amal perbuatan.
Ketiga perkara diatas tidak dapat terpisah sama
sekali. Seorang muslim yang tidak membenarkan ajaran allah SWT dalam hatinya
bahkan membencinya, meskipun kelihatan mengamalkan sebagian ajaran islam adalah
munafiq i’tiqadi yang terlaknat. Muslim yang meyakini kebenaran ajaran islam
dan menyatakan syahadatnya dengan lisan tetapi tidak mengamalkan dalam
kehidupan adalah munafiq amali.
2.3.3
Al
– istiqaamah (Konsisten)
Istiqamah artinya tidak menyimpang
atau cederung pada kekufuran. Istiqamah berarti konsisten dalam menegakkan
agama Allah dan tidak ragu mengamalkan ajaran agama islam yang dianut. Sikap
istiqamah akan melahirkan tiga hal yang merupakan ciri orang-orang beriman
sempurna, yaitu:
a. Asy-Syajaa’ah
(Keberanian)
Keberanian muncul karena keyakinan
sebagai hamba Allah SWT yang selalu dibela dan didukung Allah SWT. Keberanian
juga bersumber kepada keyakinan terhadap Qadha’ dan Qadar Allah SWT yang
pasti. Orang yang beristiqamah didukung
malaikat yang akan menjadikannya berani, tenang, dan optimis.
Dalil (Q. 3:157-158): Dan
sesungguhnya kalau kamu gugur di jalan Allah atau meninggal, tentulah ampunan
Allah dan RahmatNya lebih baik (bagimu) dari harta rampasan yang mereka
kumpulkan. Dan sesunggunya jika kamu meninggal atau gugur, tentulah kepada
Allah saja kamu dikumpulkan.
b. Al-Ithminaan
(Ketenangan)
Ketenangan berasal dari keyakinan
terhadap perlindungan allah SWT yang memelihara orang-orang muslim secara lahir
dan batin. Ketenangan dapat diperoleh dengan mengingat Allah SWT, bahkan Allah
menyebutkan bahwa hanya mengingat Allah saja hati teang sedangkan mengingat
selain Allah hanya memperoleh ketenangan yang semu.
Dalil (Q. 13:28): (Yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati allahlah hati menjadi tenteram.
c. At-Tafaaul
(Optimis)
Optimis meyakini bahwa masa depan
adalah milik orang-orang yang beriman. Kemenangan umat islam dan kehancuran
kaum kufur sudah pasti. Optimis bahwa dengan pertolongan allah SWT tak akan ada
yang dapat mengalahkan seperti contoh optimis yang dilakukan oleh para sahabat
Rasul di perang Ahdzab.
Dalil (Hadist): Rasulullah yakin
akan mengalahkan Rumawi dan Parsi dengan menjanjikan kepada saraqah bin Malik
akan memberikan gelang dan mahkota Parsi dengan keislamannya. Hal ini kemudian
terbukti dengan kemenangan kaum muslimin dalam perang Qadissiyyah.
2.4 Ma’na Al-Ilaah (Makna Kata Tuhan)
Kalimat
Laa ilaaha illa Allaah tidak mungkin difahami kecuali dengan memahami terlebih
dahulu makna ilah yang berasal dari ‘aliha’ yang memiliki berbagai macam pengertian. Ada
empat makna utama dari aliha yaitu sakana
ilahi, istijaara bihi, asy sauqu ilaihi, dan wulli’a bihi.
2.4.1
Sakana ilahi (Mereka Tenteram kepadanya)
Yaitu ketika ilah tersebut diingat-ingat
olehnya, ia merasa senang dan manakala mendengar namanya tersebut atau dipuji
orang ia merasa tenteram. Ilah mempunyai
arti menenteramkan.
Dalil (Q. 10:7-8), Sesungguhnya
orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami,
dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan
itu dan orang-orang yang melalaikan kami, mereka itu tempatnya ialah neraka,
desebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.
2.4.2
istijaara bihi (Merasa dilindungi Oleh-Nya)
karena Ilah tersebut dianggap memiliki kekuatan ghaib yang mampu menolong
dirinya dari kesulitan hidup. Makna Ilah disini
adalah merasa dilindungi.
Dalil (Q. 72:6), Dan bahwasannya
ada beberapa orang laki-laki diantara manusia meminta perlindungan kepada
beberapa laki-laki diantara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan
kesalahan.
2.4.3
Isytaaq Ilaihi (Merasa selalu Rindu Kepadanya)
Ada keinginan selalu bertemu
dengannya, apakah berterusan atau tidak. Ada kegembiraan bila bertemu
denganNya. Ilah berarti merasa rindu
kepadanya
Dalil : Diriwayatkan oleh Ahmad
dari Abu Darda dari Nabi SAW beliau bersabda “Kecintaanmu kepada sesuatu akan
membuatmu buta dan tuli” (HR Abu Daud).
2.4.4
wulli’a bihi (Merasa Cinta dan cenderung
KepadaNya)
Rasa rindu yang menguasai diri
menjadikannya mencintai Ilah tersebut,
walau bagaimanapun keadaannya. Ia selalu beranggapan bahwa pujiannya memiliki
kelayakan dicintai sepenuh hati.
2.5 Al-Walaa, Wa Al-Baraa (Loyalitas
dan Pengingkaran)
Kalimat
Laa ilaaha illa Allaah terdiri dari 3 jensi huruf (alif, lam dan ha)
serta empat kata (Laa, ilaha, illa, Allah SWT) teapi mengandung pengertian yang
mencakup seluruh ajaran islam. Keberadaan kata ini adalah walaa terhadap Allah SWT dan baraa,
terhadap selain Allah SWT.
2.5.1
Laa
Ilaaha Illaa Allah (Tiada Tuhan selain Allah)
a. Laa
(Tidak Ada - Penolakan)
Kata penolakan yang mengandung
pengertian menolak semua unsur yang ada di belakang kata tersebut. Inti dakwah
para Nabi adalah mengingkari sembahan selain Allah SWT dan hanya menerima Allah
SWT saja sebagai satu-satunya sembahan. Penolakan terhadap segala sesuatu yang
bukan dari Allah
b. Ilaaha
(Sembahan – Yang Ditolak)
Sembahan yaitu kata yang ditolak
oleh laa tadi, yaitu segala bentuk
sembahan yang batil. Dua kata ini mengandung pengertian baraa (berlepas diri)
c. Illa
(Kecuali - Peneguhan)
Kata pengecualian yang berarti
meneguhkan dan menguatkan kata di belakangnya sebagai satu-satunya yang tidak
ditolak. Peneguhan bahwa allah sebagai satu-satunya ilah yang disembah sangat diperlukan untuk mengabdi dan beribadah
kepada Allah
d. Allah
SWT
Kata yang dikecualikan oleh illa adalah Allah. Allah SWT sebagai
yang dikecualikan dan sekaligus yang diteguhkan dari ilah yang lainnya.
2.5.2
Al
Baraa’ (Pengingkaran)
Merupakan hasil kalimat Laa ilaaha illa yang artinya membebaskan atau melepaskan diri
dari segala bentuk sesembahan. Pembebasan ini berarti mengingkari, memisahkan
diri, membenci dan memusuhi. Keempat perkara ini ditunjukkan pada segala ilah selain Allah SWT semata-mata yang
berupa istem, konsep, maupun pelaksana.
2.5.3
Al
Hadam (Penghancuran)
Sikap baraa’ dengan segala akibatnya melahirkan upaya mengahncurkan
segala bentuk pengabdian terhadap tandingan-tandingan maupun sekutu-sekutu
selain Alah SWT, apakah terhadap diri, keluarga maupun masyarakat seperti kisah
nabi ibrahim yang menghancurkan berhala yang membodohi masyarakat pada masa
itu.
2.5.4
Al
walaa’ (Loyalitas)
Kalimat illa Allah SWT berarti pengukuhan terhadap wilayatullah (kepemimpinan Allah SWT). Artinya selalu mentaati,
selalu mendekatkan diri, mencintai sepenuh hati, dan membela, mendukung, dan
menolong. Semua ini ditujukan kepada Allah SWT dan segala yang diijinkan oleh
Allah SWT seperti Rasul dan orang yang beriman. Iman terhadap kalimat syahaadah
berarti bersedia mendengar dan taat untuk menjalankan segala perintahNya.
Sebagai bukti orang-orang mukmin dari sikap walaa’
yang dilakukannya adalah selalu siap mendukung atau menolong dinullah.
2.5.5
Al
Binaa’ (Membangun)
Sikap walaa’ berserta segala akibatnya merupakan sikap mukmin membangun
hubungan yang kuat dengan Allah SWT, Rasul, dan Orang-orang mukmin. Juga
berarti membangun sistem dan aktifitas islam yang menyeluruh pada diri,
keluarga, dan masyarakat. Ciri mukmin adalah senantiasa menegakkan agama Allah
SWT dengan sikap membangun dan membina alam serta manusia disekitanya.
2.5.6
Al
Ikhlaash
Keikhlasan yaitu pengabdian yang
murni hanya dapat dicapai dengan sikap baraa’
terhadap selain Allah SWT dan memberikan walaa’ sepenuhnya kepada Allah SWT.sikap ikhlas adalah inti ajaran
islam dan pengertian dari Laa illaha illa
allaah. Ikhlas nerarti memurnikan niat ibadah kita dan memurnikan amalan
yang kita lakukan.
2.5.7
Muhammad
Rasulullah
Konsep walaa’ dan baraa’ ditentukan
dalam beberapa bentuk yaitu Allah SWT sebagai Sumber (mashdar), Rasul sebagai cara (kayfiyah),
dan Mukmin sebagai pelaksana (tanfiidz).
a. Allah
SWT sebagai Sumber (mashdar)
Allah SWT sebagai sumber walaa dimana loyalitas mutlak hanya
milik Allah SWT dan loyalitas lainnnya mesti dengan izin Allah SWT
b. Rasul
sebagai cara (kayfiyah)
Pelaksanaan walaa’ terhadap Allah SWT dan baraa’
kepada selain Allah mengikuti cara Rasul. Nabi SAW telah memberikan
gambaran yang jelas tentang walaa kepada
Islam dalam sirah Nabi SAW. Orang beriman wajib mengajak orang kafir kepada
ajaran islam dengan dakwah yang baik. Apabila mereka menolak kemudian
menghalangi jalan dakwah maka mereka boleh diperangi sampai mereka mengakui
ketinggian kalimat Allah SWT.
c. Mukmin
sebagai pelaksana (tanfiidz)
Pelaksana walaa dan baraa adalah
orang mukmin yang telah diperintahkan Allah SWT dan dicontohkan Rasulullah.
Dalam pelaksanaan baraa, rasulullah memisahkan manusia atas muslim dan kafir.
Orang mukmin adalah mereka yang mengimani syahaadah dan orang kafir adalah mereka
yang mengingkari salah satu dari dua kalimat syahaadah.
2.6 Kalimatullah Hiya Al-‘Ulyaa
(Kalimat Allah yang Tinggi)
Kalimat
Allah SWT adalah yang paling tinggi. Islam sebagai ad-diin mempunyai konsep yang jelas, lengkap, dan dibuktikan
kebenarannya. Sedangkan konsep selain islam adalah buatan manusia yang tidak
lengkap, bersifat berubah atau sementara.
2.6.1
Al
Islaam – Ghairu al Islaam (konsep islam Vs selain Islam)
a. Al
– Islaam (konsep Islam)
Konsep islam merupakan ajaran yang
bersumber dari Allha SWT, tanpa dicampuri oleh pemikiran manusia. Karena allah
Maha Mengetahu maka islam adalah ilmu yang dalam. Karena Alah SWT Maha Hidup
maka islam adalah panduan hidup. Karena Allah SWT Maha Bijaksana maka islam
adalah hukum-hukum yang adil dan bijaksanan. Islam merupakan perwujudan sifat
Allah SWT yang membimbing dan memimpin manusia menuju kepada kebahagiaan yang
sejati.
b. Ghairu
Al-Islaam (Selain Islam)
Konsep orang kafir menjadikan
selain islam sebagai panduannya misalnya pandangan bukan dari Allah SWT, Rasul,
dan Diin-Nya. Mereka merupakan orang
bodoh terhadap kebenaran. Orang-orang kafir saling memberikan pandangan yang
menipu manusia dengan hiasan kalimat-kalimat yang indah. Menolah kitabullah
merarti mengikut hawa nafsu. Konsep orang zalim berdasarkan hawa nafsu dan kesesatan
mereka.
2.6.2
Asy
– Syahaadatain – Al-afkarr Al-Jahiliyah (Dua Kalimat Syahadat Vs
Pandangan Jahiliyyah)
a. Asy-syahaadatain
(Dua Kalimat Syahadat)
Dua kalimat syahaadat merupakan
inti dari Dinul Islam. Islam mengandung ketinggian nilai yang tidak dapat dibandingkan
dengan konsep, sistem, dan agama lainnya. Dasar islam adalah wahyu dan bukan ra’yu. Perkataan Rasulullah sebagai
salah satu sumber nilai islam bukanlah merupakan hawa nafsu melainkan wahyu.
Rasulullah yang mendapatkan bimbingan dari Allah SWT memiliki kekuatan
perkataan yang benar, jujur, dan adil.
b. Al-Afkar
al Jaahiliyah (Pemikiran Jahiliyah)
Pemikiran jahiliyah adalah inti
daripada konsep dan pandangan jahiliyah. Dasar utamanya adalah ra’yu (akal) saja. Orang kafir mengikuti
isme-isme yang berdasarkan dzan (dugaan)
dan hawa nafsu manusia. Dugaan tidak ada kejelasan dan kepastian. Pemikiran
jahiliyah yang tidak merujuk pada kebenaran akan semakin membawa manusia pada
kehancuran.
2.6.3
Kalimatullaah
Al-‘Ulyaa – Kalimah Alladziina Kafaru As-suflaa (Kalimat Allah Yang Tinggi Vs
Kalimat Kafir yang Rendah)
a. Kalimatullaah
Al-‘Ulyaa (Kalimat Allah Yang Tinggi)
Syahadatain merupakan kalimat Allah
SWT yang tinggi karena didalamnya mengandung suatu konsep yang mendalam tentang
kehidupan manusia. Syahadatain merupakan gambaran kesempurnaan, ketepatan, dan
keadilan kalimat Allah SWT yang menggambarkan kedalaman pengetahuan Allah SWT
b. Kalimah
Alladziina Kafaru As-suflaa (Kalimat Kafir yang Rendah)
Selain kalimat Allah adalah kalimat
kafir yang ditentang oleh islam. Hal ini disebabkan dasar dari konsep bukan
islam adalah dzan (sangkaan) saja.
Karena konsep bukan islam ini bersifat uji dan coba yang belum terbukti
kebenarannya sehingga sangat rendah nilainya di sisi Allah SWT ataupun sisi
manusia yang beriman dan berakal.
2.6.4
Kalimat
at-Tauhiid – Kalimah Asy-syirk (Kalimat Tauhid Vs Kalimat Syirik)
a. Kalimat
at-Tauhiid (Kalimat at-Tauhiid)
Dengan berpegang teguh kepada Tauhidullah maka umat dapat bersatu. Islam adalah ajaran
tauhid yang memiliki hanya satu umat yaitu umat islam yang mengesakan Allah SWT
dari segala bentuk sembahan dan abdian.
b. Kalimah
Asy-syirk (Kalimat Syirik)
Kalimat syirik merupakan gambaran
orang yang berada dalam konsep jahiliyah dan menjalankan kemusyrikan
dibandingkan dengan konsep tauhid. Allah menyatakan bahwa musuh Allah SWT itu
tidak bersatu dan mereka bercerai-berai karena konsep yang dipegang tidak
bersatu dan tidak sama.
2.6.5
Kalimah
At-taqwaa – Hamiyyah Al-Jahiliyyah (Kalimat Takwa Vs Kesombongan Jahiliyah)
a. Kalimah
At-taqwaa (Kalimat Takwa)
Manusia yang mendasari hidupnya
dengan kalimat syahaadah diperumpamakan membangun sesuatu dengan landasan
takwa. Tujuan dan penghambaan islam adalah membangun atau membentuk pribadi
takwa. Hanya dengan melaksanakan syhadatain secara murni dan hasil takwa dapat
dicapai. Manusia yng membenarkan kitabullah sebagai jalan menuju takwa adalah
kewajiban bagi seorang mukmin.
b. Hamiyyah
Al-Jahiliyyah (Kesombongan Jahiliyah)
Orang kafir menanmkan kecintaan pada
konsep mereka sedangkan Allah SWT mewajibkan pengkajian kalimat takwa. Penguasa
sistem jahiliyah mebanggakan kekuasaan dan kekayaan mereka untuk menipu rakyat.
Sistem jahiliyah adalah sistem uji coba yang tidak mempunyai suatu kepastian
sehingga dapat membawa manusia kepada kebodohan.
2.6.6
Al-Kalimah
Ath-Thayyibah – Al-Kalimah Al-Khabiitsah (Kalimat yang Baik Vs Kalimat Tak
Baik)
a. Al-Kalimah
Ath-Thayyibah (Kalimat yang Baik)
Krena membawa kepada ketakwaan dan
persatuan maka islam merupakan konsep yang baik. Kalimat yang baik melahirkan
manusia yang membentuk peradaban mulia dan bermanfaat di dunia. Syahadat
sebagai kalimat yang baik yang diumpamakan Allah SWT bagaikan pohon yang baik,
akarnya tertunjang kebumi dan batangnya menjulang keangkasa (tertanam baik dihati
manusia karena sesuai dengan fitrah).
b. Al-Kalimah
Al-Khabiitsah (Kalimat Tak Baik)
Konsep yang buruk ibarat pohon yang
buruk. Tidak tertanam dalam hati dan jiwa manusia karena bertentangan dengan
fitrah. Pribadi yang dihasilkan oleh sistem jahiliyyah adalah kosong dan tidak
berarti, hanya pandai bersilat lidah saja, berkata tetapi tidak diamalkan.
2.6.7
Tsaabitah
– Ghairu Tsaabitah (Kukuh Vs Rapuh)
a. Tsaabitah
(Kukuh dan stabil)
Kukuh merupakan sifat islam, tidak
pernah mengalami kegoncangan. Konsep ini membawa keteguhan kepada orang-orang
yang mengikutinya. Allah SWT meneguhkan orang-orang beriman dengan ucapan yang
teguh dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Kemenangan akidah adalah kemenangan
hakiki yang dituju orang-orang beriman dalam perjuangan.
b. Ghairu
Tsaabitah (Rapuh)
Rapuh merupakan sifat dinul
jahiliyyah. Kerapuhan jahiliyyah bagaikan sampah, kelihatannya banyak tetapi
mengikuti saja kemana pergi. Jahiliyyah tidak mempunyai tempat berpijak yang
jelas dan pasti. Iapun tidak memiliki dasar yang jelas sehingga jahiliyyah
bersifat lemah.
2.6.8
Qawiyyah
– Dha’iifah (Kuat Vs Lemah)
a. Qawiyyah
(Kuat)
Karena teguh dan kukuh maka konsep islam tidak dapat
dikalahkan. Seluruh ajaran islam memiliki kekuatan dari segi hujjah maupun
realitas. Dari itu umat islam harus kukuh dan kuat seperti islam.
b. Dha’iifah
(Lemah)
Karena kerapuhan dankegoncangan
maka umat jahiliyyah ini sangat lemah, mudah dihancurkan. Kelemahan sistem yang
dibangun oleh konsep syirik seperti sarang laba-laba sehingga sistem orang
kafir sangat lemah dan mudah dihancurkan oleh kekuatan islam. Pernyataan Allah
SWT bahwa pengikut kebatilan pasti kalah dan tempat mereka adalah neraka
jahannam.
2.7 Maraahil At-Tafaa’ul
Bisy-Syahaadatain (Tahap-tahap Inetraksi dengan Dua Kalimat Syahadat)
2.7.1
asy-Syahaadatain
(dua Kalimat Syahadat)
Syahadatain perlu dipelajari dan
diketahui karena dua kalimat ini sebagai dasar bagi keseluruhan hidup manusia
dan seluruh ajaran islam
2.7.2
Al-Mahabbah
(Cinta)
Mukmin mencintai dua kalimat
syahadat sehingga nilai yang menjadi kandungannya tidak diterima sebagai beban.
Cinta ini tumbuh dari kecintaan kepada Allah SWT dan Rasul. Hati mukmin
bergetar ketika asma Allah SWT
disebutkan ini disebabkan karena cintanya kepada Allah SWT
2.7.3
Ar-Ridhaa
(Rela)
Ridha adalah kerelaan diri untuk
menerima program Allah SWT sepenuhnya.
a. Ridha
kepada Allah SWT sebagai Tuhan (Rabb)
Adalah menjadikan kemauan Allah SWT
sebagai kemauan kita sendiri atau tidak menghendaki apapun selain yang
dikehendaki Allah SWT kepada kita. Rela allah sebagai pengatur, pembimbing, dan
pendidik yang senantisa mencintai, melindungi, dan menyayangi dirinya.
b. Ridha
kepada Islam sebagai Aturan Hidup (diin)
Islam diyakini sebagai satu-satunya
aturan hidup baginya. Tidak ada aturan lain karena islam adalah ad-diin yang lengkap dan sempurna,
menyelesaikan semua masalah, merupakan jalan lurus, dan membawa pemeluknya
kepada kebahagiaan dan keselamatan hidup
c. Ridha
kepada Rasul sebagai Teladan (Uswah)
Ciri sikap orang mukmin adalah
selalu mencari ridha kepada allah SWT dan RasulNya. Rasulullah adalah teladan
dalam setiap aspek kehidupan manusia. Keimanan manusia ditentukan oleh
kerelaannya bertahkim kepada keputusan Rasulullah tanpa keberatan dalam
menerima keputusan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar