BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jantung adalah organ beronga, berotot, yang
terletak ditengah thorax dan menempati rongga antara paru dan diafragma. Fungsi
jantung adalah memompa darah kejaringan, menyuplai oksigen dan zat nutrisi lain
sambil mengangkut karbondioksida dan sampah hasil metabolisme. Didalam jantung
terdapat beberapa katup yang sangat penting artinya dalam susunan peredaran
darah dan pergerakan jantung manusia. Ada empat valvula atau katup didalam jantung yaitu trikuspidalis, bikuspidalis, seminularis
arteri pulmonalis dan seminularis aorta. Katup jantung memungkinkan darah
mengalir hanya ke satu arah dalam jantung. Katup tersebut tersusun atas
bilah-bilah jaringan fibrosa, membuka dan menutup secara pasif sebagai respon
terhadap perubahan tekanan dan aliran darah.
Fungsi katup jantung sendiri bekerja mengatur
aliran darah melalui jantung ke arteria pulmonal dan aorta dengan cara membuka
dan menutup dengan cara yang tepat ketika jantung jantung berkontraksi dan
berelaksasi selama siklus jantung. Katup atrioventrikuler memisahkan atrium dan
ventrikel, terdiri atas katup trikuspidalis yang membagi atrium kanan dan
ventrikel kanan, serta katup mitral atau bikuspidalis yang membagi atrium kiri
dan ventrikel kiri. Katup seminularis terletak antara ventrikel dan arteri yang
bersangkutan.
Katup pulmonal terletak antara ventrikel kanan dan
arteri pulmonalis, sedangkan katup aorta terletak antara ventrikel kiri dan
aorta. Bila salah satu katup jantung tidak terbuka atau tertutup dengan baik
maka akan mempengaruhi aliran darah. Bila katup tidak dapat membuka secara
sempurna (biasanya karena stenosis), akibatnya aliran darah melalui katup
tersebut akan berkurang. Bila katup tidak dapat menutup secara sempurna darah
akan mengalami kebocoran sebagai proses yang disebut regurgitasi atau insufisiensi.
Kelainan katup mitral dibagi menjadi beberapa kategori berikut: prolaks katup
mitral, stenosis mitral, dan insufisiensi mitral. Kelainan katup aorta
dikategorikan sebagai stenosis aorta dan insufisiensi aorta. Perbedaan kelainan
aorta tersebutmenimbulkan berbagai gejala, tergantung beratnya dan mungkin
memerlukan perbaikan secara bedah atau penggantian untuk mengoreksi masalah.
B. Tujuan
1.
Membahas
pengertian dari insufisiensi aorta
2.
Membahas
etiologi dari insufisiensi aorta
3.
Membahas
manifestasi klinis dari insufisiensi aorta
4.
Membahas
pemeriksaan diagnostik dari insufisiensi aorta
5.
Membahas
penatalaksanaan dari insufisiensi aorta
6.
Membahas
komplikasi dari insufisiensi aorta
7.
Membahas
prognosis dari insufisiensi aorta
8.
Membahas web
of caution dari insufisiensi aorta
9.
Membahas
asuhan keperawawatan dari insufisiensi aorta
C. Manfaat
1.
Bagi
Mahasiswa
Sebagai bahan
materi pembelajaran mahasiswa khususnya dalam format asuhan keperawatan kardiovaskuler
tentang insufisiensi aorta.
2.
Bagi
Institusi Pendidikan
Pembuatan kasus
pembelajaran mahasiswa dapat memavu inovasi dan daya pikir kritis mahasiswa
dalam memecahkan masalah keperawatan asuhan keperawatan kardiovaskuler.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Insufisiensi adalah suatu
keadaan dimana katup kehilangan fungsi yang normal dan gagal
menghambat kembali darah setelah kontraksi dari setiap ruang jantung atau
refluks darah dari aorta adendens ke dalam ventrikel selama diastole (trinoval, 2009).
Insufisiensi aorta adalah kembalinya darah ke ventrikel kiri dari
aorta selama diastole (vanvid, 2011).
Insufisiensi aorta adalah suatu keadaan dimana
terjadi refluk (aliran balik) darah dari aorta ke dalam ventrikel kiri sewaktu
relaksasi (wajan, 2010).
Insufisiensi aorta adalah penyakit katup jantung
dimana katup aorta atau balon melemah, mencegah katup menutup erat-erat. Hal
ini menyebabkan mundurnya aliran darah dari aorta (pembuluh darah terbesar) ke
dalam ventrikel kiri (evan, 2010).
B. Etiologi
1.
Penyakit
jantung rematik
Infeksi kuman
streptokokus beta hemolitik group A akan menyerang jaringan otot miokard,
endokard dan perikard terutama pada katup mitral dan aorta.
2.
Endokartitis
Infeksi
endokarditis yang disebabkan dari berbagai jenis bakteri seperti stafilokokus
aureus, hemofilus influensa, dsb. Ini akan menimbulkan lesi pada endokard dan
merupakan suatu nodus infeksi dimana kuman mudah melekat dan berkembang biak.
Biasanya endokarditis banyak mengenai katup jantung seperti katup aorta,
mitral, trikuspid dan pulmonal.
3.
Ventrikural
Septal Defek ( VSD)
Terjadinya
perubahan hemodinamik defek septum ventrikel dipengaruhi oleh besarnya defek
dan tingginya resistensi pulmonal. Defek septum ventrikel terjadi beban volum
berlebih pada ventrikel kiri, atrium kiri dan ventrikel kanan karena pirau
aliran darah dari kiri ke kanan. Jika defek fentrikel ini mengenai
perimembranus dan meluas ke bagian superior dan anterior maka akan disertai
prolap daun bagian kanan katup aorta dan dikenal sebagai defek septumventrikel
tipe perimembranus subaortik disertai prolap katup aorta atau insufisiensi
aorta.
4.
Ruptur
Traumatik
Insufisiensi aorta
bisa terjadi secara mendadak apabila ada trauma yang kuat mengenai dada, atau
karena terjadinya diseksi aorta
5.
Sindrom
Marfan
Insufisiensi oarta
yang disebabkan oleh melebarnya oarta sehingga terjadi prolaps daun katup aorta.
Sindrom ini lebih banyak dikarenakan kelainan genetik
C. Manifestasi Klinis
Selama mekanisme kompensasi ventrikel kiri masih
baik, gejala bersifat asimtomatik Adapun tanda dan
gejala insufisiensi aorta adalah
1.
Dyspnea saat aktivitas
2. Palpitasi, fatigue
3.
Orthopena akibat
edema paru
4.
Rasa lelah
5.
Noktural
angina dan diaforosis
6.
Angina dengan hipertropi
ventrikel kiri
7.
Palpasi:
a.
Pulsus
seller/denyut nadi meloncat
b.
Tekanan nadi
melebar (tekanan sistolik meningkat dan tekanan diastolik menurun)
c.
Denyut apeks
bergeser dan kuat
8.
EKG
a.
Hipertrofi
ventrikel kiri
b.
Sinus
takikardia
9.
Auskultasi
a.
Murmur
diastolik, suara angin ribut (blowing)
b.
Intensitas
murmur tinggi karena peningkatan volume ejeksi
10.
Rontgen
thorax
a.
Apeks jantung
memanjang / downward apeks (bentuk sepatu bot)
b.
Dilatasi
aorta descending
c.
Peningkatan
vaskularisasi paru
11.
Kateterisasi
jantung
a.
Refluks ke
ventrikel kiri saat pangkal aorta disuntik dengan zat kontras
b.
Peningkatan
tekanan akhir diastolik ventrikel kiri
12.
Echocardiografi
a.
Bentuk katup
bikuspidalis/unikuspid
D. Pemeriksaan Diagnostik
1.
Elektrokardiogram : Hipertropi ventrikel kiri
2.
Radiogram dada : Pembesaran ventrikl kiri, dilatasi aorta proksimal
3.
Echocardiogram : strukur dan gerakan katup yang
abnormal
4.
Katerisasi jantung : Ventrikel kiri tampak
opag selama penyuntikan bahan kontras ke dalam pangkal aorta.
5.
Aortography
6.
Peningkatan cardiac iso enzim (ckmb)
E. Penatalaksanaan
1.
Terapi Umum
a.
Istirahat
b.
Medikamentosa
Obat pertama:
1) Obat gagal
ginjal
2) Diuretika
3) vasolidator
hidralazin
4) ACE – inhibitor
2.
Obat
Alternatif
Antibiotik
preventif menjelang tindakan invasif
3. Operasi
Penggantian katup
aorta adalah terapi pilihan, tetapi kapan waktu yang tepat untuk penggantian
katup masih kontroversial. Pilihan untuk katup buatan ditentukan berdasarkan
umur, kebutuhan, kontraindikasi untuk koagulan, serta lamanya umur katup.
Pembedahan dianjurkan pada semua pasien dengan hipertropi ventrikel kiri tanpa
memperhatikan ada atau tidaknya gejala lain. Bila pasien mengalami gejala gagal
jantung kongestif, harus diberikan penatalaksanaan medis sampai dilakukan pembedahan.
F. Komplikasi
1.
Kardiomegali
Pada
insufisiensi katup aorta, darah mengalir kembali ke ventrikel dari aorta tepat
setalah ventrikel memompakan darah ke aorta. Pada issufisiensi aorta otot
ventrikel kiri mengalami hypertropi akibat peningkatan beban kerja. Massa otot
ventrikel kiri juga bertambah empat sampai lima kali lipat sehingga membuat
jantung kiri sangat besar.
2.
Gagal
Ventrikel Kiri
Pada stadium awal, kemampuan intrinsik ventrikel kiri untuk beradaptasi
terhadap peningkatan beban dapat menghindari gangguan yang berarti pada fungsi
sirkulasi selama beristirahat, diluar peningkatan hasil kerja yang dibutuhkan
oleh ventrikel kiri.
3.
Edema paru
Diatas tingkat kritis kelainan katup aorta, ventrikel kiri akhirnya tidak
dapat menyesuaikan dengan beban kerja. Akibatnya ventrikel kiri melebar dan
curah jantung mulai menurun pada saat yang bersamaan darah tertimbun di atrium
kiri dan di paru-paru di belakang ventrikel kiri yang kepayahan. Tekanan atrium
kiri meningkat secara progresif dan muncul edema di pari-paru.
4.
Hipoksia
Jaringan
Efek lain yang membantu mengompensasi penurunan hasil bersih pemopaan
ventrikel kiri ialah peningkatan volume darah. Hal ini adalah akibat dari
penurunan awal dari tekanan arteri ditambah refleks sirkulasi perifer yang
menurunkan induksi tekanan. Peningkatan volume darah cenderung meningkatkan
aliran balik vena ke jantung, hal ini selanjutnya menyebabkan ventrikel kiri
memompakan darah dengan takanan ekstra yang dibutuhkan untuk mengimbangi
dinamika pemompaan yang abnormal.
G. Prognosis
Tujuh belas persen pasien insufisiensi aorta
kronik dapat bertahan 5 tahun, sedangkan 50% mampu bertahan 10 tahun setelah
diagnosis ditegakkan. Pasien mampu hidup secara normal tetapi mudah terkena
endokarditis infektif. Jika timbul gejala gagal jantung bisa bertahan 2 tahun
dan setelah timbul gejala angina biasanya bertahan 5 tahun. Pasien dengan
insufisiensi airta akut dan edema paru memiliki prognosis buruk biasanya harus
dilakukan operasi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1.
Biodata
Biodata pasien yang harus dikaji
meliputi nama, nomor register, jenis kelamin, umur, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku bangsa, alamat, diagnosa medis
2.
Keluhan utama
a.
Dada terasa
berat dan palpitasi
b.
Anoreksia dan
vomiting
c.
Lethargi dan
fatigue
d.
Insomnia
e.
Sesak nafas
saat beraktivitas
3.
Riwayat penyakit sekarang
a.
Provokatif
Sesak dirasakan setelah
beraktivitas terlalu berat.
b.
Quality
Sesak napas dan
nyeri dada bisa terasa semakin berat jika melakukan aktivitas yang terlalu
berat.
c.
Region
Letak terjadinya
gangguan pada insufisiensi aorta terlokalisir pada daerah dada pada khususnya
dada sebelah kiri
d.
Skala
Skalanya nyeri dada
yang dirasakan bisa sangat berat jika insufisiensi aorta sudah buruk dan
frekuensi napas saat sesak napas bisa lebih dari 20 x/menit pada orang dewasa.
e.
Time
Waktu gejala
insufiensi aorta apakah timbul dimalam hari, siang hari atau pagi hari dan
apakah sebelum atau sesudah melakukan kegiatan yang lebih.
4.
Riwayat penyakit dahulu
Hipertensi renal,
angina, IMA, dan disritmia
5.
Pemeriksaan fisik
a.
Breating
Pada tahap awal
tidak ada masalah. RR meningkat saat terdapat sesak napas dan nyeri dada,
terjadi kelemahan, kelelahan, pusing, dispnea, palpitasi, gangguan tidur
(nokturia, keringat malam), dyspnea,
takipnea, batuk menetap dengan sputum atau tidak produktif, bunyi napas
wheezing, sputum banyak dan berbercak darah (edema pulmonal), gelisah dan
ketakutan.
b.
Blood
tekanan darah
sistolik menurun, nadi karotis lambat dengan nadi kecil, nadi apikal PMI kuat
dan terletak dibawah kiri, bunyi S1 keras, irama tak teratus, akral hangat,
kemerahan dan lembab, pengisian kipler lambat (CRT > 3 detik), hipotensi,
disritmia, dan takikardi
c.
Brain
Kesadaran menurun
pasca pembedahan, GCS belum terhitung setelah operasi, keadaan umum lemah,
kelelahan, rasa berdenyut sakit kepala,
terjadi gangguan istirahat tidur karena nyeri bekas operasi dan respon
psikologis
d.
Blader
Frekuensi buang air
kecil..
e.
Bowel
Tidak ada nyeri
tekan abdomen, tidak ada distensi abdomen, tidak ada masalah dengan frekuensi
BAB per hari, warna feses, bau feses, konsistensi feses, mual dan muntah bisa
muncul jika terjadi sesak napas yang mngakibatkan pusing, tidak toleransi
terhadap makanan dan penurunan berat badan.
f.
Bone
Kelemahan aktivitas,
kelelahan, terjadi diskontinuitas jaringan pasca pembedahan.
6.
Pemeriksaan diagnostic
a.
Gambaran ECG
yang menunjukkan adanya hipertrofi ventrikel kiri, kateterisasi jantung yang
menunjukkan striktura
b.
Aortography
c.
Peningkatan
cardiac iso enzim (ckmb)
d.
Rontgen
Thorax menunjukkan cardiomegali dan infiltrate paru.
e.
Ekokardiografi
: vetrikel kiri tampak dilatasi dengan diameter akhir diastolik dan sistolik
yang melebar. Aorta bisa tampak lebih besar. Katup aorta menunjukan suatu
flail, prolaps yang tidak sempurna.
B. Analisa Data
No
|
Pengelompokan data
|
Kemungkinan penyebab
|
Masalah
|
1
2
3
4
|
Ds: mengeluh
pusing, sesak napas, mual, berkeringat dingin, nyeri dada.
Do: hipertensi,
takikardia, disritmia, diaforesis, kulit dingin dan pucat, dispnea, oliguri.
Ds: mengeluh
nyeri dada, sesak, lelah, tidak bisa tidur.
Do: tekanan nadi
meningkat, tekanan darah meningkat, frekuensi pernapasan cepat dan dangkal,
derajat nyeri, kulit berkeringat dingin, sesak
Ds: nyeri dada,
pusing, mual, fatigoe jika beraktivitas.
Do: Hipotensi,
takikardi atau bradikardia, dyspnea saat beraktivitas, pucat, respon non
verbal grimace, kesakitan, kesulitan napas.
Ds: sering
bertanya
Do: tingkat
pendidikan rendah, ekspresi wajah tegang,
|
penurunan curah
jantung, kongesti vena sekunder terhadap kerusakan fungsi katup (regurgitasi)
iskemia jaringan miokard
dengan ketidakseimbangan antara
kebutuhan oksigen dengan suplai oksigen ke
miokardium
perubahan status kesehatan
|
Penurunan perfusi
jaringan
Nyeri akut
Intoleransi
aktivitas
Ansietas (cemas)
|
C. Diagnosa Keperawatan
1.
Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
curah jantung, kongesti vena sekunder terhadap kerusakan fungsi katup
(regurgitasi)
2.
Nyeri akut berhubungan dengan
iskemia jaringan miokard
3.
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen dengan suplai
oksigen ke miokardium akibat sekunder
dari aliran darah yang menurun pada arteri koroner.
4.
Ansietas berhubungan dengan
perubahan status kesehatan
D. Intervensi dan Rasional
1.
Diagnosa pertama: Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
curah jantung, kongesti vena sekunder terhadap kerusakan fungsi katup
(regurgitasi).
Tujuan: perfusi jaringan dan curah jantung adekuat serta
tanda-tanda dekompensasi kordis tidak berkembang lebih lanjut dengan criteria hasil:
a.
Klien melaporkan atau
menunjukkan berkurangnya dyspnea, angina, dan disritmia
b.
Tekanan darah
normal, denyut nadi kuat, denyut jantung dalam batas normal
c.
Kadar ureum
dan kreatinin dalam batas normal, kulit hangat kemerahan, tidak berkeringat,
pola napas efektif.
d.
Berpartispasi dalam aktivitas
yang mengurangi beban kerja jantung
Intervensi
|
Rasional
|
Atur posisi
tidur yang nyaman (fowler/semi fowler)
|
Posisi
tersebut meningkatkan ekspansi paru
|
Mengurangi
aktivitas yang berlebihan. Catat reaksi yang terjadi jika beraktivitas berat
atau berlebihan
|
Pembatasan
aktivitas dan istirahat mengurangi konsumsi oksigen miokard dan beban kerja
jantung
|
Monitor
terhadap tanda-tanda vital dan denyut apikal setiap jam (pada fase akut) dan
kemudian tiap 2-4 jam bila fase akut berlalu
|
Tanda dan
gejala tersebut membantu diagnosis gagal jantung kiri.
|
Monitor dan
catat tanda-tanda disritmia, auskultasi perubahan bunyi jantung dan bising
jantung
|
Disritmia menurunkan
curah jantung. BJ3 dan BJ4 akibat dari penurunan penegmbangan ventrikel kiri
dampak dari kerusakan katup jantung.
|
M onitor
kadar BUN dan kreatinin darah sesuai program terapi
|
Peningkatan
kadar BUN dan kreatinin mengindikasikan penurunan suplai darah renal.
|
Obsevasi
perubahan sensori
|
Penurunan
sensori terjadi akibat penurunan perfusi otak.
|
Observasi
tanda-tanda kecemasan dan upayakan memelihara lingkungan yang nyaman.
|
Kecemasan
meningkatkan konsumsi oksigen miokard.
|
Upayakan waktu istirahat dan tidur yang
adekuat.
|
Istirahat
dan pembatasan aktivitas mengurangi konsumsi oksigen pada miokard
|
Kolaborasi
dengan tim gizi untuk memberikan diet rendah garam dan rendah kalori serta
cukup selulosa
|
Diet rendah
garam mengurangi retensi cairan ekstraseluler, selulosa memudahkan buang air
besar
|
Ajarkan teknik relaksasi
|
menurunkan rangsang simpatik
yang dapat mengurangi stimulus dan beban kerja jantung
|
Kolaborasi dengan
tim dokter untik terapi dan tindakan:
a. Obat glikosid jantung
b. Obat inotropik atau digitalis dan vasoaktif
c. Antiemetik dan laxatif (sesuai indikasi)
d. Tranquilizer atau sedatif seperti diazepam
e. Batuan oksigen
f. Cek EKG serial
g. Rontgen thorakx dan echocardiografi (bila ada
indikasi)
h. Kateterisasi jantung (flow-direct chateter) bila
ada indikasi
i.
Pembedahan
penggantian katup (jika ada indikasi)
|
a. Meningkatkan kontraktilitas miokard
b. Menurunkan preload, afterload, meningkatkan
curah jantung dan menurunkan beban kerja jantung
c. Mencegah aktivitas berlebih saluran pencernaan
d. Menurunkan kecemasan dan memberikan relaksasi
e. Meningkatkan suplai oksogen selama dan setelah
terjadi peningkatan aktivitas organ
f. Pemeriksaan tersebut membantu menegakkan
diagnosis dan menentukan perkembangan kondisi fisik dan fungsi jantung
g. Memperbaiki fungsi jantung
h. Memperbaiki fungsi pompa jantung , menurunkan
preload dan afterload, meningkatkan curah jantung
|
2.
Diagnosa kedua: Nyeri akut
berhubungan dengan iskemia jaringan miokard
Tujuan: Nyeri hilang atau terkontrol
Intervensi
|
Rasional
|
Selidiki laporan nyeri dada dengan
episode sebelumnya. Catat ekspresi verbal / non verbal nyeri. Respon otomatis
terhadap nyeri (berkeringat, Tekanan darah dan nadi berubah, peningkatan atau
penurunan frekuensi pernapasan)
|
perbedaan gejala perlu untuk
mengidentifikasi penyebab nyeri, perilaku dan perubahan tanda vital membantu
menentukan derajat / adanya ketidaknyamanan pasien khususnya bila pasien
menolak adanya nyeri
|
Berikan lingkungan istirahat yang nyaman
dan batasi aktivitas sesuai kebutuhan
|
aktivitas yang berlebihan meningkatkan kebutuhan miokard akan oksigen
dan dapat mencetuskan nyeri
|
Berikan vasodilator seperti nifedipin
sesuai indikasi
|
obat diberikan untuk meningkatkan
sirkulasi miokardia (vasodilator) menurunkan angina sehubungan dengan iskemia
miokardia
|
Ajarkan teknik
distraksi dan relaksasi
|
Pemberian distraksi
dapat mengalihkan perhatian yang menurunkan rasa nyeri dan relaksasi untuk
meningkatkan pertukaran oksigen dan suplai oksigen,
|
Berikan posisi yang
nyaman seperti fowler atau semi fowler
|
Posisi yang nyaman
dapat meningkatkan ekspansi paru
|
Berikan oksigen
tambahan dengan kanula nasal atau masker sesuai dengan indikasi
|
Meningkatkan jumlah
oksigen yang ada untuk pemakaian miokardium sekaligus mengurangi
ketidaknyamanan akibat sekunder akibat iskemia.
|
Istirahatkan klien
|
Menurunkan kebutuhan
oksigen miokard dan meningkatkan suplai oksigen ke miokard yang membutuhkan
untuk mengurangi iskemia.
|
3.
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen dengan suplai
oksigen ke miokardium akibat sekunder
dari aliran darah yang menurun pada arteri koroner.
Tujuan: menunjukkan peningkatan
cardiac output yang dapat diukur dalam toleransi aktivitas dengan kriteria hasil:
a. Keluahn nyeri dada, pusing, mual, sesak napas, dan
lelah berkurang atau menghilang
b. Tanda vital dalam batas normal
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji toleransi aktivitas pasien terhadap
aktivitas menggunakan parameter berikut: frekuensi nadi, frekuensi istirahat,
peningkatan tekanan darah, dispnea, nyeri dada, kelelahan, berkeringat,
pusing, pingsan
|
parameter menunjukkan respons fisiologis
terhadap ster aktivitas dan indikator derajat pengaruh kelebihan kerja
jantung
|
Kaji kesiapan untuk meningkatkan
aktivitas seperti tekanan darah stabil, frekuensi nadi stabil, penurunan
kelelahan
|
stabilitas fisologis sangat penting
untuk memajukan tingkat aktivitas individual
|
Dorong memajukan aktivitas / toleransi
perawatan diri
|
konsumsi oksigen miokardia selama
berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksegen yang ada. Kemajuan
aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung
|
Berikan bantuan sesuai kebutuhan dalam
memenuhi kebutuhan
|
teknik penghematan energi menurunkan
oenggunaan energi sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
|
Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam
memilih periode aktivitas
|
jadwal meningkatkan toleransi terhadap
kemajuan aktivitas dan mencegah kelelahan
|
4.
Diagnosa
keempat: Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Tujuan: Menunjukkan
penurunan ansietas / terkontrol
Intervensi
|
Rasional
|
Pantau respon fisik,
seperti palpitasi, takikardi, gelisah
|
membantu menentukan
derajat cemas sesuai status jantung. Penggunaan evaluasi seirama dengan
respon verbal dan non verbal
|
Berikan tindakan
kenyamanan seperti perubahan posisi
|
membantu mengalihkan
perhatian dan meningkatkan relaksasi serta meningkatkan kemampuan koping.
|
Anjurkan pasien
melakukan teknik relaksasi seperti napas dalam
|
memberikan arti
penghilangan respon ansietas, menurunkan perhatian, meningkatkan relaksasi
dan meningkatkan koping.
|
Libatkan pasien /
orang dekat dalam rencana perawatan dan partisipasi maksimum pada rencana
pengobatan.
|
keterlibatan akan
membantu memfokuskan perhatian pasien dalam arti positif dan memberikan rasa
kontrol
|
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Insufisiensi adalah suatu keadaan dimana katup kehilangan fungsi
yang normal dan gagal menghambat kembali darah setelah kontraksi dari setiap
ruang jantung atau refluks darah dari aorta adendens ke dalam ventrikel selama
diastole atau suatu keadaan dimana
terjadi refluk (aliran balik) darah dari aorta ke dalam ventrikel kiri sewaktu
relaksasi
Etiologi atau penyebab terjadinya Insufisiensi darah dari aorta ke ventrikel kiri dapat terjadi dalam 3 macam kelainan
artifisial, yaitu dilatasi pangkal aorta, penyakit katup artificial
dan genetik.
Adapun manifestasi klinis
dari insufisiensi aorta adalah dyspnea saat aktivitas, palpitasi, rasa lelah, angina dengan hipertropi
ventrikel kiri, pengisian dan pengosongan denyut arteri yang cepat, tekanan nadi melebar
disertai peningkatan tekanan sistemik dan penurunan tekanan diastolic, auskultasi bising
diastolik, sistolik ejection click disebabkan oleh peningkatan volume ejeksi.
Sedangkan dalam pemeriksaan
diagnostik yang dapat menekankan atau
menyimpulakan terjadinya insufisiensi aorta yaitu dengan melakukan pemeriksaan
seperti elektrokardiogram, radiogram dada , echocardiogram, katerisasi jantung, aortography, peningkatan cardiac iso
enzim.
Penatalaksanaan terhadap
insufisiensi aorta dapat menggunakan terapi umum seperti istirahat, diet,
penggunaan obat medikamentosa ataupun obat alternatif berupa antibiotik
preventis menjelang tindakan invasif. Sedangkan penatalaksanaan berupa operasi
berupa penggantian katup aorta. Penggantian katup aorta
adalah terapi pilihan, tetapi kapan waktu yang tepat untuk penggantian katup
masih kontroversial. Pilihan untuk katup buatan ditentukan berdasarkan umur,
kebutuhan, kontraindikasi untuk koagulan, serta lamanya umur katup. Pembedahan
dianjurkan pada semua pasien dengan hipertropi ventrikel kiri tanpa
memperhatikan ada atau tidaknya gejala lain. Bila pasien mengalami gejala gagal
jantung kongestif, harus diberikan penatalaksanaan medis sampai dilakukan pembedahan.
Komplikasi
yang dapat terjadi pada insufisiensi aorta ada beberapa macam diantaranya
meliputi kardiomegali, gagal ginjal kiri, edema paru dan hipoksia jaringan
Prognosis dalam kasus
insufisiensi aorta adalah pasien dengan insufisiensi aorta simtomatik kecuali
bila katup aorta diganti.
Proses asuhan keperawatan yang komprehensif,
meliputi pengkajian (biodata, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik), analisa data,
diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan dan rasional. Klien dengan
insufisiensi aorta muncul masalah keperawatan yang paling prioritas adalah
penurunan curah jantung atau penurunan perfusi jaringan. Dengan intervensi yang
sudah dimenejemen maka dapat membantu mengatasi masalah keperawatan tersebut
sehingga klien dapat mendapatkan kepuasan dalam pelayanan kesehatan.
B. Saran
1.
Bagi
Mahasiswa Keperawatan
Adanya standar
khusus dalam format asuhan keperawatan dan memicu pemikiran yang kritis
mahasiswa untuk menangani kecemasan klien sebelum prosedur invasif atau bedah
2.
Bagi
Institusi Pendidikan
Pembuatan kasus
pembelajaran akademik lebih bervariatif agar memicu inovasi mahasiswa untuk
memecahkan masalah keperawatan yang muncul pada klien sebelum prosedur invasif
atau bedah
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Mary. (2005). Asuhan
Keperawatan Gangguan Kardiovaskuler.
Jakarta: Kedokteran. EGC
Hamsavir, Evan. (2010). Diagnosis dan
penatalksanaan pada insufisiensi aorta. Dikutip dari journal kesehatan
(ilmu kedokteran.com) pada tanggal 19 september 2011
Muttaqin, Arif. (2009). Asuhan
Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba
medika
Syaifudin. (2006). Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa
Keperawatan. Jakarta:Kedokteran. EGC
Yanto, trinoval. (2011). Insufisiensi Aorta. Dikutip dari journal keshatan (www.trinoval.web.id)
pada tanggal 19 september 2011
Vanvid. (2011). Regurgitasi aorta.
Dikutip dari journal kesehatan pada tanggal 19 september 2011.
Wajan. (2010). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta:Salemba
Marylin E.
Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien
Edisi 3. Jakarta: kedokteran EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar