Kamis, 31 Januari 2013

ASKEP INSUFISIENSI AORTA



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Jantung adalah organ beronga, berotot, yang terletak ditengah thorax dan menempati rongga antara paru dan diafragma. Fungsi jantung adalah memompa darah kejaringan, menyuplai oksigen dan zat nutrisi lain sambil mengangkut karbondioksida dan sampah hasil metabolisme. Didalam jantung terdapat beberapa katup yang sangat penting artinya dalam susunan peredaran darah dan pergerakan jantung manusia. Ada empat valvula atau katup didalam  jantung yaitu trikuspidalis, bikuspidalis, seminularis arteri pulmonalis dan seminularis aorta. Katup jantung memungkinkan darah mengalir hanya ke satu arah dalam jantung. Katup tersebut tersusun atas bilah-bilah jaringan fibrosa, membuka dan menutup secara pasif sebagai respon terhadap perubahan tekanan dan aliran darah.
Fungsi katup jantung sendiri bekerja mengatur aliran darah melalui jantung ke arteria pulmonal dan aorta dengan cara membuka dan menutup dengan cara yang tepat ketika jantung jantung berkontraksi dan berelaksasi selama siklus jantung. Katup atrioventrikuler memisahkan atrium dan ventrikel, terdiri atas katup trikuspidalis yang membagi atrium kanan dan ventrikel kanan, serta katup mitral atau bikuspidalis yang membagi atrium kiri dan ventrikel kiri. Katup seminularis terletak antara ventrikel dan arteri yang bersangkutan.
Katup pulmonal terletak antara ventrikel kanan dan arteri pulmonalis, sedangkan katup aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta. Bila salah satu katup jantung tidak terbuka atau tertutup dengan baik maka akan mempengaruhi aliran darah. Bila katup tidak dapat membuka secara sempurna (biasanya karena stenosis), akibatnya aliran darah melalui katup tersebut akan berkurang. Bila katup tidak dapat menutup secara sempurna darah akan mengalami kebocoran sebagai proses yang disebut regurgitasi atau insufisiensi. Kelainan katup mitral dibagi menjadi beberapa kategori berikut: prolaks katup mitral, stenosis mitral, dan insufisiensi mitral. Kelainan katup aorta dikategorikan sebagai stenosis aorta dan insufisiensi aorta. Perbedaan kelainan aorta tersebutmenimbulkan berbagai gejala, tergantung beratnya dan mungkin memerlukan perbaikan secara bedah atau penggantian untuk mengoreksi masalah.

B.     Tujuan
1.      Membahas pengertian dari insufisiensi aorta
2.      Membahas etiologi dari insufisiensi aorta
3.      Membahas manifestasi klinis dari insufisiensi aorta
4.      Membahas pemeriksaan diagnostik dari insufisiensi aorta
5.      Membahas penatalaksanaan dari insufisiensi aorta
6.      Membahas komplikasi dari insufisiensi aorta
7.      Membahas prognosis dari insufisiensi aorta
8.      Membahas web of caution dari insufisiensi aorta
9.      Membahas asuhan keperawawatan dari insufisiensi aorta

C.    Manfaat
1.      Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan materi pembelajaran mahasiswa khususnya dalam format asuhan keperawatan kardiovaskuler tentang insufisiensi aorta.
2.      Bagi Institusi Pendidikan
Pembuatan kasus pembelajaran mahasiswa dapat memavu inovasi dan daya pikir kritis mahasiswa dalam memecahkan masalah keperawatan asuhan keperawatan kardiovaskuler.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Definisi
Insufisiensi adalah suatu keadaan dimana katup kehilangan fungsi  yang normal dan gagal menghambat kembali darah setelah kontraksi dari setiap ruang jantung atau refluks darah dari aorta adendens ke dalam ventrikel selama diastole (trinoval, 2009).
Insufisiensi aorta adalah kembalinya darah ke ventrikel kiri dari aorta selama diastole (vanvid, 2011).
Insufisiensi aorta adalah suatu keadaan dimana terjadi refluk (aliran balik) darah dari aorta ke dalam ventrikel kiri sewaktu relaksasi (wajan, 2010).
Insufisiensi aorta adalah penyakit katup jantung dimana katup aorta atau balon melemah, mencegah katup menutup erat-erat. Hal ini menyebabkan mundurnya aliran darah dari aorta (pembuluh darah terbesar) ke dalam ventrikel kiri (evan, 2010).

B.     Etiologi
1.    Penyakit jantung rematik
Infeksi kuman streptokokus beta hemolitik group A akan menyerang jaringan otot miokard, endokard dan perikard terutama pada katup mitral dan aorta.
2.    Endokartitis
Infeksi endokarditis yang disebabkan dari berbagai jenis bakteri seperti stafilokokus aureus, hemofilus influensa, dsb. Ini akan menimbulkan lesi pada endokard dan merupakan suatu nodus infeksi dimana kuman mudah melekat dan berkembang biak. Biasanya endokarditis banyak mengenai katup jantung seperti katup aorta, mitral, trikuspid dan pulmonal.
3.    Ventrikural Septal Defek ( VSD)
Terjadinya perubahan hemodinamik defek septum ventrikel dipengaruhi oleh besarnya defek dan tingginya resistensi pulmonal. Defek septum ventrikel terjadi beban volum berlebih pada ventrikel kiri, atrium kiri dan ventrikel kanan karena pirau aliran darah dari kiri ke kanan. Jika defek fentrikel ini mengenai perimembranus dan meluas ke bagian superior dan anterior maka akan disertai prolap daun bagian kanan katup aorta dan dikenal sebagai defek septumventrikel tipe perimembranus subaortik disertai prolap katup aorta atau insufisiensi aorta.
4.    Ruptur Traumatik
Insufisiensi aorta bisa terjadi secara mendadak apabila ada trauma yang kuat mengenai dada, atau karena terjadinya diseksi aorta
5.    Sindrom Marfan
Insufisiensi oarta yang disebabkan oleh melebarnya oarta sehingga terjadi prolaps daun katup aorta. Sindrom ini lebih banyak dikarenakan kelainan genetik

C.    Manifestasi Klinis
Selama mekanisme kompensasi ventrikel kiri masih baik, gejala bersifat asimtomatik Adapun tanda dan gejala insufisiensi aorta adalah
1.      Dyspnea saat aktivitas
2.      Palpitasi, fatigue
3.      Orthopena akibat edema paru
4.      Rasa lelah
5.      Noktural angina dan diaforosis
6.      Angina dengan hipertropi ventrikel kiri
7.      Palpasi:
a.       Pulsus seller/denyut nadi meloncat
b.      Tekanan nadi melebar (tekanan sistolik meningkat dan tekanan diastolik menurun)
c.       Denyut apeks bergeser dan kuat
8.      EKG
a.       Hipertrofi ventrikel kiri
b.      Sinus takikardia
9.      Auskultasi
a.       Murmur diastolik, suara angin ribut (blowing)
b.      Intensitas murmur tinggi karena peningkatan volume ejeksi
10.  Rontgen thorax
a.       Apeks jantung memanjang / downward apeks (bentuk sepatu bot)
b.      Dilatasi aorta descending
c.       Peningkatan vaskularisasi paru
11.  Kateterisasi jantung
a.       Refluks ke ventrikel kiri saat pangkal aorta disuntik dengan zat kontras
b.      Peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri
12.  Echocardiografi
a.       Bentuk katup bikuspidalis/unikuspid

D.    Pemeriksaan Diagnostik
1.      Elektrokardiogram            : Hipertropi ventrikel kiri
2.      Radiogram dada               : Pembesaran ventrikl kiri, dilatasi aorta proksimal
3.      Echocardiogram                : strukur dan gerakan katup yang abnormal
4.      Katerisasi jantung                         : Ventrikel kiri tampak opag selama penyuntikan bahan kontras ke dalam pangkal aorta.
5.      Aortography
6.      Peningkatan cardiac iso enzim (ckmb)

E.     Penatalaksanaan
1.      Terapi Umum
a.       Istirahat
b.      Medikamentosa
Obat pertama:
1) Obat gagal ginjal
2) Diuretika
3) vasolidator hidralazin
4) ACE – inhibitor
2.      Obat Alternatif
Antibiotik preventif menjelang tindakan invasif
3.      Operasi
Penggantian katup aorta adalah terapi pilihan, tetapi kapan waktu yang tepat untuk penggantian katup masih kontroversial. Pilihan untuk katup buatan ditentukan berdasarkan umur, kebutuhan, kontraindikasi untuk koagulan, serta lamanya umur katup. Pembedahan dianjurkan pada semua pasien dengan hipertropi ventrikel kiri tanpa memperhatikan ada atau tidaknya gejala lain. Bila pasien mengalami gejala gagal jantung kongestif, harus diberikan penatalaksanaan medis sampai dilakukan pembedahan.

F.     Komplikasi
1.      Kardiomegali
Pada insufisiensi katup aorta, darah mengalir kembali ke ventrikel dari aorta tepat setalah ventrikel memompakan darah ke aorta. Pada issufisiensi aorta otot ventrikel kiri mengalami hypertropi akibat peningkatan beban kerja. Massa otot ventrikel kiri juga bertambah empat sampai lima kali lipat sehingga membuat jantung kiri sangat besar.
2.      Gagal Ventrikel Kiri
Pada stadium awal, kemampuan intrinsik ventrikel kiri untuk beradaptasi terhadap peningkatan beban dapat menghindari gangguan yang berarti pada fungsi sirkulasi selama beristirahat, diluar peningkatan hasil kerja yang dibutuhkan oleh ventrikel kiri.
3.      Edema paru
Diatas tingkat kritis kelainan katup aorta, ventrikel kiri akhirnya tidak dapat menyesuaikan dengan beban kerja. Akibatnya ventrikel kiri melebar dan curah jantung mulai menurun pada saat yang bersamaan darah tertimbun di atrium kiri dan di paru-paru di belakang ventrikel kiri yang kepayahan. Tekanan atrium kiri meningkat secara progresif dan muncul edema di pari-paru.
4.      Hipoksia Jaringan
Efek lain yang membantu mengompensasi penurunan hasil bersih pemopaan ventrikel kiri ialah peningkatan volume darah. Hal ini adalah akibat dari penurunan awal dari tekanan arteri ditambah refleks sirkulasi perifer yang menurunkan induksi tekanan. Peningkatan volume darah cenderung meningkatkan aliran balik vena ke jantung, hal ini selanjutnya menyebabkan ventrikel kiri memompakan darah dengan takanan ekstra yang dibutuhkan untuk mengimbangi dinamika pemompaan yang abnormal.

G.    Prognosis
Tujuh belas persen pasien insufisiensi aorta kronik dapat bertahan 5 tahun, sedangkan 50% mampu bertahan 10 tahun setelah diagnosis ditegakkan. Pasien mampu hidup secara normal tetapi mudah terkena endokarditis infektif. Jika timbul gejala gagal jantung bisa bertahan 2 tahun dan setelah timbul gejala angina biasanya bertahan 5 tahun. Pasien dengan insufisiensi airta akut dan edema paru memiliki prognosis buruk biasanya harus dilakukan operasi.

 
 

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN


A.    Pengkajian
1.      Biodata
Biodata pasien yang harus dikaji meliputi nama, nomor register, jenis kelamin, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, diagnosa medis
2.      Keluhan utama
a.       Dada terasa berat dan palpitasi
b.      Anoreksia dan vomiting
c.       Lethargi dan fatigue
d.      Insomnia
e.       Sesak nafas saat beraktivitas
3.      Riwayat penyakit sekarang
a.       Provokatif
Sesak dirasakan setelah beraktivitas terlalu berat.
b.      Quality
Sesak napas dan nyeri dada bisa terasa semakin berat jika melakukan aktivitas yang terlalu berat.
c.       Region
Letak terjadinya gangguan pada insufisiensi aorta terlokalisir pada daerah dada pada khususnya dada sebelah kiri
d.      Skala
Skalanya nyeri dada yang dirasakan bisa sangat berat jika insufisiensi aorta sudah buruk dan frekuensi napas saat sesak napas bisa lebih dari 20 x/menit pada orang dewasa.
e.       Time
Waktu gejala insufiensi aorta apakah timbul dimalam hari, siang hari atau pagi hari dan apakah sebelum atau sesudah melakukan kegiatan yang lebih.
4.      Riwayat penyakit dahulu
Hipertensi renal, angina, IMA, dan disritmia
5.      Pemeriksaan fisik
a.       Breating
Pada tahap awal tidak ada masalah. RR meningkat saat terdapat sesak napas dan nyeri dada, terjadi kelemahan, kelelahan, pusing, dispnea, palpitasi, gangguan tidur (nokturia, keringat malam),  dyspnea, takipnea, batuk menetap dengan sputum atau tidak produktif, bunyi napas wheezing, sputum banyak dan berbercak darah (edema pulmonal), gelisah dan ketakutan.
b.      Blood
tekanan darah sistolik menurun, nadi karotis lambat dengan nadi kecil, nadi apikal PMI kuat dan terletak dibawah kiri, bunyi S1 keras, irama tak teratus, akral hangat, kemerahan dan lembab, pengisian kipler lambat (CRT > 3 detik), hipotensi, disritmia, dan takikardi
c.       Brain
Kesadaran menurun pasca pembedahan, GCS belum terhitung setelah operasi, keadaan umum lemah, kelelahan,  rasa berdenyut sakit kepala, terjadi gangguan istirahat tidur karena nyeri bekas operasi dan respon psikologis
d.      Blader
Frekuensi buang air kecil..
e.       Bowel
Tidak ada nyeri tekan abdomen, tidak ada distensi abdomen, tidak ada masalah dengan frekuensi BAB per hari, warna feses, bau feses, konsistensi feses, mual dan muntah bisa muncul jika terjadi sesak napas yang mngakibatkan pusing, tidak toleransi terhadap makanan dan penurunan berat badan.
f.       Bone
Kelemahan aktivitas, kelelahan, terjadi diskontinuitas jaringan pasca pembedahan.

6.      Pemeriksaan diagnostic
a.       Gambaran ECG yang menunjukkan adanya hipertrofi ventrikel kiri, kateterisasi jantung yang menunjukkan striktura
b.      Aortography
c.       Peningkatan cardiac iso enzim (ckmb)
d.      Rontgen Thorax menunjukkan cardiomegali dan infiltrate paru.
e.       Ekokardiografi : vetrikel kiri tampak dilatasi dengan diameter akhir diastolik dan sistolik yang melebar. Aorta bisa tampak lebih besar. Katup aorta menunjukan suatu flail, prolaps yang tidak sempurna.


 


B.     Analisa Data

No
Pengelompokan data
Kemungkinan penyebab
Masalah
1







2








3







4




Ds: mengeluh pusing, sesak napas, mual, berkeringat dingin, nyeri dada.
Do: hipertensi, takikardia, disritmia, diaforesis, kulit dingin dan pucat, dispnea, oliguri.

Ds: mengeluh nyeri dada, sesak, lelah, tidak bisa tidur.
Do: tekanan nadi meningkat, tekanan darah meningkat, frekuensi pernapasan cepat dan dangkal, derajat nyeri, kulit berkeringat dingin, sesak


Ds: nyeri dada, pusing, mual, fatigoe jika beraktivitas.
Do: Hipotensi, takikardi atau bradikardia, dyspnea saat beraktivitas, pucat, respon non verbal grimace, kesakitan, kesulitan napas.

Ds: sering bertanya
Do: tingkat pendidikan rendah, ekspresi wajah tegang,
penurunan curah jantung, kongesti vena sekunder terhadap kerusakan fungsi katup (regurgitasi)


iskemia jaringan miokard







dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen dengan suplai oksigen ke miokardium


perubahan status kesehatan
Penurunan perfusi jaringan






Nyeri akut








Intoleransi aktivitas






Ansietas (cemas)


C.    Diagnosa Keperawatan
1.      Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah jantung, kongesti vena sekunder terhadap kerusakan fungsi katup (regurgitasi)
2.      Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan miokard
3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen dengan suplai oksigen ke miokardium akibat sekunder dari aliran darah yang menurun pada arteri koroner.
4.      Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

D.    Intervensi dan Rasional
1.      Diagnosa pertama: Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah jantung, kongesti vena sekunder terhadap kerusakan fungsi katup (regurgitasi).
Tujuan: perfusi jaringan dan curah jantung adekuat serta tanda-tanda dekompensasi kordis tidak berkembang lebih lanjut dengan criteria hasil:
a.       Klien melaporkan atau menunjukkan berkurangnya dyspnea, angina, dan disritmia
b.      Tekanan darah normal, denyut nadi kuat, denyut jantung dalam batas normal
c.       Kadar ureum dan kreatinin dalam batas normal, kulit hangat kemerahan, tidak berkeringat, pola napas efektif.
d.      Berpartispasi dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung

Intervensi
Rasional
Atur posisi tidur yang nyaman (fowler/semi fowler)
Posisi tersebut meningkatkan ekspansi paru
Mengurangi aktivitas yang berlebihan. Catat reaksi yang terjadi jika beraktivitas berat atau berlebihan
Pembatasan aktivitas dan istirahat mengurangi konsumsi oksigen miokard dan beban kerja jantung
Monitor terhadap tanda-tanda vital dan denyut apikal setiap jam (pada fase akut) dan kemudian tiap 2-4 jam bila fase akut berlalu
Tanda dan gejala tersebut membantu diagnosis gagal jantung kiri.
Monitor dan catat tanda-tanda disritmia, auskultasi perubahan bunyi jantung dan bising jantung
Disritmia menurunkan curah jantung. BJ3 dan BJ4 akibat dari penurunan penegmbangan ventrikel kiri dampak dari kerusakan katup jantung.
M onitor kadar BUN dan kreatinin darah sesuai program terapi
Peningkatan kadar BUN dan kreatinin mengindikasikan penurunan suplai darah renal.
Obsevasi perubahan sensori
Penurunan sensori terjadi akibat penurunan perfusi otak.
Observasi tanda-tanda kecemasan dan upayakan memelihara lingkungan yang nyaman.
Kecemasan meningkatkan konsumsi oksigen miokard.

 Upayakan waktu istirahat dan tidur yang adekuat.
Istirahat dan pembatasan aktivitas mengurangi konsumsi oksigen pada miokard
Kolaborasi dengan tim gizi untuk memberikan diet rendah garam dan rendah kalori serta cukup selulosa
Diet rendah garam mengurangi retensi cairan ekstraseluler, selulosa memudahkan buang air besar
Ajarkan teknik relaksasi

menurunkan rangsang simpatik yang dapat mengurangi stimulus dan beban kerja jantung
Kolaborasi dengan tim dokter untik terapi dan tindakan:
a.       Obat glikosid jantung
b.      Obat inotropik atau digitalis dan vasoaktif
c.       Antiemetik dan laxatif (sesuai indikasi)
d.      Tranquilizer atau sedatif seperti diazepam
e.       Batuan oksigen
f.       Cek EKG serial
g.      Rontgen thorakx dan echocardiografi (bila ada indikasi)
h.      Kateterisasi jantung (flow-direct chateter) bila ada indikasi
i.        Pembedahan penggantian katup  (jika ada indikasi)
a.       Meningkatkan kontraktilitas miokard
b.      Menurunkan preload, afterload, meningkatkan curah jantung dan menurunkan beban kerja jantung
c.       Mencegah aktivitas berlebih saluran pencernaan
d.      Menurunkan kecemasan dan memberikan relaksasi
e.       Meningkatkan suplai oksogen selama dan setelah terjadi peningkatan aktivitas organ
f.       Pemeriksaan tersebut membantu menegakkan diagnosis dan menentukan perkembangan kondisi fisik dan fungsi jantung
g.      Memperbaiki fungsi jantung
h.      Memperbaiki fungsi pompa jantung , menurunkan preload dan afterload, meningkatkan curah jantung

2.      Diagnosa kedua: Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan miokard
Tujuan: Nyeri hilang atau terkontrol

Intervensi
Rasional
Selidiki laporan nyeri dada dengan episode sebelumnya. Catat ekspresi verbal / non verbal nyeri. Respon otomatis terhadap nyeri (berkeringat, Tekanan darah dan nadi berubah, peningkatan atau penurunan frekuensi pernapasan)
perbedaan gejala perlu untuk mengidentifikasi penyebab nyeri, perilaku dan perubahan tanda vital membantu menentukan derajat / adanya ketidaknyamanan pasien khususnya bila pasien menolak adanya nyeri
Berikan lingkungan istirahat yang nyaman dan batasi aktivitas sesuai kebutuhan
aktivitas yang berlebihan  meningkatkan kebutuhan miokard akan oksigen dan dapat mencetuskan nyeri
Berikan vasodilator seperti nifedipin sesuai indikasi
obat diberikan untuk meningkatkan sirkulasi miokardia (vasodilator) menurunkan angina sehubungan dengan iskemia miokardia
Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
Pemberian distraksi dapat mengalihkan perhatian yang menurunkan rasa nyeri dan relaksasi untuk meningkatkan pertukaran oksigen dan suplai oksigen,
Berikan posisi yang nyaman seperti fowler atau semi fowler
Posisi yang nyaman dapat meningkatkan ekspansi paru
Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal atau masker sesuai dengan indikasi
Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian miokardium sekaligus mengurangi ketidaknyamanan akibat sekunder akibat iskemia.
Istirahatkan klien
Menurunkan kebutuhan oksigen miokard dan meningkatkan suplai oksigen ke miokard yang membutuhkan untuk mengurangi iskemia.

3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen dengan suplai oksigen ke miokardium akibat sekunder dari aliran darah yang menurun pada arteri koroner.
Tujuan: menunjukkan peningkatan cardiac output yang dapat diukur dalam toleransi aktivitas dengan kriteria hasil:
a.       Keluahn nyeri dada, pusing, mual, sesak napas, dan lelah berkurang atau menghilang
b.      Tanda vital dalam batas normal

Intervensi
Rasional
Kaji toleransi aktivitas pasien terhadap aktivitas menggunakan parameter berikut: frekuensi nadi, frekuensi istirahat, peningkatan tekanan darah, dispnea, nyeri dada, kelelahan, berkeringat, pusing, pingsan
parameter menunjukkan respons fisiologis terhadap ster aktivitas dan indikator derajat pengaruh kelebihan kerja jantung
Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas seperti tekanan darah stabil, frekuensi nadi stabil, penurunan kelelahan
stabilitas fisologis sangat penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual
Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri
konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksegen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung
Berikan bantuan sesuai kebutuhan dalam memenuhi kebutuhan
teknik penghematan energi menurunkan oenggunaan energi sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam memilih periode aktivitas
jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah kelelahan


4.      Diagnosa keempat: Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Tujuan: Menunjukkan penurunan ansietas / terkontrol

Intervensi
Rasional
Pantau respon fisik, seperti palpitasi, takikardi, gelisah
membantu menentukan derajat cemas sesuai status jantung. Penggunaan evaluasi seirama dengan respon verbal dan non verbal
Berikan tindakan kenyamanan seperti perubahan posisi
membantu mengalihkan perhatian dan meningkatkan relaksasi serta meningkatkan kemampuan koping.
Anjurkan pasien melakukan teknik relaksasi seperti napas dalam
memberikan arti penghilangan respon ansietas, menurunkan perhatian, meningkatkan relaksasi dan meningkatkan koping.
Libatkan pasien / orang dekat dalam rencana perawatan dan partisipasi maksimum pada rencana pengobatan.
keterlibatan akan membantu memfokuskan perhatian pasien dalam arti positif dan memberikan rasa kontrol




BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Insufisiensi adalah suatu keadaan dimana katup kehilangan fungsi yang normal dan gagal menghambat kembali darah setelah kontraksi dari setiap ruang jantung atau refluks darah dari aorta adendens ke dalam ventrikel selama diastole atau suatu keadaan dimana terjadi refluk (aliran balik) darah dari aorta ke dalam ventrikel kiri sewaktu relaksasi
Etiologi atau penyebab terjadinya Insufisiensi darah dari aorta ke ventrikel kiri dapat terjadi dalam 3 macam kelainan artifisial, yaitu dilatasi pangkal aorta, penyakit katup artificial dan genetik.
Adapun manifestasi klinis dari insufisiensi aorta adalah dyspnea saat aktivitas, palpitasi, rasa lelah, angina dengan hipertropi ventrikel kiri, pengisian dan pengosongan denyut arteri yang cepat, tekanan nadi melebar disertai peningkatan tekanan sistemik dan penurunan tekanan diastolic, auskultasi bising diastolik, sistolik ejection click disebabkan oleh peningkatan volume ejeksi.
Sedangkan dalam pemeriksaan diagnostik yang dapat menekankan atau menyimpulakan terjadinya insufisiensi aorta yaitu dengan melakukan pemeriksaan seperti elektrokardiogram, radiogram dada            , echocardiogram, katerisasi jantung, aortography, peningkatan cardiac iso enzim.
Penatalaksanaan terhadap insufisiensi aorta dapat menggunakan terapi umum seperti istirahat, diet, penggunaan obat medikamentosa ataupun obat alternatif berupa antibiotik preventis menjelang tindakan invasif. Sedangkan penatalaksanaan berupa operasi berupa penggantian katup aorta. Penggantian katup aorta adalah terapi pilihan, tetapi kapan waktu yang tepat untuk penggantian katup masih kontroversial. Pilihan untuk katup buatan ditentukan berdasarkan umur, kebutuhan, kontraindikasi untuk koagulan, serta lamanya umur katup. Pembedahan dianjurkan pada semua pasien dengan hipertropi ventrikel kiri tanpa memperhatikan ada atau tidaknya gejala lain. Bila pasien mengalami gejala gagal jantung kongestif, harus diberikan penatalaksanaan medis sampai dilakukan pembedahan.
            Komplikasi yang dapat terjadi pada insufisiensi aorta ada beberapa macam diantaranya meliputi kardiomegali, gagal ginjal kiri, edema paru dan hipoksia jaringan
Prognosis dalam kasus insufisiensi aorta adalah pasien dengan insufisiensi aorta simtomatik kecuali bila katup aorta diganti.
Proses asuhan keperawatan yang komprehensif, meliputi pengkajian (biodata, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik), analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan dan rasional. Klien dengan insufisiensi aorta muncul masalah keperawatan yang paling prioritas adalah penurunan curah jantung atau penurunan perfusi jaringan. Dengan intervensi yang sudah dimenejemen maka dapat membantu mengatasi masalah keperawatan tersebut sehingga klien dapat mendapatkan kepuasan dalam pelayanan kesehatan.

B.     Saran
1.      Bagi Mahasiswa Keperawatan
Adanya standar khusus dalam format asuhan keperawatan dan memicu pemikiran yang kritis mahasiswa untuk menangani kecemasan klien sebelum prosedur invasif atau bedah
2.      Bagi Institusi Pendidikan
Pembuatan kasus pembelajaran akademik lebih bervariatif agar memicu inovasi mahasiswa untuk memecahkan masalah keperawatan yang muncul pada klien sebelum prosedur invasif atau bedah

 

DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary. (2005). Asuhan Keperawatan  Gangguan Kardiovaskuler. Jakarta: Kedokteran. EGC
Hamsavir, Evan. (2010). Diagnosis dan penatalksanaan pada insufisiensi aorta. Dikutip dari journal kesehatan (ilmu kedokteran.com) pada tanggal 19 september 2011
Muttaqin, Arif. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba medika
Syaifudin. (2006).  Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:Kedokteran. EGC
Yanto, trinoval. (2011). Insufisiensi Aorta. Dikutip dari journal keshatan (www.trinoval.web.id) pada tanggal 19 september 2011
Vanvid. (2011). Regurgitasi aorta. Dikutip dari journal kesehatan pada tanggal 19 september 2011.
Wajan. (2010). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta:Salemba
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: kedokteran EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar