BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Cystic fibrosis merupakan gangguan monogenic yang ditemukan sebagai
penyakit multisistem. Penyakit ini ditandai dengan adanya infeksi bakteri
kronis pada saluran napas yang pada akhirnya akan menyebabkan bronciectasis dan
bronchiolectasis, insufisiensi exokrin pancreas, dan disfungsi intestinal,
fungsi kelenjar keringat abnormal, dan disfungsi urogenital.
Cystic fibrosis adalah suatu gangguan kronik multisistem yang
ditandai dengan infeksi endobronkial berulang, penyakit paru obstruktif
progresif dan insufisiensi pankreas dengan gangguan absorbsi/malabsorbsi
intestinal. Kelainan ini merupakan kelainan genetik yang bersifat resesif
heterogen dengan gambaran patobiologis yang mencerminkan mutasi pada gen-gen
regulator transmembran fibrosis kistik (cystic fibrosis transmembrane
conductance regulator/CFTR).
B. Etiologi
Cystic fibrosis merupakan penyakit yang diwariskan secara resesive
autosomal. Gen yang bertanggung jawab terhadap terjadinya CF telah
diidentifikasi pada tahun 1989 sebagai cystic fibrosis
transmembrane-conductance regulator glycoprotein (CFTR gene) yang terletak
pada lengan panjang kromosom no 7.
Protein CFTR merupakan rantai polipeptida tunggal, mengandung
1480 asam amino, yang sepertinya berfungsi untuk cyclic AMP–regulated Cl–
channel dan dari namanya, mengatur channel ion lainnya. Bentuk CFTR yang
terproses lengkap ditemukan pada membran plasma di epithelial normal.
Penelitian biokimia mengindikasikan bahwa mutasi F508 menyebabkan kerusakan
proses dan degradasi intraseluler pada protein CFTR. Sehingga alpanya CFTR pada
membrane plasma merupakan pusat dari patofisiologi molecular akibat mutasi F508
dan mutasi kelompok I-II lainnya. Namun, mutasi kelompok III-IV menghasilkan
protein CFTR yang telah diproses lengkap namun tidak berfungsi atau hanya
sedikit berfungsi pada membrane plasma.
Gen CFTR ini membuat protein yang mengontrol perpindahan
garam dan air di dalam dan di luar sel di dalam tubuh. Orang dengan cystic
fibrosis, gen tersebut tidak bekerja dengan efektif. Hal ini menyebabkan
kental dan lengketnya mucus serta sangat asinya keringat yang dapat menjadi
cirri utama dari cystic fibrosis.
Mekanisme
terjadinya malfungsi sel pada cystic fibrosis tidak diketahui secara
pasti. Sebuah teori menyebutkan bahwa kekurangan klorida yang terjadi pada
protein CFTR menyebabkan akumulasi secret di paru-paru yang mengandung bakteri
yang tidak terdeteksi oleh system imun. Teori yang lain menyebutkan bahwa
kegagalan protein CFTR menyebabkan peningkatan perlawanan produksi sodium dan
klorida yang menyebabkan pertambahan reabsorbsi air, menyebabkan dehidrasi dan
kekentalan mucus. Teori-teori tersebut mendukung sebagian besar observasi
tentang terjadinya kerusakan di cystic fibrosis yang menghambat jalanya organ
yang dibuat dengan secret yang kental. Hambatan ini menyebabkan perubahan
bentuk dan infeksi di paru-paru, kerusakan pada pancreas karena akumulasi enzim
digestive, hambatan di usus halus oleh kerasnay feses dll.
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi
cystic fibrosis yang umum pada tahun pertama atau kedua kehidupan pada traktus
respiratorius yang paling sering batuk dan/atau infiltrate pulmoner. Sebagian
besar gejala dari cystic fibrosis adalah disebabkan oleh banyaknya mucus.
Gejala umumnya adalah:
1)
Batuk persisten
yang disertai sputum dan semakin memburuk
2)
Batuk dari efek
bronkitis dan pneumonia yang dapat menimbulkan inflamasi dan kerusakan permanen
paru
3)
Peningktan volume
sputum
4)
Penurunan fungsi
pulmoner
5)
Obstruksi hidung
6)
Dispnea
7)
Nasal discharge
yang makin memburuk
8)
Demam
9)
Dehidrasi
10)
Diare
11)
Nafsu makan
besar tetapi tidak menambah berat badan dan pertumbuhan (cenderung menurun).
Ini hasil dari malnutisi kronik karena tidak mendapatkan cukup nutrisi dari
makanan
12)
Nyeri dan
ketidaknyamanan pada perut karena terlalu banyak gas dalam usus. Hal ini bisa
disebabkan oleh disfungsi intestinal.
13)
Pada saluran napas bagian bawah,
gejala pertama dari CF adalah batuk. Seiring dengan waktu, batuk
menjadi persisten dan menghasilkan sputum kental, purulen, dan berwarna
kehijauan. Tak dapat dihindari, masa dari stabilitas klinis diinterupsi oleh
“eksaserbasi”, didefinisikan oleh peningkatan batuk, berat badan menurun, demam
subfebris, peningktan volume sputum , dan penurunan fungsi pulmoner. Dalam
beberapa tahun perjalanan penyakit, eksaserbasi menjadi semakin sering dan
penyembuhan dari hilangnya fungsi paru tidak sempurna, pada akhirnya
menyebabkan kegagalan pernapasan.
D. Patofisiologi
Tanda biofisika diagnostic pada
CF epitel saluran napas yaitu adanya peningkatan perbedaan potensi listrik
transepitelial (Potential difference/PD). Transepitelial PD menunjukkan
jumlah transport ion aktif dan resistensi epithelial terhadap aliran ion. CF
saluran napas memperlihatkan ketidaknormalan pada absorbsi Na+ dan
Sekresi Cl- aktif (Gambar II). Defek sekresi Cl memperlihatkan
alpanya cyclic AMP–dependent kinase dan protein kinase C–regulated Cl–
transport yang dimediasi oleh CFTR. Suatu pemeriksaan yang penting
mengatakan bahwa adanya perbedaan molekul pada Ca2+-activated Cl–
channel (CaCC) yang terlihat pada membrane apical. Channel ini dapat
menggantikan CFTR dengan imbas pada sekresi Cl- dan dapat menjadi
target terapeutik berpotensial.
Regulasi abnormal dari
absorbsi Na+ merupakan gambaran inti pada CF di epitel saluran
napas. Abnormalitas ini menunjukkan fungsi kedua dari CFTR, yaitu sebagai tonic
inhibitor pada channel Na+. Mekanisme molekuler yang memediasi aksi
CFTR belum diketahui.
Klirens mucus
merupakan pertahanan innate primer saluran napas terhadap infeksi bakteri yang
terhisap. Saluran napas mengatur jumlah absorbsi aktif Na+ dan
sekresi Cl- untuk mengatur jumlah cairan (air), misal “hidrasi”,
pada permukaan saluran napas untuk klirens mucus yang efisien. Hipotesis utama
tentang patofisiologi CF saluran napas adalah adanya regulasi yang salah
terhadap absorbsi Na+ dan ketidakmampuan untuk mengsekresi Cl-
melalui CFTR, mengurangi volume cairan pada permukaan saluran napas, baik
penebalan mucus, maupun deplesi cairan perisiliar mengakibatkan adhesi mucus
pada permukaan saluran napas. Adhesi (tarik-menarik benda yang sejenis) mucus
menyebabkan kegagalan untuk membersihkan mucus dari saluran napas baik melalui
mekanisme siliar dan batuk. Tidak ditemukannya keterkaitan yang tegas antara
mutasi genetic dan keparahan penyakit paru-paru menyimpulkan adanya peran
penting dari gen pemodifikasi dan interaksi antara gen dan lingkungan.
Infeksi yang
terdapat pada CF saluran napas cenderung melibatkan lapisan mukosa dibandingkan
invasi epitel atau dinding saluran napas. Predisposisi dari CF saluran napas
terhadap infeksi kronis Staphylococcus aureus dan Pseudomonas
aeruginosa selaras dengan kegagalan membersihkan mucus. Sekarang ini, telah
didemonstrasikan bahwa tekanan O2 sangat rendah pada mucus CF, dan
adaptasi terhadap hypoxia merupakan penentu penting fisiologi bakteri pada
paru-paru CF. Ditekankan bahwa, baik stasis mucus dan hypoxia mucus dapat
berkontribusi terhadap kecenderungan Pseudomonas untuk dapat tumbuh pada
koloni biofilm didalam plak mucus disekitar permukaan saluran napas dengan CF.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan
penunjang yang dapat dikerjakan untuk menegakkan diagnosis CF antara lain :
1.
Pemeriksaan laboratorium
a)
Test kandungan
chlorida keringat (sweat chloride test) :
ü Dilakukan pengumpulan dan analisis komposisi keringkat
dengan metoda iontophoresis pilocarpine.
ü Konsentrasi ion klorida sekitar 60 mEq/L keatas
merupakan khas diagnostik. Nilai normal rata-rata konsentrasi klorida dibawah
30 mEq/L.
ü Nilai antara 30 – 60 mEq/L mungkin kondisis heterozygous
carriers, dan tidak dapat diidentifikasi secara akurat menggunakan test ini
(SCT).
b)
Test Prenatal :
ü Pada masa kehamilan dapat dilakukan pemeriksaan melalui
test villi korionik (chronic villous testing) pada usia kehamilan
sekitar 10-12 minggu.
ü Pemeriksaan ini hanya dilakukan untuk mendiagnosis CF
yang akan diterminasi kehamilannya. Pemeriksaan prenatal ini sudah jarang
dilakukan karena harapan hidup pasien-pasien dengan KF sekarang telah
meningkat.
c)
Test genetika
ü Test genetik melalui test darah dapat mendeteksi
kondisi karier dengan keakuratan sampai 95%
ü Biaya yang diperlukan berkisar $US 50-150
ü Testing in direkomendasikan untuk individu-individu
yang mempunyai riwaya keluarga dengan CF dan untuk pasangan-pasangan yang
merencanakan kehamilan, namun tidak diindikasikan untuk keperluan skrining
secara umum (NIH Consensus Stetment, 1999)
ü Skrining bayi baru lahir dapat dilakukan melalui
pengukuran kadar tripsin immunoreaktive pada blood spot test Guthrie.
ü Diagnosis CF secara laboratoris ditegakkan jika ada
salah satu marker seperti test genetik atau test kadar klorida keringat positif
ditambah salah satu dari gejala klinis dibawah ini :
·
Penyakit paru
obstruksi kronik khas
·
Insufisiensi
eksokrin kelenjar pancreas
·
Riwayat keluarga
positif CF
2.
Pemeriksaan
radiologis CT scan
Pemeriksaan CT scan paranasal dilakukan melalui
potongan aksial dan koronal tanpa kontras. Umumnya pasien dengan CF memberiksan
hasil :
a.
Lebih dari 90%
menunjukkan bukti adanya sinusitis kronik yang ditandai dengan opaksifikasi,
pergeseran ke medial dinding lateral kavum nasi pada daerah meatus media, serta
demineralisasi prosesus unsinatus.
b.
Kelainan berupa
buging ke arah medial dari kedua dinding lateral hidung disertai gambaran mukus
viskus di sinus maksila terdapat hampir pada 12% pasien dan merupakan stadium mucucelelike
yang harus segera ditangani dengan pembedahan.
c.
Sinusitis kronik
sering menyebabkan gangguan peneumatisasi dan hipoplasia dari sinus maksila dan
etmoid, juga menyebabkan terganggunya pembentukan sinus frontalis.
Pasien-pasien adolesen dengan CF sering didapatkan tidak terbentuknya sinus
frontalis pada gambaran CT scannya.
3.
Pemeriksaan
Kultur
Aspirasi sinus penting dilakukan untuk pemeriksaan
kultur pada pasien-pasien CF untuk mendeteksi adanya keterlibatan infeksi kuman
pseudomonas.
a.
Pengambilan
kultur sebaiknya dilakukan aspirasi transantral sinus maksila dan tak ada
gunanya mengambil di daerah nasofaring, tenggorok atau septum. Dari penelitian
organisme yang sering ditemukan dari hasil kultur pasien-pasien dengan CF
adalah pseudomonas (65%), haemophilus influenzae (50%), Alpha-haemolticstreptococci
(25%) dan kuman-kuman anaerob seperti peptostreptococcus serta Bactroides
(25%). Sensitivitas terapi organisme-organisme dengan antibiotika sama
sensitivnya pada pasien-pasien CF dibanding dengan yang nonCF, kecuali pada
kuman pseudomonas.
b.
Pasien-pasien
dengan sinusitis akut tanpa CF kuman penyebabnya umumnya terdiri dari Pneumococcus,
H Influenza dan Moraxella catarrhalis, sedang jika sinusitis kronik
selain kuman diatas ditambah dengan organisme Staphylococcus aureus dan
kuman anaerob seperti Bacteroides, Veillonella dan Fusobacterium.
4.
Tes carrier
cystic fibrosis.
Untuk menentukan adanya carrier CF, jika:
ü Memiliki keluarga dengan riwayat CF
ü Memiliki hubungan dengan seseorang yang menderita CF.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksaan cystic fibrosis meliputi dua hal
yaitu medikamentosa dan pembedahan.
1) Medikamentosa
Pasien cystic
fibrosis mungkin mengeluhkan gejala kronik dari obstruksi hidungnya berupa
discharge purulen atau batuknya sehingga dibutuhkan terapi antibiotik efektif
terhadap kuman pseudomonas dan staphylococci serta digabung
dengan irigasi rongga hidung rutin (aggresive nasal toilet) dengan
terapi mukolitik misalnya dengan menggunakan espekteoran yang mungkin dapat
meredakan gejala klinis yang ada.
Irigasi rongga
hidung memegang peranan penting yang sebaiknya dilakukan rutin pada
pasien yang mulai timbul keluhan. Keluhan ini terjadi karena gangguan mucociliary
clearance secara kronik. Irigasi menggunakan saline bertujuan menurunkan
kolonisasi bakteri, mencuci keluar sekresi lendir yang menyebabkan obstruksi,
dan secara berkala membantu vaskonstriksi pembuluh darah konka. Irigasi juga
diperlukan terhadap semua intervensi pembedahan karena walau tujuan pembedahan
membesarkan ostium sinus namun tidak ditujukan terhadap kerusakan mucociliary
clearance yang ditimbulkan akibat pembedahan.
Beberapa ahli
menggunakan antibiotik untuk mengatasi infeksi paru-paru, dan penggunaannya
mengacu pada hasil kultur sputum. Sebaiknya diketahui, bagaimanapun juga,
karena kultur mikrobiologis rutin pada rumah sakit dilakukan tanpa mengikuti
keadaan sebenarnya pada paru-paru dengan CF (misal, adanya hypoxia), efektivitas
klinis biasanya tidak berhubungan dengan pemeriksaan sensitivitas. Karena
peningkatan klirens tubuh total dan luasnya volume distribusi antibiotic pada
pasien CF sehingga dosis yang dibutuhkan lebih besar pada pasien CF. Selain
itu, dengan peningkatan batuk dan produksi mucus diatasi dengan pemberian
antibiotic tambahan agen oral yang digunakan untuk menangani Staphylococcus
yaitu penisilin semisintetik atau sephalosporin.
2) Pembedahan
Terapi
pembedahan dilakukan bila terapi medikamentosa tidak efektif, dan dilakukan
pada area saluran napas yang terdapat kelainan yang bagaimanapun juga
pertimbangan pembedahan harus benar-benar matang pada pasien CF karena
bahaya-bahaya kemungkinan terbentuknya mucus kental yang banyak selama operasi
dengan anastesi umum yang resikonya semakin meningkat sejalan dengan lamanya
intubasi.
Indikasi
pembedahan pada pasien CF menurut Nishioka :
·
Obstruksi nasi
persistent yang disebabkan polip nasi dengan atau tanpa penonjolan ke medial
dinding lateral hidung. Pembedahan yang dilakukan pada polip meliputi
polip ekstraksi, dan BSEF ( bedah sinus endoskopi fungsional ).
·
Medialisasi
dinding lateal hidung yang dibuktikan melalui CT scan walau tanpa disertai
gejala subjektif obstruksi nasi, pembedahan perlu dilakukan karena tingginya
prevalensi mucocelelike formations.
·
Timbulnya
eksaserbasi penyakit paru yang berkorelasi dengan eksaserbasi penyakit
sinonasalnya, memburuknya status penyakit parunya atau penurunan aktifitas
fisik serta kegagalan terapi medikamentosa.
·
Nyeri wajah atau
nyeri kepala yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya selain adanya FK yang
dapat menggangu kualitas hidup penderita.
·
Tidak ada
perbaikan dari gejala klinis sinonasal setelah terapi medikamentosa adekuat.
Kontraindikasi dilakukan pembedahan :
·
Penyakit paru
obstruktif kronik berat yang beresiko saat dilakukan anastesi.
·
Pasien dengan CF
sangat beresiko terhadap defisiensi vitamin K akibat
insufisiensi pankreas, penyakit hepatobilier atau keduanya
dan jika tidak disuplement akan beresiko perdarahan, yang ditandai dengan
pemanjangan masa prothrombin time (PT) dan harus dikoreksi terlebih
dahulu sebelum dilakukan pembedahan.
·
Sinusitis kronik
dapat menyebabkan terganggunya/terlambatnya pneumatisasi dan perkembangan dari
sinus maksila, etmoid dan frontal pada pasien CF khususnya anak-anak sehingga
ini terkadang kurang diperhitungkan. Dalam hal diatas perlu dilakukan CT scan
coronal dan axial preoperatif untuk kenfirmasi sebelumnya.
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada cystic fibrosis
adalah :
1)
Sinusitis.
Disebabkan oleh produksi nucus yang berlebihan sehingga menutupi dan
menginfeksi sinus
2)
Bronchiectasis.
Bronkus akan teregang dan membentuk kantong- kantong ketika terkumpul mucus.
Mucus ini adalah tempat berkembangnya bakteri yang sangat berpotensi menyebabkan
infeksi paru. Infeksi ini akan lebih merusak bronkus dan jika tidak diobati
bronkiektasis dapat berkembang menjadi penyakit parah termasuk gagal
pernapasan.
3)
Pancreatitis.
4)
Polip hidung
5)
Clubbing. Ini
terjadi karena tidak adanya perpindahan oksigen dari paru- paru ke aliran
darah.
6)
Kolaps paru
7)
Prolaps rektal.
Batuk persisten atau penekanan mungkin dapat menyebabkan jaringan rektum timbul
keluar.
8)
Penyakit liver
9)
Diabetes
10)
Pneumothorax
sering terjadi (>10% pasien)
Komplikasi paling buruk dari cystic fibrosis
adalah kegagalan pernapasan dan cor pulmonale.
H. Pencegahan
Tetap masih
belum ada penyembuhan untuk cystic fibrosis (CF), namun perawatan-perawatan
telah menjadi lebih baik pada tahun-tahun baru-baru ini. Tujuan-tujuan dari
perawatan CF adalah untuk:
ü Mencegah dan mengontrol infeksi-infeksi pada paru-paru
anda.
ü Melonggarkan dan mengeluarkan lendir yang kental dan
lengket dari paru-paru anda.
ü Mencegah halangan-halangan pada usus-usus anda.
ü Menyediakan nutrisi yang cukup.
Perawatan Untuk Persoalan-Persoalan Paru
Perawatan-perawatan utama untuk persoalan-persoalan
paru pada orang-orang dengan CF adalah:
·
Antibiotik-antibiotik
untuk infeksi-infeksi saluran-saluran udara
·
Terapi Fisik
Dada.
·
Olahraga.
·
Obat-obat lain.
Antibiotik-Antibiotik
Kebanyakan orang-orang
dengan CF mempunyai infeksi-infeksi paru derajat rendah yang terus menerus.
Adakalanya, infeksi-infeksi ini menjadi begitu serius sehingga anda mungkin
memerlukan dirawat dirumah sakit. Antibioti-antibiotik adalah perawatan utama.
Anda mungkin diberikan
beberapa tipe-tipe yang berbeda dari antibiotik-antibiotik. Pilihan dari
antibiotik-antibiotik tergantung pada :
ü Strain-strain dari bakteri-bakteri yang terlibat.
ü Berapa serius kondisi anda.
ü Sejarah penggunaan antibiotik anda sebelumnya.
ü Tipe-tipe yang berbeda dari antibioti-antibiotik
termasuk:
ü Antibiotik-antibiotik oral untuk infeksi-infeksi
saluran udara yang relatif ringan.
ü Antibiotik-antibiotik yang dihirup, seperti tobramycin
(to-bra-MI-sin). Mereka mungkin digunakan sendirian atau dengan antibiotik-antibiotik
oral.
ü Antibiotik-antibiotik intrvena untuk infeksi-infeksi
yang berat/parah atau ketika tidak ada satupun dari antibiotik-antibiotik oral
yang bekerja.
ü Antibiotik-antibiotik, seperti azithromycin
(az-ith-roe-MYE-sin), yang juga mengurangi peradangan.
Terapi Fisik Dada
Terapi fisik
dada atau chest physical therapy (CPT) juga disebut menepuk dada atau perkusi
dada. Ia melibatkan pemukulan dada dan punggung anda berkali-kali untuk
mengeluarkan lendir dari paru-paru anda sehingga anda dapat membatukan lendir
keatas. CPT untuk cystic fibrosis harus dilakukan tiga sampai empat kali setiap
hari.
CPT juga sering
dirujuk sebagai pengaliran postural. Ini melibatkan duduk anda atau berbaring
pada perut anda dengan kepala anda kebawah ketika anda melakukan CPT. Ini
mengizinkan gaya berat untuk membantu mengalirkan lendir dari paru-paru anda.
Karena CPT
adalah berat atau tidak nyaman untuk beberapa orang-orang, beberapa alat-alat
telah dikembangkan baru-baru ini yang mungkin membantu dengan CPT. Alat-alat
termasuk :
ü Penepuk dada elektrik, dikenal sebagai mechanical
percussor.
ü Vest (rompi) terapi yang dapat dikembangkan yang
menggunakan gelombang-gelombang udara frekwensi tinggi untuk memaksa lendir
keluar dari paru-paru anda.
ü Alat "flutter", alat kecil yang dipegang
tangan yang anda napas keluar melaluinya. Ia menyebabkan getaran-getaran yang
mengeluarkan lendir.
Positive expiratory pressure (PEP) mask yang menciptakan getaran-getaran yang membantu
melepaskan lendir dari dinding-dinding saluran udara.
Beberapa teknik-teknik pernapasan mungkin juga
membantu mengeluarkan lendir. Teknik-teknik ini termasuk:
Forced expiration technique (FET) - memaksa keluar sepasang
pernapasan-pernapasan atau tiupan-tiupan dan kemudian melakukan pengenduran
pernapasan.
Active cycle breathing (ACB) - FET dengan
latihan-latihan pernapasan yang dalam yang dapat mengendurkan lendir pada paru-paru anda dan membantu membuka
saluran-saluran udara anda.
Latihan/Olahraga
Latihan aerobic membantu :
ü Mengendurkan lendir.
ü Mendorong batuk untuk membersihkan lendir.
ü Memperbaiki kondisi fisik keseluruhan anda.
ü Jika anda olahraga secara teratur, anda mungkin mampu
untuk memperpendek terapi dada anda. Check dengan dokter anda sebelum melakukan
ini.
Obat-Obat Lain
Obat-obat anti-peradangan
mungkin membantu mengurangi peradangan pada paru-paru anda yang disebabkan oleh
infeksi-infeksi yang terus menerus. Obat-obat ini termasuk :
ü Steroid-steroid yang dihirup atau, adakalanya oral.
Steroid-steroid adalah obat-obat anti-peradangan yang paling efektif.
ü Ibuprofen, tipe dari obat anti-peradangan nonsteroid.
Ia mungkin juga memperlambat kemajuan dari CF pada anak-anak muda dengan
gejala-gejala ringan.
ü Bronchodilators, yang adalah obat-obat yang dihirup
yang mengendurkan otot-otot sekitar saluran-saluran udara sehingga
saluran-saluran udara dapat terbuka. Mereka harus dipakai tepat sebelum CPT
untuk membantu membersihkan lendir.
ü Obat-obat pengencer lendir yang mengurangi kelengketan
dari lendir pada saluran-saluran udara anda. Mereka termasuk:
ü Human DNase (Dornase Alfa), obat yang mengendurkan
lendir pada paru-paru anda. Ia mungkin menjurus pada rawat inap yang lebih
pendek.
ü Acetylcysteine dan saline.
ü Hypertonic saline, larutan dari air yang steril
dan sangat asin yang dipakai dengan nebulizer dua kali sehari, dapat membantu
membersihkan lendir dan memperbaiki fungsi paru. Beberapa dokter-dokter
sekarang memberikannya pada pasien-pasien yang terpilih diatas umur 6 tahun.
Terapi Oksigen
Jika tingkat
oksigen dalam darah anda terlalu rendah, anda mungkin memerlukan terapi
oksigen. Oksigen biasanya diberikan melalui selang plastik hidung yang
bercabang atau masker.
Transplantasi Paru
Operasi untuk
menggantikan satu atau keduanya paru-paru anda dengan paru yang sehat dari
donor manusia mungkin membantu anda. Beberapa faktor-faktor yang menentukan
apakah anda dapat menjalani transplantasi paru termasuk :
ü Tipe bakteri dalam paru-paru anda.
ü Umur dan berat badan anda.
ü Obat-obat yang sedang anda minum.
ü Apakah anda mempunyai kondisi-kondisi medis lain,
termasuk osteoporosis.
ü Berapa baiknya fungsi paru anda.
Manajemen Persoalan-Persoalan Pencernaan
Terapi nutrisi
dapat memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan, kekuatan, dan toleransi latihan
anda. Ia mungkin juga membuat anda cukup kuat untuk melawan beberapa
infeksi-infeksi paru. Terapi nutrisi termasuk diet yang seimbang dan tinggi
kalori yang adalah rendah lemaknya dan tinggi proteinnya.
Sebagai bagian dari terapi nutrisi anda, dokter anda
mungkin :
ü Meresepkan enzim-enzim pankreas oral untuk membantu
anda mencerna lemak-lemak dan protein-protein dan menyerap lebih banyak
vitamin-vitamin. Enzim-enzim harus dimakan dalam bentuk kapsul sebelum setiap
kali makan, termasuk snacks.
ü Merekomendasikan suplemen-suplemen dari
vitamin-vitamin A, D, E, dan K untuk menggantikan vitamin-vitamin yang dapat
larut dalam lemak yang tidak dapat diserap oleh usus-usus anda.
ü Merekomendasikan bahwa anda menggunakan tabung pemberi
makan, yang disebut gastrostomy (gas-TROS-to-me) tube atau T-tube,
untuk menambah lebih banyak kalori-kalori pada malam hari ketika anda sdang
tidur. Tabung ditempatkan dalam perut anda. Sebelum anda pergi tidur setiap
malam, anda pasangkan botol dengan larutan nutrisi pada jalan masuk tabung. Ia
memberi makan pada anda ketika anda sedang tidur.
Perawatan-perawatan
lain untuk persoalan-persoalan pencernaan yang disebabkan oleh CF mungkin
termasuk :
ü Enema-enema dan obat-obat pengencer lendir untuk
merawat rintangan-rintangan usus.
ü Obat-obat yang mengurangi asam lambung dan membantu enzim-enzim
pankreas oral bekerja lebih baik.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
3.1 Anamnesa
Data yang dikumpulkan selama
pengkajian digunakan sebagai dasar untutk membuat rencana asuahan keperawatan
klien. Proses pengkajian keperawatan harus dilakukan dengan sangat individual
(sesuai masalah dan kebutuhan klien saat ini). Dalam menelaah status pernapasan
klien, perawat melakukan wawancara dan pemeriksaan fisik untuk memaksimalkan
data yang dikumpulkan tanpa harus menambah distres pernapasan klien. Setelah
pengkajian awal perawat memilih komponen pemeriksaan yang sesuai dengan tingkat
distres pernapasan yang dialami klien.
Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :
1)
Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang: nama,
umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa
yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.
2)
Keluhan Utama
Pasien dengan cystic fibrosis didapatkan keluhan
berupa infeksi saluran napas kronis berupa batuk kronis berdahak sering
berulang, batuk dapat disertai darah (hemoptysis), sesak napas, selera makan
menurun, demam, insufisiensi kelenjar eksokrin pankreas dan abnomalitas
kelenjar keringat
3)
Riwayat Penyakit
Sekarang
Riwayat penyakit sekarang pada pasien cystic fibrosis
menunjukkan adanya mutasi genetic yang membentuk protein CF transmembrane
conductance regulator (CFTR) yang terletak pada kromosom 7.
4)
Riwayat penyakit
dahulu
Kedua orang tua merupakan carrier dari gen resesif
CFTR atau salah satu dari orang tua ada yang menderita cystic fibrosis. Selain
itu perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TBC
paru, pneumonia, gagal jantung, tauma dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan adanya faktor preisposisi
5)
Riwayat penyakit
keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab cystic fibfosis.
6)
Riwayat
psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya,
bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan
yang dilakukan terhadap dirinya.
3.2 Pemeriksaan Fisik
B1 (Breath) : Meliputi sesak napas, paru kekurangan
oksigen sehingga jaringan rusak dan kulit berwarna kebiruan (sianosis) dan
batuk yang semakin hari semakin buruk
B2 (Blood) : Memungkinkan terjadinya hiperglikemi
akibat pankreas tidak dapat menghasilkan insulin dengan baik akibat mukus yang
berlebihan hingga merusak pankreas.
B3 (Brain) : -
B4 (Bladder) : -
B5 (Bowel) : Pada bowel kelainanya meliputi diare,
dehidrasi, nyeri dan ketidaknyamanan pad perut karena terlalu banyak gas dalam
usus sebgai akibat disfungsi enzim digestine. Selain itu, dapat ditemui
kelainan berupa nafsu makan besr tetapi tidak menambah berat badan dan
pertumbuhan (cenderung menurun).
B6 (Bone) : -
3.3 Analisa data
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH KEPERAWATAN
|
||||||
DS : Batuk produktif,
dahak sulit dikeluarkan,batuk semakin buruk.
DO : Ronchi, sputum
purulen.
|
Kelainan gen CFTR
Cystic fibrosis
Kelainan pada paru
Mengurangi volume cairan pada permukaan saluran napas
Penebalan mucus, depresi cairan perisiliar
Adhesi mucus pada saluran napas
Bakteri tdak teridentifikasi oleh system imun
Kegagalan membersihkan mucus -> batuk/siliar
Reaksi inflamasi paru
Produksi mucus meningkat
Ronkhi
|
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
|
||||||
DS : Sesak napas, batuk
produktif.
DO : Sputum purulen,
adanya obstruksi jalan napas ( polip nasal ).
Adanya ketidaknormalan pada pada pemeriksaan GDA.
|
Kelainan gen CFTR
Cystic fibrosis
Kelainan pada paru
Mengurangi volume cairan pada permukaan saluran napas
Penebalan mucus, depresi cairan perisiliar
Adhesi mucus pada saluran napas
Bakteri tdak teridentifikasi oleh system imun
Kegagalan membersihkan mucus -> batuk/siliar
Reaksi inflamasi paru
Ion Cl- tidak dapat disekskresi
Ion Na+ diabsorbsi dengan berlebih
Absorbs air secara pasif ke dalam sel
Polip nasi
Obstruksi nasal
Sesak
Ketidaknormalan nilai GDA
|
Gg. Pertukaran gas
|
||||||
DS : Sesak napas, batuk
beulang dan bersputum.
DO : Sputum purulen,
terdapat obstruksi pada bronkus.
|
Kelainan gen CFTR
Cystic fibrosis
Kelainan pada paru
Mengurangi volume cairan pada permukaan saluran
napas
Penebalan mucus, depresi cairan perisiliar
\
Adhesi mucus pada saluran napas
Bakteri tdak teridentifikasi oleh system imun
Kegagalan membersihkan mucus -> batuk/siliar
Reaksi inflamasi paru
Produksi mucus berlebih di bronkus
Obstruksi bronkea
Sesak
|
Ketidakefektifan pola napas
|
3.4 Diagnosa keperawatan
1.
Bersihan jalan
napas tidak efektif berhubungan dengan sekret mukus yang kental dan banyak
serta upaya batuk buruk.
2.
Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan napas
3.
Pola napas tidak
efektif berhubungan dengan obstruksi trakeobronkial
3.5 Intervensi
I. Bersihan
jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret mukus yang kental dan
banyak serta upaya batuk buruk.
Tujuan : Klien
tidak mengalami aspirasi
Kriteria Hasil :
Menunjukan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran udara dalam paru-paru.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
·
Auskultasi
bunyi napas. Catat adanya bunyi napas misalnya mengi, krekels, ronki.
·
Lakukan
fisioterapi untuk mengeluarkan secret dan berikan pasien posisi yang nyaman,
missal peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur
(posisi semi fowler / fowler).
·
Berikan
nebulisasi dengan larutan dan alat yang tepat sesuai ketentuan
·
Bantu
klien untuk mengencerkan sputum dengan kolaborasi pemberian espektoran
untuk meningkatkan bersihan jalan napas.
·
Observasi
klien dengan ketat setelah terapi aerosol dan fisioterapi dada
·
Berikan
postural drainage (menyesuaikan area dimana terjadi penumpukan mucus)
sesuai resep
·
Peninggian
kepala tempat tidur
|
·
Bunyi
nafas mgkn terdengar ronkhi karena produksi mukus meningkat
·
Postural
drainage membantu pengeluaran mucus yang kental.
·
Nebulisasi
dapat membantu pengeluaran secret yang kental
·
Pemberian
espektoran dapat membantu mengencerkan secret sehingga secret lebih mudah
dikeluarkan
·
untuk
mencegah aspirasi akibat sputum banyak yang tiba-tiba mengencer, beberapa
derajat spasme bronkus terjadi obstruksi dengan obstruksi jalan napas dan
dapat / tidak ditunjukkan adanya bunyi napas abnormal misalnya ronki atau tidak adanya bunyi napas.
·
untuk
menurunkan viskositas mukus.
·
mempermudah
fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi.
|
II. Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan napas oleh obstruksi nasal.
Tujuan :
Mempertahankan oksigenasi atau ventilasi adekuat
Kriteria hasil :
a.
Pasien
memperlihatkan frekuensi napas efektif
b.
Bebas dari distress pernapasan
c.
GDA dalam rentang
normal.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
·
Posisikan
untuk mendapatkan efisiensi ventilator maksimum seperti posisi Fowler tinggi atau
duduk, membungkuk ke depan
·
Pantau
tanda-tanda vital, gas darah arteri (GDA), dan oksimetri nadi
·
Berikan
suplemen oksigen sesuai ketentuan/kebutuhan
·
Pantau
pasien dengan ketat
·
Motivasi
latihan fisik yang sesuai kondisi pasien.
·
Posisi
fowler / semi fowler
·
Terjadinya
/ kegagalan napas yang akan datang memerlukan upaya tindakan penyelamatan
hidup. Latihan fisik seringkali efektif untuk membersihkan akumulasi sekresi
paru dan untuk meningkatkan kapasitas latihan ketahanan sebelum mengalami
dispnea.
|
·
Pertahankan
jalan napas yang paten
·
untuk
mendeteksi/mencegah hipoksemia
·
Pemberian
oksigen tambahan dapat memperbaiki/mencegah memburuknya hipoksia.
·
karena
narkosis karbondioksida akibat oksigen merupakan bahaya dari terapi oksigen
pada pasien dengan penyakit paru kronis
·
Mencegah
komplikasi kegagalan napas.
·
Dapat
mempermudah fungsi pernapasan dan dapat menurunkan kolaps jalan napas , dispneu, dan kerja napas dengan
menggunakan gravitasi.
·
PaCO2
meningkat menandakan kegagalan pernapasan yang akan datang selama asmatik.
Takikardi, disritmia, dan perubahan TD dapat menunjukkan efek hipoksemis
sistemik pada fungsi jantung.
|
III. Ketidakefektifan
pola napas berhubungan dengan obstruksi trakeobronkial.
Tujuan :
a.
Memperbaiki atau
mempertahankan pola pernapasan normal
b. Pasien mencapai fungsi paru-paru yang maksimal
Kriteria hasil :
a.
Pasien
menunjukan frekuensi pernapasan yang efektif dengan frekuensi dan kedalaman
dalam rentang normal dan paru jelas/bersih
b.
Pasien
bebas dari dispnea, sianosis, atau tanda-tanda lain distress pernapasan.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
·
Berikan
posisi fowler atau semifowler.
·
Ajarkan
teknik napas dalam dan atau pernapasan bibir atau pernapasan diafragma
abdomen bila diindikasi serta latiahan batuk efektif.
·
Observasi
TTV (RR atau frekuensi permenit)
|
·
Posisi
fowler/semi fowler memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernapasan.
Pengubahan posisi dan ambulasi meningkatkan pengisian udara segmen paru
berbeda sehingga memperbaiki difusi gas.
·
Dapat
membantu pengeluaran sputum.
·
Takikardi,
disritmia, dan perubahan TD dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pad
fungsi jantung.
|
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Cystic fibrosis merupakan gangguan monogenic yang ditemukan sebagai
penyakit multisistem. Penyakit ini ditandai dengan adanya infeksi bakteri
kronis pada saluran napas yang pada akhirnya akan menyebabkan bronciectasis dan
bronchiolectasis, insufisiensi exokrin pancreas, dan disfungsi intestinal,
fungsi kelenjar keringat abnormal, dan disfungsi urogenital. (http://cetrione.blogspot.com).
Cystic fibrosis bisa terjadi akibat adanya mutasi genetic yang membentuk
protein CF transmembrane conductance regulator (CFTR) yang terletak pada
kromosom 7. Manifestasi cystic fibrosis yang umum pada tahun pertama atau kedua
kehidupan pada traktus respiratorius yang paling sering batuk dan/atau
infiltrate pulmoner. Sebagian besar gejala dari cystic fibrosis adalah disebabkan
oleh banyaknya mucus. Gejala umumnya seperti batuk persisten yang disertai
sputum, batuk dari efek bronkitis dan pneumonia. Pemeriksaan diagnosyik pada
kasus cystic fibrosis meliputi pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
radiologis CT scan, dan pemeriksaan kultur. Sedangkan penatalaksanaan untuk
mengatasi cystic fibrosihan yaitu medikamentosa dan pembedahan. Asuhan
keperawatan untuk kasus ini meliputi tahap asuhan keperawatan pada umumnya.
Adapun diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada kasus cystic fibrosis
salah satunya adalah bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
sekret mukus yang kental dan banyak serta upaya batuk buruk.
4.2 Saran
Bagi masyarakat yang menemui
gejala – gejala yang tertulis di atas segera lapor ke pelayanan kesehatan
terdekat sebagai upaya penangan lebih dini dan pencegahan komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda
Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis. EGC :
Jakarta.
Doenges,
Marilynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta.
Very good idea you've shared here, from here I can be a very valuable new experience. all things that are here will I make the source of reference, thank you friends.
BalasHapusOBAT BATUK
OBAT KOLESTEROL
OBAT ASMA
OBAT AMBEIEN
terima kasih sudah berbagi infonya
BalasHapusOBAT BATUK
OBAT BATUK
OBAT BATUK
OBAT BATUK
OBAT BATUK
OBAT BATUK
OBAT BATUK
OBAT BATUK
OBAT BATUK
OBAT BATUK
OBAT BATUK
OBAT BATUK