Pengertian
Flu babi (swine
influenza) adalah penyakit virus yang disebabkan oleh strain virus influenza
yang biasanya menginfeksi babi yang disebut swine inflenza virus (SIV). Virus
ini banyak ditemukan di Amerika Utara dan Amerika Sealatan, Eropa, Kenya, Cina
daratan dan Asia Timur yang adapat menimbulkan wabah (epidemi) penyakit
pernapasana pada babi. Virus penyebab flu babai dapat diisolasi pertam kali
dari babi penderita flu babi pada tahun 1930, yaitu virus influenza tipe A dari
famili Orthomyxoviridae. Terdapat empat jenis subtipe virus influenza tipe A
pada babi, namun yang paling sering menjadi penyebabnya adalah virus influenza
tipe A subripe H1N1.
2.2 Penyebaran Flu Babi
Hospes utama virus
influenza tipe A adalah babi. Namun beberapa starin virus influenza selain
ditularkan secara langsung dari baib ke babi, juga dapat secara langsung
ditularkan dari babi ke manusia dan sebaliknya dari manusia ke babi. Karean itu
influenza yang terjadi termasuk sebagai penyakit flu babi zoonotik. Penularan
virus influenza babi tidak selalu menimbulkan penyakit pada manusia, meskipun
di dalam darah manusia terinfeksi ditemukan antibodi terhadap virus ini.
Virus flu babi dapat
ditularkan dari babi ke babi lainnya, dapat ditularkan ke mamalia lainnya, baik
secara langsung melalui udara pernapasan amaupun sesudah terjadinya proses
mutasi atau reassortment genetic. Dalam hal ini babi dapat menjadi hospes
tempat terjadinya perubahan genetik yang menghsilkan virus strain baru yang
lebih ganas. Wabah virus influenza A subtipe asia diduga terjadi juga akibat
penularan dari bebek ke babi karena kedua jenis hewan tersebut dipelihara
bersamaan dibanyak keluarag. Hal ini terbukti pada virus burung (Avian
Influenza virus) H3N2 dan H5N1 ternyata ditemukan pada populasi babi di cina.
Varian baru strain H3N2 ternyata juga telah mnyebar ke vietnam, sedangkan
infeksi dengan virus avian influenza H5N1 ditemukan pada babi-babi yang
dikandngkan didekat peternakan ayam di Jawa Barat. Hal ini menimbulakn
kekhawatiran akan terjadinya epidemi atau pandemi influenza di masa depan.
Penyebaran penyakit ke daerah yang baru umumnya terjadi akibat perpindahan babi
yang sakit atau manusia yang menjdi carrier.
Virus flu babi adalah
penyebab wabah global (pandemi) flu pada manusia di tahun 1918-1920, terkenal
sebagai flu Spanyol (Spanish Flu) yang menimbulkan kematian lebih dari 20 juta
jiwa. Pada masa pandemi tersebut virus influenza menyerang baik manusia maupun
babi secara bersamaan waktunya. Diduga strain flu babi yang sedang mewabah pada
tahun 2009 juga menjadi penyebab wabag flu di tahun 1976. Sebenarnya wabah flu
babi boleh dikatakan selalu terjadi setiap msuim dingin di Amerika Utara dan
Eropa. Juga epidemi flu babi dilaporkan pernah terjadi di Afrika Selatan,
Kenya, India, Cina, Hongkong, Jepang, Singapura dan Amerika Selatan.
2.3
Patofisiologi
Penyebaran virus Swine Influenza
melalui udara (droplet infection) dimana virus dapat tertanam pada membran
mukosa yang melapisi saluran napas atau langsung memasuki alveoli (tergantung
dari ukuran droplet). Masa inkubasi virus 3-5 hari. Virus yang tertanam pada membran
mukosa akan terpajan mukoprotein yang mengandung asam sialat yang dapat
mengikat virus. Reseptor spesifik yang dapat berikatan dengan virus influenza
berkaitan dengan spesies darimana virus berasal. Virus Swine influenza manusia
dapat berikatan dengan alpha 2,6 sialiloligosakarida yang berasal dari membran
sel dimana didapatkan residu asam sialat yang dapat berikatan dengan residu
galaktosa melalui ikatan 2,6 linkage. Virus
dapat berikatan dengan membran sel mukosa melalui ikatan yang berbeda
yaitu ikatan 2,3 linkage. Adanya perbedaan pada reseptor yang terdapat pada
membran mukosa diduga sebagai penyebab mengapa virus H1N1 tidak dapat
mengadakan replikasi secara efisien pada manusia. Mukoprotein yang mengandung
reseptor ini akan mengikat virus sehingga perlekatan virus dengan sel epitel
saluran napas dapat dicegah. Tetapi virus yang mengandung protein neuraminidase
pada permukaannya dapat memecah ikatan tersebut. Virus selanjutnya akan melekat
pada epitel pada permukaan saluran napas untuk kemudian bereplikasi didalam sel
tersebut. Replikasi virus terjadi selama 4-6 jam sehingga dalam waktu
singkatvirus dapat menyebar ke sel-sel didekatnya. Masa inkubasi virus 18 jam
sampai 4 hari, lokasi utama dari infeksi yaitu pada sel-sel kolumnar yang
bersilia. Sel-sel yang terinfeksi akan membengkak dan intinya mengerut dan mengalami
piknosis. Bersamaan dengan terjadinya disintegrasi dan hilangnya silia
selanjutnya akan terbentuk badan inklusi.
2.4 Gejala klinis
Pada waktu terjadi
wabah flu babi di suatu peternakan babi, bolah dikatan hampir seluruh populasi
babi dipeternakan tersebut menjadi sakit secara bersamaan.epidemi umumnya
terjadi dimusim dingin dengan babi muda umumnya menderita sakit yang berat.
Babi penderita influenza akan mengalami demam, depresim batuk-batuk,
bersin-bersin, sulit bernapas, mata mengalami keradangan sehingga berwarna
merah dan terganggu nafsu makannya. Sesudah itu babi akan mengalami gangguan
pernapasan akut berupa batuk-batuk hebat, bersin-bersin, pernapasan perut yang
tidak teratur. Mata dan hidung yang sakit akan selalu mengeluarkan cairan. Pada
beberapa babi yang bunting mengalami abortus. Sebagian besar babi akan sembuh
kembali dalm waktu 6 hari, dengan kematian hanya terjadi 1% dari babi yang
sakit. Kemtian biasanya terjadi pada anak babi atau jika terjadi gangguan
pernapasan yang berat.
Pada manusia terinfeksi
flu babi H1N1 sebagian kecil yang menimbulkan gejala klinis berupa gejala
klinis influenza yang umum terjadi, yaitu demam, batuk, pilek, sakit
tenggorokan, sakit seluruh badan, sakit kepala, menggigil dan rasa lelah.
Selain itu penderita juga mengalami diare dan muntah-muntah. Pada pandemi tahun
2009, penyebabnya bukanlah virus H1N1 ynag zoonotik karena penularan pada
manusia tidak berasal dari babi, melainkan dari manusia ke manusia. Pada flu
babi dengan gejala klinis yang berat, hal ini disebabkan oleh terjadinya
pneumonia yang umumnya merupakan penyebab kematian penderita.
2.5 Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis flu babi
sebenarnya sudah dapat diarahkan dengan memperhatikan gejala-gejal klinis dan
epidemiologi penyakit ini. Untuk menetapkan diagnosis pasti, berbagai teknik
diagnosis dapat dilakukan, yaitu:
- Pemeriksaan imunohistokimia
- Hemagglutination-inhibition yang dilakukan bersama neuramidase inhibition.
- ELISA
- PCR
Sebagai bahan
pemeriksaan yang dapat digunakan adalah hapusan hidung (nasal swab) atau
hapusan faring (pharyngeal swab) dari penderita yang hidup, atau bahan jaringan
paru penderita yang sudah mati.
Untuk pemeriksaan serologi,
sampel penderita sebanyak 20 ml pada saat penyakit sedang akut dan pada stadium
konvalesen (2-3 n=minggu sesudahnya). Pada umunya dilakuakn hemaglutinasi
inhibisi untuk menunjukkan adanya kenaikan titer antibodi. Pemeriksaan serologi
terhadap penderita muda lebih sulit dipastikan hasilnya karena masih adanya
antibodi maternal.
Identifikasi virus
dapat ditentukan melalui imunohistokimia, uji inhibis-hemaglutinasi bersama
neuramidase, ELISA dan PCR.
2.6
Diagnosis
Departemen
kesehatan RI membuat kriteria diagnosis flu babi sebagai berikut:
1.
Pasien dalam Observasi
Seseorang
yang menderita demam > 38C disertai satu atau lebih gejala dibawah ini:
a. Batuk
b. Sakit
tenggorokan
c. Pilek
d. Napas
pendek/ sesak napas (pneumonia) dimana belum jelas ada atau tidaknya kontak
dengan unggas mati/sakit mendadak yang belum diketahui penyebabnya.
2.
Kasus Suspek
Seseorang
yang menderita demam > 38C disertai satu atau lebih gejala dibawah ini:
a.
Batuk
b.
Sakit tenggorokan
c.
Pilek Napas pendek/ sesak napas
(pneumonia) dimana belum jelas ada atau tidaknya kontak dengan babi mati/sakit
mendadak yang belum diketahui penyebabnya.
d.
Pernah tinggal di daerah yang terdapat
kematian babi yang tidak biasa dalam 14 hari terakhir sebelum timbul gejala.
e.
Pernah kontak dengan penderita flu babi
dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala.
f.
Pernah kontak dengan spesimen flu babi
dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala.
g.
Ditemukan lekopenia ≤ 3000/µl atau mm.
h.
Tes ELISA untuk influenza A tanpa
subtipe.
i.
Kematian akibat Acute Respiratory
Distress Syndrome (ARDS) dengan satu atau lebih keadaan dibawah ini:
-
Lekopenia atau limfopenia,
trombositopenia (<150.000).
-
Foto toraks menggambarkan pneumonias
atipikal atau infiltrat di kedua sisi aparu yang makin meluas.
Kasus Probabel
Flu Babi/ H1N1
Kriteria kasus
suspek ditambah dengan satu atau lebih keadaan dibawah ini:
-
Ditemukan adanya kenaikan titer antibodi
minimum 4 kali terhadap H1 dengan pemeriksaan HI test atau ELISA test.
-
Hasil laboratorium terbatas untuk
influenza H1 (dideteksi antibodi spesifik H1 dalam spesimen tunggal).
-
Dalam waktu singkat menjadi pneumonia
berat/ gagal napas/ meninggal dan terbukti tidak ada penyebabnya.
Kasus konfirmasi
Flu babi/H1N1
Kasus suspek
atau probabel dengan satu atau lebih keadaan dibawah ini:
-
Kultur virus positif influenza A/H1N1.
-
PCR positif influenza A/H1N1.
-
Pada Immunofluorescebce (IFA) test
ditemukan antigen positif dengan menggunakan antibodi monoklonal influenza
A/H1N1.
-
Kenaikan titer antibodi spesifik
influenza A/ H1N1 sebanyak 4 kali dalam paired serum dengan uji netralisasi.
2.7 Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan flu babi
adalah: istirahat, peningkatan daya tahan tubuh, pengobatan antiviral,
pengobatan antibiotik, perawatan respirasi, anti inflamasi dan imunomodulator.
Antiviral
sebaiknya diberikan pada awal infeksi yakni pada 48 jam pertama. Adapun pilihan
obat:
1.
Penghambat:
a. Amantadin
(Symadine)
b. Rimantidin
(flu-madine) dengan dosis 2x/hari 100mg atau 5 mg/kgBB selama 3-5 hari.
2.
Penghambat neuramidase:
a. Zanamivir
(relenza)
b. Oseltamivir
(tami-flu) dengan dosis 2x75 mg selama 1
minggu.
Departemen
Kesehatan RI dalam pedoman memberikan petunjuk sebagai berikut:
1.
Pada kasus suspek flu babi diberikan
Oseltamivir 2x75 mg 5 hari, simptomatik dan anti biotik jika ada indikasi.
2.
Pada kasus probable flu babi diberikan
Oseltamivir 2x75 mg selama 5 hari, antibiotik spektrum luas yang menacakup
kuman tipik dan tipikal dan steroid jika perlu seperti pada kaksu penumonia
berat dan ARDS. Respiratory Care di ICU sesuai indikasi.
3.
Sebagai profilaksis, bagi mereka yang
berisiko tinggi, digunakan Oseltamivir dengan dosis 75 mg sekali sehari selama
lebih dari 7 hari- 6 minggu.
2.8 Pencegahan Penyebaran Flu Babi
- Pencegahan pada Babi
Mengatur
manajemen pemeliharaan dengan mengatur suhu kandang, melakukan deisnfektan,
memisahkan babi sakit dari yang sehat dan melakukan vaksinasi babi.
- Pencegahan pada manusia
Tindakan
untuk menjaga diri sendiri dan orang lain dari penularan flu babi dianjurkan
oleh WHO misalnya memakai masker jika sedang menderita flu, menunda perjalanan
atau bepergian jika sedang sakit flu.
Mencegah
penularan flu babi terhadap diri sendiri dilakukan dengan selalu menghindari
kontak dengan penderita yang demam dan batuk, selalu mencuci tangan dengan
sabun dan air sesering mungkin dan menjaga kondisi tubuh sebaik-baiknya dengan
tidur cukup, mengkonsumsi makanan bergizi dan selalu aktif bergerak dan
olahraga.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
(meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin dan
penanggung jawab).
3.1.2
Keluhan Utama
Demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan, sakit
seluruh badan, sakit kepala, menggigil dan rasa lelah
3.1.3
Riwayat Penyakit Sekarang
Demam > 38C, batuk,
sesak, kesulitan napas dan diare
3.1.4
Riwayat penyakit Dahulu
Pernah kontak dengan babi
yang mati/sakit secara mendadak dalam 7 hari terakhir, pernah kontak dengan
penderita flu babi dalam 7 hari terakhir.
3.1.5
Pemeriksaan Fisik
B1:
Inspeksi :
Sesak, batuk, nyeri dada, penggunaan otot bantu pernafasaan, pernafasaan
diafragma dan perut meningkat, pernafasan cuping hidung, pola nafas cepat dan
dangkal, retraksi otot bantu pernafasan, RR > 30x/menit.
Palpasi :
fremitus vokal menurun.
Perkusi : suara
perkusi redup sampai pekak.
Auskultasi:
Ronkhi basah, suara napas bronkial.
B2:
Sianosis,
nadi > 100x/menit, CRT > 3 detik, BGA menunujukkan hipoksemia, S1 dan S2
tunggal.
B3:
Nyeri
kepala, terjadi penurunan kesadaran.
B4:
Terkadang
produksi urine menurun
B5:
Mual, muntah, diare, bising usus meningkat, nafsu
makan menurun.
B6:
Nyeri otot, kelemahan pada otot.
3.1.6
Pemeriksaan Penunjang
- Kultur virus
- PCR
- Uji serologi: ELISA
- Hematologi: leukopenia, limfositopenia, limfositosis relatif, trombositopenia.
- Kimia darah: BGA dapat normal atau abnormal, peningkatan SGOT/SGPT, penurunan albumin, peningkatan ureum dan kreatinin.
- Pemeriksaan Radiologi: infiltrasi di paru.
3.2 Diagnosa Keperawatan
- Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret.
- Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan O2 dalam udara inspirasi.
- Hipertermi berhubungan dengan perubahan pada regulasi temperatur.
- Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan (demam, berkeringat banyak, muntah, hiperventilasi).
- Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh peningkatan kebutuhan metabolik sekunder, anoreksia.
6. Intoleran aktifitas b.d kelemahan, ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan O2.
- Resiko tinggi penularan infeksi b.d proses penyakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar