Sabtu, 13 Juli 2013

ASKEP FLU BABI



Pengertian

Flu babi (swine influenza) adalah penyakit virus yang disebabkan oleh strain virus influenza yang biasanya menginfeksi babi yang disebut swine inflenza virus (SIV). Virus ini banyak ditemukan di Amerika Utara dan Amerika Sealatan, Eropa, Kenya, Cina daratan dan Asia Timur yang adapat menimbulkan wabah (epidemi) penyakit pernapasana pada babi. Virus penyebab flu babai dapat diisolasi pertam kali dari babi penderita flu babi pada tahun 1930, yaitu virus influenza tipe A dari famili Orthomyxoviridae. Terdapat empat jenis subtipe virus influenza tipe A pada babi, namun yang paling sering menjadi penyebabnya adalah virus influenza tipe A subripe H1N1.

 

2.2 Penyebaran Flu Babi

Hospes utama virus influenza tipe A adalah babi. Namun beberapa starin virus influenza selain ditularkan secara langsung dari baib ke babi, juga dapat secara langsung ditularkan dari babi ke manusia dan sebaliknya dari manusia ke babi. Karean itu influenza yang terjadi termasuk sebagai penyakit flu babi zoonotik. Penularan virus influenza babi tidak selalu menimbulkan penyakit pada manusia, meskipun di dalam darah manusia terinfeksi ditemukan antibodi terhadap virus ini.
Virus flu babi dapat ditularkan dari babi ke babi lainnya, dapat ditularkan ke mamalia lainnya, baik secara langsung melalui udara pernapasan amaupun sesudah terjadinya proses mutasi atau reassortment genetic. Dalam hal ini babi dapat menjadi hospes tempat terjadinya perubahan genetik yang menghsilkan virus strain baru yang lebih ganas. Wabah virus influenza A subtipe asia diduga terjadi juga akibat penularan dari bebek ke babi karena kedua jenis hewan tersebut dipelihara bersamaan dibanyak keluarag. Hal ini terbukti pada virus burung (Avian Influenza virus) H3N2 dan H5N1 ternyata ditemukan pada populasi babi di cina. Varian baru strain H3N2 ternyata juga telah mnyebar ke vietnam, sedangkan infeksi dengan virus avian influenza H5N1 ditemukan pada babi-babi yang dikandngkan didekat peternakan ayam di Jawa Barat. Hal ini menimbulakn kekhawatiran akan terjadinya epidemi atau pandemi influenza di masa depan. Penyebaran penyakit ke daerah yang baru umumnya terjadi akibat perpindahan babi yang sakit atau manusia yang menjdi carrier.
Virus flu babi adalah penyebab wabah global (pandemi) flu pada manusia di tahun 1918-1920, terkenal sebagai flu Spanyol (Spanish Flu) yang menimbulkan kematian lebih dari 20 juta jiwa. Pada masa pandemi tersebut virus influenza menyerang baik manusia maupun babi secara bersamaan waktunya. Diduga strain flu babi yang sedang mewabah pada tahun 2009 juga menjadi penyebab wabag flu di tahun 1976. Sebenarnya wabah flu babi boleh dikatakan selalu terjadi setiap msuim dingin di Amerika Utara dan Eropa. Juga epidemi flu babi dilaporkan pernah terjadi di Afrika Selatan, Kenya, India, Cina, Hongkong, Jepang, Singapura dan Amerika Selatan.

2.3 Patofisiologi
            Penyebaran virus Swine Influenza melalui udara (droplet infection) dimana virus dapat tertanam pada membran mukosa yang melapisi saluran napas atau langsung memasuki alveoli (tergantung dari ukuran droplet). Masa inkubasi virus 3-5 hari. Virus yang tertanam pada membran mukosa akan terpajan mukoprotein yang mengandung asam sialat yang dapat mengikat virus. Reseptor spesifik yang dapat berikatan dengan virus influenza berkaitan dengan spesies darimana virus berasal. Virus Swine influenza manusia dapat berikatan dengan alpha 2,6 sialiloligosakarida yang berasal dari membran sel dimana didapatkan residu asam sialat yang dapat berikatan dengan residu galaktosa melalui ikatan 2,6 linkage. Virus  dapat berikatan dengan membran sel mukosa melalui ikatan yang berbeda yaitu ikatan 2,3 linkage. Adanya perbedaan pada reseptor yang terdapat pada membran mukosa diduga sebagai penyebab mengapa virus H1N1 tidak dapat mengadakan replikasi secara efisien pada manusia. Mukoprotein yang mengandung reseptor ini akan mengikat virus sehingga perlekatan virus dengan sel epitel saluran napas dapat dicegah. Tetapi virus yang mengandung protein neuraminidase pada permukaannya dapat memecah ikatan tersebut. Virus selanjutnya akan melekat pada epitel pada permukaan saluran napas untuk kemudian bereplikasi didalam sel tersebut. Replikasi virus terjadi selama 4-6 jam sehingga dalam waktu singkatvirus dapat menyebar ke sel-sel didekatnya. Masa inkubasi virus 18 jam sampai 4 hari, lokasi utama dari infeksi yaitu pada sel-sel kolumnar yang bersilia. Sel-sel yang terinfeksi akan membengkak dan intinya mengerut dan mengalami piknosis. Bersamaan dengan terjadinya disintegrasi dan hilangnya silia selanjutnya akan terbentuk badan inklusi.

2.4 Gejala klinis

Pada waktu terjadi wabah flu babi di suatu peternakan babi, bolah dikatan hampir seluruh populasi babi dipeternakan tersebut menjadi sakit secara bersamaan.epidemi umumnya terjadi dimusim dingin dengan babi muda umumnya menderita sakit yang berat. Babi penderita influenza akan mengalami demam, depresim batuk-batuk, bersin-bersin, sulit bernapas, mata mengalami keradangan sehingga berwarna merah dan terganggu nafsu makannya. Sesudah itu babi akan mengalami gangguan pernapasan akut berupa batuk-batuk hebat, bersin-bersin, pernapasan perut yang tidak teratur. Mata dan hidung yang sakit akan selalu mengeluarkan cairan. Pada beberapa babi yang bunting mengalami abortus. Sebagian besar babi akan sembuh kembali dalm waktu 6 hari, dengan kematian hanya terjadi 1% dari babi yang sakit. Kemtian biasanya terjadi pada anak babi atau jika terjadi gangguan pernapasan yang berat.
Pada manusia terinfeksi flu babi H1N1 sebagian kecil yang menimbulkan gejala klinis berupa gejala klinis influenza yang umum terjadi, yaitu demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan, sakit seluruh badan, sakit kepala, menggigil dan rasa lelah. Selain itu penderita juga mengalami diare dan muntah-muntah. Pada pandemi tahun 2009, penyebabnya bukanlah virus H1N1 ynag zoonotik karena penularan pada manusia tidak berasal dari babi, melainkan dari manusia ke manusia. Pada flu babi dengan gejala klinis yang berat, hal ini disebabkan oleh terjadinya pneumonia yang umumnya merupakan penyebab kematian penderita.

2.5 Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis flu babi sebenarnya sudah dapat diarahkan dengan memperhatikan gejala-gejal klinis dan epidemiologi penyakit ini. Untuk menetapkan diagnosis pasti, berbagai teknik diagnosis dapat dilakukan, yaitu:
  1. Pemeriksaan imunohistokimia
  2. Hemagglutination-inhibition yang dilakukan bersama neuramidase inhibition.
  3. ELISA
  4. PCR
Sebagai bahan pemeriksaan yang dapat digunakan adalah hapusan hidung (nasal swab) atau hapusan faring (pharyngeal swab) dari penderita yang hidup, atau bahan jaringan paru penderita yang sudah mati.
Untuk pemeriksaan serologi, sampel penderita sebanyak 20 ml pada saat penyakit sedang akut dan pada stadium konvalesen (2-3 n=minggu sesudahnya). Pada umunya dilakuakn hemaglutinasi inhibisi untuk menunjukkan adanya kenaikan titer antibodi. Pemeriksaan serologi terhadap penderita muda lebih sulit dipastikan hasilnya karena masih adanya antibodi maternal.
Identifikasi virus dapat ditentukan melalui imunohistokimia, uji inhibis-hemaglutinasi bersama neuramidase, ELISA dan PCR.

2.6 Diagnosis
Departemen kesehatan RI membuat kriteria diagnosis flu babi sebagai berikut:
1.      Pasien dalam Observasi
Seseorang yang menderita demam > 38C disertai satu atau lebih gejala dibawah ini:
a.       Batuk
b.      Sakit tenggorokan
c.       Pilek
d.      Napas pendek/ sesak napas (pneumonia) dimana belum jelas ada atau tidaknya kontak dengan unggas mati/sakit mendadak yang belum diketahui penyebabnya.

2.      Kasus Suspek
Seseorang yang menderita demam > 38C disertai satu atau lebih gejala dibawah ini:
a.       Batuk
b.      Sakit tenggorokan
c.       Pilek Napas pendek/ sesak napas (pneumonia) dimana belum jelas ada atau tidaknya kontak dengan babi mati/sakit mendadak yang belum diketahui penyebabnya.
d.      Pernah tinggal di daerah yang terdapat kematian babi yang tidak biasa dalam 14 hari terakhir sebelum timbul gejala.
e.       Pernah kontak dengan penderita flu babi dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala.
f.       Pernah kontak dengan spesimen flu babi dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala.
g.      Ditemukan lekopenia ≤ 3000/µl atau mm.
h.      Tes ELISA untuk influenza A tanpa subtipe.
i.        Kematian akibat Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) dengan satu atau lebih keadaan dibawah ini:
-          Lekopenia atau limfopenia, trombositopenia (<150.000).
-          Foto toraks menggambarkan pneumonias atipikal atau infiltrat di kedua sisi aparu yang makin meluas.
Kasus Probabel Flu Babi/ H1N1
Kriteria kasus suspek ditambah dengan satu atau lebih keadaan dibawah ini:
-          Ditemukan adanya kenaikan titer antibodi minimum 4 kali terhadap H1 dengan pemeriksaan HI test atau ELISA test.
-          Hasil laboratorium terbatas untuk influenza H1 (dideteksi antibodi spesifik H1 dalam spesimen tunggal).
-          Dalam waktu singkat menjadi pneumonia berat/ gagal napas/ meninggal dan terbukti tidak ada penyebabnya.
Kasus konfirmasi Flu babi/H1N1
Kasus suspek atau probabel dengan satu atau lebih keadaan dibawah ini:
-          Kultur virus positif influenza A/H1N1.
-          PCR positif influenza A/H1N1.
-          Pada Immunofluorescebce (IFA) test ditemukan antigen positif dengan menggunakan antibodi monoklonal influenza A/H1N1.
-          Kenaikan titer antibodi spesifik influenza A/ H1N1 sebanyak 4 kali dalam paired serum dengan uji netralisasi.

2.7  Penatalaksanaan

            Prinsip penatalaksanaan flu babi adalah: istirahat, peningkatan daya tahan tubuh, pengobatan antiviral, pengobatan antibiotik, perawatan respirasi, anti inflamasi dan imunomodulator.
Antiviral sebaiknya diberikan pada awal infeksi yakni pada 48 jam pertama. Adapun pilihan obat:
1.      Penghambat:
a.       Amantadin (Symadine)
b.      Rimantidin (flu-madine) dengan dosis 2x/hari 100mg atau 5 mg/kgBB selama 3-5 hari.
2.      Penghambat neuramidase:
a.       Zanamivir (relenza)
b.      Oseltamivir (tami-flu)  dengan dosis 2x75 mg selama 1 minggu.
Departemen Kesehatan RI dalam pedoman memberikan petunjuk sebagai berikut:
1.      Pada kasus suspek flu babi diberikan Oseltamivir 2x75 mg 5 hari, simptomatik dan anti biotik jika ada indikasi.
2.      Pada kasus probable flu babi diberikan Oseltamivir 2x75 mg selama 5 hari, antibiotik spektrum luas yang menacakup kuman tipik dan tipikal dan steroid jika perlu seperti pada kaksu penumonia berat dan ARDS. Respiratory Care di ICU sesuai indikasi.
3.      Sebagai profilaksis, bagi mereka yang berisiko tinggi, digunakan Oseltamivir dengan dosis 75 mg sekali sehari selama lebih dari 7 hari- 6 minggu.



2.8 Pencegahan Penyebaran Flu Babi

  1. Pencegahan pada Babi
Mengatur manajemen pemeliharaan dengan mengatur suhu kandang, melakukan deisnfektan, memisahkan babi sakit dari yang sehat dan melakukan vaksinasi babi.
  1. Pencegahan pada manusia
Tindakan untuk menjaga diri sendiri dan orang lain dari penularan flu babi dianjurkan oleh WHO misalnya memakai masker jika sedang menderita flu, menunda perjalanan atau bepergian jika sedang sakit flu.
Mencegah penularan flu babi terhadap diri sendiri dilakukan dengan selalu menghindari kontak dengan penderita yang demam dan batuk, selalu mencuci tangan dengan sabun dan air sesering mungkin dan menjaga kondisi tubuh sebaik-baiknya dengan tidur cukup, mengkonsumsi makanan bergizi dan selalu aktif bergerak dan olahraga.












 





BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

3.1.1  Identitas Pasien
(meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin dan penanggung jawab).
3.1.2 Keluhan Utama
Demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan, sakit seluruh badan, sakit kepala, menggigil dan rasa lelah
3.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Demam > 38C, batuk, sesak, kesulitan napas dan diare
3.1.4 Riwayat penyakit Dahulu
Pernah kontak dengan babi yang mati/sakit secara mendadak dalam 7 hari terakhir, pernah kontak dengan penderita flu babi dalam 7 hari terakhir.
3.1.5 Pemeriksaan Fisik
B1:
Inspeksi : Sesak, batuk, nyeri dada, penggunaan otot bantu pernafasaan, pernafasaan diafragma dan perut meningkat, pernafasan cuping hidung, pola nafas cepat dan dangkal, retraksi otot bantu pernafasan, RR > 30x/menit.
Palpasi : fremitus vokal menurun.
Perkusi : suara perkusi redup sampai pekak.
Auskultasi: Ronkhi basah, suara napas bronkial.
B2:
Sianosis, nadi > 100x/menit, CRT > 3 detik, BGA menunujukkan hipoksemia, S1 dan S2 tunggal.
B3:
Nyeri kepala, terjadi penurunan kesadaran.
B4:
Terkadang produksi urine menurun
B5:
Mual, muntah, diare, bising usus meningkat, nafsu makan menurun.
B6:
Nyeri otot, kelemahan pada otot.
3.1.6 Pemeriksaan Penunjang
  1. Kultur virus
  2. PCR
  3. Uji serologi: ELISA
  4. Hematologi: leukopenia, limfositopenia, limfositosis relatif, trombositopenia.
  5. Kimia darah: BGA dapat normal atau abnormal, peningkatan SGOT/SGPT, penurunan albumin, peningkatan ureum dan kreatinin.
  6. Pemeriksaan Radiologi: infiltrasi di paru.

3.2 Diagnosa Keperawatan

  1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret.
  2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan O2 dalam udara inspirasi.
  3. Hipertermi berhubungan dengan perubahan pada regulasi temperatur.
  4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan (demam, berkeringat banyak, muntah, hiperventilasi).
  5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh peningkatan kebutuhan metabolik sekunder, anoreksia.
6.      Intoleran aktifitas b.d kelemahan, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
  1. Resiko tinggi penularan infeksi b.d proses penyakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar