Sabtu, 13 Juli 2013

ASKEP SARS



Pengertian
SARS (severe Acute Respiratory Syndrome) yang dikenal juga sebagi pneumonia atorpik adalah infeksi virus saluran napas akut yang disebabkan oleh Corona virus yaitu SARS associated coronavirus (SARS-Cov).

2.2 Morfologi Coronavirus
Coronavirus (SARS cornonavirus) adalah virus RNA dari family coronaviridae yang mempunyai virion berselubung, bersifat pleomorfok ukuran 70-12 nm. Virus ini juga sebagai coronavirus pneumonia (CVP) merupakan starain baru viruscorona yang mirip dengan virus corona pada sapi,. Selain tiu SARS diduga juga berkaitan dengan virus baru lain yang menimbulkan demam dan metapneumovirus yang berasal dri famili viruas yang sering sering menyebabkan ganggaun napas pada anak.

2.3 Patogenesis dan Patologi
Sars secara klinis banyak melibatkan saluran nafas  bagian bawah, dibandingkan dengan saluran napas bagian atas. Pada saluran nafas bawah, sel – sel asinus adalah sasaran yang lebih banyak terkena daripada trakea ataupun bronkus. Menurut hasil pemeriksaan post mortem yang dilakukan, diketahui sars memiliki 2 fase dalam pathogenesis.
Fase awal terjadi selama 10 hari pertama penyakit, pada fase ini terjadi proses akut yang mengakibatkan diffuse alveolar damage (DAD) yang eksudatif. Fase ini dicirikan dengan adanya infiltrasidari campuran sel – sel inflamasi serta edema dan pembentukan membrane hialin.
Membran hialin terbentuk dari endapan protein plasma serta debris nucleus dan sitoplasma sel – sel epitel paru (pneumonia) yang rusak. Dengan adanya nekrosis sel – sel epitel paru maka barrier antara sirkulasi darah dan jalan udara menjadi hilang sehingga cairan yang berasal dari pembuluh darah kapiler paru menjadi bebas untuk masuk kedalam ruang alveolus. Namun demikian, karena keterbatasan jumlah pasien SARS  yang meninggal untuk diautopsi, maka masih belum dapat dibuktikan apakah kerusakan epitel paru disebabkan efek toksik virus secara langsung atau sebagai akibat dari respon imun tubuh. Pada tahap eksudatif ini,RNA dan antigen virus dapat diidentifikasi dari makrofag alveolar dan sel epitel paru dengan menggunakan mikroskop electron.
Fase selanjutnya tepat setelah 10 hari perjalanan penyakit dan ditandai dengan perubahan pada DAD eksudatif menjadi DAD yang terorganisir. Pada periode ini, terdapat metaplasia sel epitel skuamosa bronkial, bertambahnya ragam sel dan fibrolisis pada dinding dan lumen alveolus. Pada fase ini tampak dominasi pneumosit tipe 2 dengan pembesaran nucleus, serta nucleoli yang eosinofilik. Selanjutnya sering kali ditemukan sel raksasa dengan banyak nucleus ( multinucleated giant cells) di dalam rongga alveoli. Seperti infeksi CoV lainnya, maka sel raksasa tersebut awalnya diduga sebagai akibat langsung dari CoV SARS. Tetapi setelah dilakukan pemeriksaan imunoperoksidase dan hibridisasiin situ, didapatkan bahwa CoV SARS justru berada didalam  jumlah yang rendah. Maka disimpulkan, bahwa pada fase ini berbagai proses patologis yang terjadi tidak diakibatkan langsung oleh karena replikasi virus yang terus menerus, melainkan karena beratnya kerusakan sel epitel paru yang terjadi pada tahap DAD eksudatif dan diperberat dengan penggunaan ventilator.

2.4 Penyebaran SARS
Pada november 2002 epidemi SARS terjadi diprovinsi Guangdong, Cina, namun dilaporkan Februari 2003 yang kemudianmenyebar ke vietnam, canada, Hongkon, Singapura, amerika dan bernagai negara lainnya melalui jalur wisata. Pada epidemi global tahun 3003 tersebut, menuruut WHO sejumlah 8098 orang penderita dilaporkan dari seluruh dunia dengan angka kematian mencapai 774 orang.
Penularan virus SARS terutama terjadi akibat kontak ornag ke orang denagn penderita SARS yang menular melalui udara, pernapsan, berasal dari batuk atau bersin penderita. Selain itu bahan-bahan yang bersal dari tubuh penderita misalnya dahak dan cairan tubujh lainnya (darah, air seni, air liur penderita) yang mencemari benada-benda yang dipegang oleh seseorang yang kemudian mengusap mulut, hidung atau matanya. Diduga juga menularkan virus ini. Virus juga dapat menular melalui mulut, hidung dan mata yang tersentuh benda yang tercemar bahan infeksi berasal dari penderita SARS. Kontak langsung dengan pendertita melalui ciuman, makan minum dari menggunakan alata makan dan gelas yang sama, menyantuh penderita secara kangsung atau berbiacara dengan penderita kuransg dari 3 kaki merupakan cara penularan utama virus SARS dari penderota ke orang lain. Karena itu, pada wabah SRAS orang-orang yang paling sering tertular penyakit ini adalah para perawat dan tenaga medis yang menangani dan merawat penderita SARS. Krena gejala klinis SARS yang mulanya tidak khas, pekerja dan pelayaan publik lainnya misalanya pegawai imigrasi, polisi, peagawai biro perjalanan, pelayanan toko dan pelayanan restoran juga memilki risiko tinggi tertular SARS.

2.5 Gejala Klinis SARS
Penderita SARS pada mingu pertama penyakitnya mula-mula mengalami demam (>38C) disertai menggigil dan rasa sakit disekujur badan penderita. Selain itu penedrita mengeluh sakit kepala yang disertai rasa lemah dan lesuh. Beberapa orang penderita juga mengalami gangguan pernapasan ringan dan diare.
Jika daya tahan tubuh penderita tinggi, penyakit akan sembuh dalam 3-7 hari. Sebaliknya jika daya tahan tubuh rendah SARS akan berkembang progresif yag terjadi pada minggu ke 2 ditandai batuk-batuk kering dan berat, disertai gangguan pernapassan, napas penderita pendek-pendek sehinga dibutuhkan alat bantu pernapasan. Sebagaian besar penderita akan mengalami pneumonia yang dapat mengakibatkan kematian. Pada orang lanjut usia penyakit SARS dapat menjadi berat akibat adanya penyalkit lain yang diderita. Pada perempuan hamil muda dengan mendirta SARS dapat  mengalami abortus. Sedangka SARS ibu hamil tua, ibu hamil berisiko meninggal dunia. Untuk keperluan surveilans SARS, WHO menentukan gambaran klinis untuk menetapkan diagnosis SARS.
Seseorang ditetapkan sebagai penderita SARS jika menunjukkan:
  1. Sedang menderita demam, atau pernah menderita demam >38 C
  2. Satu atau lebih gejala saluran pernapasan bawah (batuk, sukar bernapas dan napas pendek).
  3. Pemeriksaan radiografi menunjukkan adanay inflitrat paru dengan pneumonia atau pemeriksaan outopsi menunjukkan gambaran patologi pneumonia yang penyebab lainnya tidak diketahui.
  4. Tidak ada penyakit lain yang dapat menjelaskan gejala klinisnya.

2.6 Pemeriksaan Penunjang
1.      Kultur virus
2.      PCR dengan spesimen dahak, feses dan darah perifer.
3.      Uji deteksi antibody dengan IFA (Indirect Immunofluorescent Assay) dan EIA (Enzyme Immunoassay).

2.7 Diagnosis dan dugaan terjadinya SARS
            Penderita demam tinggi diatas 38 C, diikuti gejala infeksi saluran napas bawah (batuk kering berat diikuti gangguan pernapasa dan napas pendek) dengan pemeriksaan radiografi menujukkan gambaran pneumonia harus segera mendapatkan pemeriksaaan laboratorium untuk menemukan virus SARS denagn mengirimkan darah dan bahan-bahan menular berasal dari penderita. Pemeriksaan laboratorium ini memerlukan waktu yang lama karena saat ini hanya dapat dilakukan dilaboratorium Center for Disease Control di Amerika dan Canada.
Suspek SARS yaitu:
1.      Demam tinggi > 380C
2.      Satu atau lebih keluhan pernapasan yaitu batuk, sesak, kesulitan bernapas disertai dengan satu atau lebih keluhan:
-          Kontak dekat dengan orang yang didiagnosis suspek atau probable SARS dalam 10 hari terakhir.
-          Riwayat perjalanan ke tempat yang terkena wabah SARS dalam 10 hari terakhir.
-          Bertempat tinggal ditempat yang terjangkau wabah SARS.
Probable yaitu:
1.      Kasus suspek ditambah dengan gambaran foto toraks yang menunjukkan tanda-tanda penumonia atau respiratory distress syndrome, atau seseorang yang meninggal karena penyakit saluran pernapasan yang tidak jelas penyebabnya dan pada pemeriksaan autopsi ditemukan tanda patologis berupa respiratory distress syndrome yang juga tidak jelas penyebabnya.
2.8 Penatalaksanaan
Indikasi Rawat Inap
-          Suspek SARS dengan gejala klinis berat yaitu:
a.       Sesak napas dengan frekuensi napas 30x/menit
b.      Nadi > 100x/menit.
c.       Ada gangguan kesadaran.
d.      Kondisi umum lemah.
e.       Indikasi rawat inap lain ditentukan oleh dokter yang memeriksa penderita.
I Suspek SARS
1.      Observasi 2X24 jam, perhatikan : keadaan umum, kesadaran, TTV
2.      Terapi suportif
3.      Antibiotik : Amoksilin + anti betalaktamase oral ditambah makrolid generasi baru oral (roksitromisin, klaritromisin, azitromisin)
II Probable SARS
A.    Ringan / sedang
1.      Terapi suportif
2.      Antibiotik
-          Golongan betalaktam + anti betalaktamase (IV) ditambah makrolid generasi baru secara oral.
-          Sefalosporin generasi ke 2 atau ke 3 (IV), makrolid generasi baru
-          Fluorokuinolen respirasi (IV) : moxifloxacin, levofloxacin, gatifloxacin
B.     Berat
1.      Terapi suportif
2.      Antibiotik
a.       TIdak ada factor resiko infeksi pseudomonas:
-          Sefalosporin generasi ke 3 (IV) non pseudomonas ditambah makrolid generasi baru
-          Fluorokuinolen respirasi
b.      Ada factor resiko infeksi pseudomonas :
-          Sefalosporin anti pseudomonas ( seftazidim, sefoperazon, sefipim)/ karbapenen (IV) ditambah flurokuinolon anti pseudomonas (siprofloksasin) / aminoglikosida ditambah makrolid generasi baru.
3.      Kortikosteroid. Hidrokortison (IV) 4 mg/kg BB tiap 8 jam, tapering atau metilprednisolon (IV)  240 – 320 mg tiap hari.
4.      Rebavirin 1,2 gr oral tiap 8 jam atau 8 mg/kg BB IV tiap 8 jam

Keterangan :
Kriteria pneumonia berat salah satu diantara ini :
1.      Frekuensi nafas > 30 kali/menit
2.      PaO2 / FiO2< 250 mmHg
3.      Foto thorak paru kelainan bilateral
4.      Foto thorak paru melibatkan lebih dari 2 lobus
5.      Tekanan sistolik <90 mmHg
6.      Tekanan diastolic < 60 mmHg
Resiko Infeksi Pseudomonas
1.      Bronkiektasis
2.      Pengobatan kortikosteroid lebih dari 10 mg/hari
3.      Pengobatan antibiotic spectrum luas lebih dari 7 hari pada bulan terakhir.
4.      Gizi kurang.











BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1.1    Pengkajian
3.1.1  Identitas Pasien
(meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin dan penanggung jawab).
3.1.2 Keluhan Utama
Demam disertai menggigil dan rasa sakit disekujur badan penderita, sakit kepala yang disertai rasa lemah dan lesuh, gangguan pernapasan ringan dan diare.
3.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Demam > 38C, batuk, sesak, kesulitan napas.
3.1.4 Riwayat penyakit Dahulu
-          Kontak dekat dengan orang yang didiagnosis suspek atau probable SARS dalam 10 hari terakhir.
-          Riwayat perjalanan ke tempat yang terkena wabah SARS dalam 10 hari terakhir.
-          Bertempat tinggal ditempat yang terjangkau wabah SARS.
3.1.5 Pemeriksaan Fisik
B1:
Inspeksi : Sesak, batuk, nyeri dada, penggunaan otot bantu pernafasaan, pernafasaan diafragma dan perut meningkat, pernafasan cuping hidung, pola nafas cepat dan dangkal, retraksi otot bantu pernafasan, RR > 30x/menit.
Palpasi : fremitus vokal menurun.
Perkusi : suara perkusi redup sampai pekak.
Auskultasi: Ronkhi basah, suara napas bronkial.
B2:
Sianosis, nadi > 100x/menit, CRT > 3 detik, BGA menunujukkan hipoksemia, S1 dan S2 tunggal.
B3:
Nyeri kepala, terjadi penurunan kesadaran.

B4:
Terkadang produksi urine menurun
B5:
Mual, muntah, diare, bising usus meningkat, nafsu makan menurun.
B6:
Nyeri otot, kelemahan pada otot.
3.1.6 Pemeriksaan Penunjang
  1. Kultur virus
  2. PCR
  3. Uji serologi: ELISA
  4. Hematologi: leukopenia, limfositopenia, limfositosis relatif, trombositopenia.
  5. Kimia darah: BGA dapat normal atau abnormal, peningkatan SGOT/SGPT, penurunan albumin, peningkatan ureum dan kreatinin.
  6. Pemeriksaan Radiologi: infiltrasi di paru.
1.2    Diagnosa Keperawatan
  1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret.
  2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan O2 dalam udara inspirasi.
  3. Hipertermi berhubungan dengan perubahan pada regulasi temperatur.
  4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan (demam, berkeringat banyak, muntah, hiperventilasi).
  5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh peningkatan kebutuhan metabolik sekunder, anoreksia.
6.      Intoleran aktifitas b.d kelemahan, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
  1. Resiko tinggi penularan infeksi b.d proses penyakit.








BAB IV
PENUTUP

4.1                Kesimpulan
SARS (severe Acute Respiratory Syndrome) yang dikenal juga sebagi pneumonia atorpik adalah infeksi virus saluran napas akut yang disebabkan oleh Corona virus. Penderita SARS pada mingu pertama penyakitnya mula-mula mengalami demam (>38C) disertai menggigil dan rasa sakit disekujur badan penderita. Selain itu penedrita mengeluh sakit kepala yang disertai rasa lemah dan lesuh. Beberapa orang penderita juga mengalami gangguan pernapasan ringan dan diare.

4.2                Saran
Diharapkan perawat dapat bertindak secara profesional dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan SARS, mampu mengkaji masalah pasien secara akurat sehingga dapat dirumuskan suatu diagnosa yang tepat dan dapat dirancang intervensi, melaksanakan implementasi secara tepat sehingga pada evaluasi akan diperoleh hasil sesuai dengan tujuan yaitu masalah keperawatan pada pasien dapat teratasi.

2 komentar:

  1. Thank you for sharing the information very useful. It is very pleasant to read this article from your website.
    Obat ambeien yang paling ampuh ditahun ini http://obatambeien.agaricpro.biz/

    BalasHapus