Pengertian
SARS (severe Acute
Respiratory Syndrome) yang dikenal juga sebagi pneumonia atorpik adalah infeksi
virus saluran napas akut yang disebabkan oleh Corona virus yaitu SARS
associated coronavirus (SARS-Cov).
2.2
Morfologi Coronavirus
Coronavirus (SARS
cornonavirus) adalah virus RNA dari family coronaviridae yang mempunyai virion
berselubung, bersifat pleomorfok ukuran 70-12 nm. Virus ini juga sebagai
coronavirus pneumonia (CVP) merupakan starain baru viruscorona yang mirip
dengan virus corona pada sapi,. Selain tiu SARS diduga juga berkaitan dengan
virus baru lain yang menimbulkan demam dan metapneumovirus yang berasal dri
famili viruas yang sering sering menyebabkan ganggaun napas pada anak.
2.3
Patogenesis dan Patologi
Sars secara klinis
banyak melibatkan saluran nafas bagian
bawah, dibandingkan dengan saluran napas bagian atas. Pada saluran nafas bawah,
sel – sel asinus adalah sasaran yang lebih banyak terkena daripada trakea
ataupun bronkus. Menurut hasil pemeriksaan post mortem yang dilakukan,
diketahui sars memiliki 2 fase dalam pathogenesis.
Fase awal terjadi
selama 10 hari pertama penyakit, pada fase ini terjadi proses akut yang mengakibatkan
diffuse alveolar damage (DAD) yang eksudatif. Fase ini dicirikan dengan adanya
infiltrasidari campuran sel – sel inflamasi serta edema dan pembentukan
membrane hialin.
Membran hialin
terbentuk dari endapan protein plasma serta debris nucleus dan sitoplasma sel –
sel epitel paru (pneumonia) yang rusak. Dengan adanya nekrosis sel – sel epitel
paru maka barrier antara sirkulasi darah dan jalan udara menjadi hilang
sehingga cairan yang berasal dari pembuluh darah kapiler paru menjadi bebas
untuk masuk kedalam ruang alveolus. Namun demikian, karena keterbatasan jumlah
pasien SARS yang meninggal untuk
diautopsi, maka masih belum dapat dibuktikan apakah kerusakan epitel paru
disebabkan efek toksik virus secara langsung atau sebagai akibat dari respon
imun tubuh. Pada tahap eksudatif ini,RNA dan antigen virus dapat diidentifikasi
dari makrofag alveolar dan sel epitel paru dengan menggunakan mikroskop
electron.
Fase selanjutnya tepat
setelah 10 hari perjalanan penyakit dan ditandai dengan perubahan pada DAD
eksudatif menjadi DAD yang terorganisir. Pada periode ini, terdapat metaplasia
sel epitel skuamosa bronkial, bertambahnya ragam sel dan fibrolisis pada
dinding dan lumen alveolus. Pada fase ini tampak dominasi pneumosit tipe 2
dengan pembesaran nucleus, serta nucleoli yang eosinofilik. Selanjutnya sering
kali ditemukan sel raksasa dengan banyak nucleus ( multinucleated giant cells)
di dalam rongga alveoli. Seperti infeksi CoV lainnya, maka sel raksasa tersebut
awalnya diduga sebagai akibat langsung dari CoV SARS. Tetapi setelah dilakukan
pemeriksaan imunoperoksidase dan hibridisasiin situ, didapatkan bahwa CoV SARS
justru berada didalam jumlah yang
rendah. Maka disimpulkan, bahwa pada fase ini berbagai proses patologis yang
terjadi tidak diakibatkan langsung oleh karena replikasi virus yang terus
menerus, melainkan karena beratnya kerusakan sel epitel paru yang terjadi pada
tahap DAD eksudatif dan diperberat dengan penggunaan ventilator.
2.4
Penyebaran SARS
Pada november 2002
epidemi SARS terjadi diprovinsi Guangdong, Cina, namun dilaporkan Februari 2003
yang kemudianmenyebar ke vietnam, canada, Hongkon, Singapura, amerika dan
bernagai negara lainnya melalui jalur wisata. Pada epidemi global tahun 3003
tersebut, menuruut WHO sejumlah 8098 orang penderita dilaporkan dari seluruh
dunia dengan angka kematian mencapai 774 orang.
Penularan virus SARS
terutama terjadi akibat kontak ornag ke orang denagn penderita SARS yang
menular melalui udara, pernapsan, berasal dari batuk atau bersin penderita.
Selain itu bahan-bahan yang bersal dari tubuh penderita misalnya dahak dan
cairan tubujh lainnya (darah, air seni, air liur penderita) yang mencemari
benada-benda yang dipegang oleh seseorang yang kemudian mengusap mulut, hidung
atau matanya. Diduga juga menularkan virus ini. Virus juga dapat menular
melalui mulut, hidung dan mata yang tersentuh benda yang tercemar bahan infeksi
berasal dari penderita SARS. Kontak langsung dengan pendertita melalui ciuman,
makan minum dari menggunakan alata makan dan gelas yang sama, menyantuh
penderita secara kangsung atau berbiacara dengan penderita kuransg dari 3 kaki
merupakan cara penularan utama virus SARS dari penderota ke orang lain. Karena
itu, pada wabah SRAS orang-orang yang paling sering tertular penyakit ini
adalah para perawat dan tenaga medis yang menangani dan merawat penderita SARS.
Krena gejala klinis SARS yang mulanya tidak khas, pekerja dan pelayaan publik
lainnya misalanya pegawai imigrasi, polisi, peagawai biro perjalanan, pelayanan
toko dan pelayanan restoran juga memilki risiko tinggi tertular SARS.
2.5
Gejala Klinis SARS
Penderita SARS pada
mingu pertama penyakitnya mula-mula mengalami demam (>38C) disertai
menggigil dan rasa sakit disekujur badan penderita. Selain itu penedrita
mengeluh sakit kepala yang disertai rasa lemah dan lesuh. Beberapa orang
penderita juga mengalami gangguan pernapasan ringan dan diare.
Jika daya tahan tubuh
penderita tinggi, penyakit akan sembuh dalam 3-7 hari. Sebaliknya jika daya
tahan tubuh rendah SARS akan berkembang progresif yag terjadi pada minggu ke 2
ditandai batuk-batuk kering dan berat, disertai gangguan pernapassan, napas
penderita pendek-pendek sehinga dibutuhkan alat bantu pernapasan. Sebagaian
besar penderita akan mengalami pneumonia yang dapat mengakibatkan kematian.
Pada orang lanjut usia penyakit SARS dapat menjadi berat akibat adanya
penyalkit lain yang diderita. Pada perempuan hamil muda dengan mendirta SARS
dapat mengalami abortus. Sedangka SARS
ibu hamil tua, ibu hamil berisiko meninggal dunia. Untuk keperluan surveilans
SARS, WHO menentukan gambaran klinis untuk menetapkan diagnosis SARS.
Seseorang ditetapkan sebagai penderita
SARS jika menunjukkan:
- Sedang menderita demam, atau pernah menderita demam >38 C
- Satu atau lebih gejala saluran pernapasan bawah (batuk, sukar bernapas dan napas pendek).
- Pemeriksaan radiografi menunjukkan adanay inflitrat paru dengan pneumonia atau pemeriksaan outopsi menunjukkan gambaran patologi pneumonia yang penyebab lainnya tidak diketahui.
- Tidak ada penyakit lain yang dapat menjelaskan gejala klinisnya.
2.6
Pemeriksaan Penunjang
1.
Kultur virus
2.
PCR dengan spesimen dahak, feses dan
darah perifer.
3.
Uji deteksi antibody dengan IFA
(Indirect Immunofluorescent Assay) dan EIA (Enzyme Immunoassay).
2.7
Diagnosis dan dugaan terjadinya SARS
Penderita demam tinggi diatas 38 C,
diikuti gejala infeksi saluran napas bawah (batuk kering berat diikuti gangguan
pernapasa dan napas pendek) dengan pemeriksaan radiografi menujukkan gambaran
pneumonia harus segera mendapatkan pemeriksaaan laboratorium untuk menemukan
virus SARS denagn mengirimkan darah dan bahan-bahan menular berasal dari
penderita. Pemeriksaan laboratorium ini memerlukan waktu yang lama karena saat
ini hanya dapat dilakukan dilaboratorium Center for Disease Control di Amerika
dan Canada.
Suspek SARS yaitu:
1.
Demam tinggi > 380C
2.
Satu atau lebih keluhan pernapasan yaitu
batuk, sesak, kesulitan bernapas disertai dengan satu atau lebih keluhan:
-
Kontak dekat dengan orang yang
didiagnosis suspek atau probable SARS dalam 10 hari terakhir.
-
Riwayat perjalanan ke tempat yang
terkena wabah SARS dalam 10 hari terakhir.
-
Bertempat tinggal ditempat yang
terjangkau wabah SARS.
Probable yaitu:
1.
Kasus suspek ditambah dengan gambaran
foto toraks yang menunjukkan tanda-tanda penumonia atau respiratory distress
syndrome, atau seseorang yang meninggal karena penyakit saluran pernapasan yang
tidak jelas penyebabnya dan pada pemeriksaan autopsi ditemukan tanda patologis
berupa respiratory distress syndrome yang juga tidak jelas penyebabnya.
2.8
Penatalaksanaan
Indikasi Rawat Inap
-
Suspek SARS dengan gejala klinis berat
yaitu:
a. Sesak
napas dengan frekuensi napas 30x/menit
b. Nadi
> 100x/menit.
c. Ada
gangguan kesadaran.
d. Kondisi
umum lemah.
e. Indikasi
rawat inap lain ditentukan oleh dokter yang memeriksa penderita.
I Suspek SARS
1.
Observasi 2X24 jam, perhatikan : keadaan
umum, kesadaran, TTV
2.
Terapi suportif
3.
Antibiotik : Amoksilin + anti
betalaktamase oral ditambah makrolid generasi baru oral (roksitromisin,
klaritromisin, azitromisin)
II
Probable SARS
A.
Ringan / sedang
1. Terapi
suportif
2. Antibiotik
-
Golongan betalaktam + anti betalaktamase
(IV) ditambah makrolid generasi baru secara oral.
-
Sefalosporin generasi ke 2 atau ke 3
(IV), makrolid generasi baru
-
Fluorokuinolen respirasi (IV) :
moxifloxacin, levofloxacin, gatifloxacin
B.
Berat
1. Terapi
suportif
2. Antibiotik
a. TIdak
ada factor resiko infeksi pseudomonas:
-
Sefalosporin generasi ke 3 (IV) non
pseudomonas ditambah makrolid generasi baru
-
Fluorokuinolen respirasi
b. Ada
factor resiko infeksi pseudomonas :
-
Sefalosporin anti pseudomonas (
seftazidim, sefoperazon, sefipim)/ karbapenen (IV) ditambah flurokuinolon anti
pseudomonas (siprofloksasin) / aminoglikosida ditambah makrolid generasi baru.
3. Kortikosteroid.
Hidrokortison (IV) 4 mg/kg BB tiap 8 jam, tapering atau metilprednisolon
(IV) 240 – 320 mg tiap hari.
4. Rebavirin
1,2 gr oral tiap 8 jam atau 8 mg/kg BB IV tiap 8 jam
Keterangan
:
Kriteria
pneumonia berat salah satu diantara ini :
1. Frekuensi
nafas > 30 kali/menit
2. PaO2
/ FiO2< 250 mmHg
3. Foto
thorak paru kelainan bilateral
4. Foto
thorak paru melibatkan lebih dari 2 lobus
5. Tekanan
sistolik <90 mmHg
6. Tekanan
diastolic < 60 mmHg
Resiko
Infeksi Pseudomonas
1. Bronkiektasis
2. Pengobatan
kortikosteroid lebih dari 10 mg/hari
3. Pengobatan
antibiotic spectrum luas lebih dari 7 hari pada bulan terakhir.
4. Gizi
kurang.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1.1
Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
(meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin dan
penanggung jawab).
3.1.2
Keluhan Utama
Demam disertai
menggigil dan rasa sakit disekujur badan penderita, sakit kepala yang disertai
rasa lemah dan lesuh, gangguan pernapasan ringan dan diare.
3.1.3
Riwayat Penyakit Sekarang
Demam > 38C, batuk,
sesak, kesulitan napas.
3.1.4
Riwayat penyakit Dahulu
-
Kontak dekat dengan orang yang
didiagnosis suspek atau probable SARS dalam 10 hari terakhir.
-
Riwayat perjalanan ke tempat yang
terkena wabah SARS dalam 10 hari terakhir.
-
Bertempat tinggal ditempat yang
terjangkau wabah SARS.
3.1.5
Pemeriksaan Fisik
B1:
Inspeksi :
Sesak, batuk, nyeri dada, penggunaan otot bantu pernafasaan, pernafasaan
diafragma dan perut meningkat, pernafasan cuping hidung, pola nafas cepat dan
dangkal, retraksi otot bantu pernafasan, RR > 30x/menit.
Palpasi :
fremitus vokal menurun.
Perkusi : suara
perkusi redup sampai pekak.
Auskultasi:
Ronkhi basah, suara napas bronkial.
B2:
Sianosis,
nadi > 100x/menit, CRT > 3 detik, BGA menunujukkan hipoksemia, S1 dan S2
tunggal.
B3:
Nyeri
kepala, terjadi penurunan kesadaran.
B4:
Terkadang
produksi urine menurun
B5:
Mual, muntah, diare, bising usus meningkat, nafsu
makan menurun.
B6:
Nyeri otot, kelemahan pada otot.
3.1.6
Pemeriksaan Penunjang
- Kultur virus
- PCR
- Uji serologi: ELISA
- Hematologi: leukopenia, limfositopenia, limfositosis relatif, trombositopenia.
- Kimia darah: BGA dapat normal atau abnormal, peningkatan SGOT/SGPT, penurunan albumin, peningkatan ureum dan kreatinin.
- Pemeriksaan Radiologi: infiltrasi di paru.
1.2 Diagnosa Keperawatan
- Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret.
- Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan O2 dalam udara inspirasi.
- Hipertermi berhubungan dengan perubahan pada regulasi temperatur.
- Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan (demam, berkeringat banyak, muntah, hiperventilasi).
- Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh peningkatan kebutuhan metabolik sekunder, anoreksia.
6. Intoleran aktifitas b.d kelemahan, ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan O2.
- Resiko tinggi penularan infeksi b.d proses penyakit.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
SARS (severe Acute
Respiratory Syndrome) yang dikenal juga sebagi pneumonia atorpik adalah infeksi
virus saluran napas akut yang disebabkan oleh Corona virus. Penderita SARS pada
mingu pertama penyakitnya mula-mula mengalami demam (>38C) disertai
menggigil dan rasa sakit disekujur badan penderita. Selain itu penedrita
mengeluh sakit kepala yang disertai rasa lemah dan lesuh. Beberapa orang
penderita juga mengalami gangguan pernapasan ringan dan diare.
4.2
Saran
Diharapkan
perawat dapat bertindak secara profesional dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan SARS, mampu mengkaji masalah pasien secara akurat sehingga
dapat dirumuskan suatu diagnosa yang tepat dan dapat dirancang intervensi,
melaksanakan implementasi secara tepat sehingga pada evaluasi akan diperoleh hasil
sesuai dengan tujuan yaitu masalah keperawatan
pada
pasien dapat teratasi.
terima asih sudah berbagi infonya
BalasHapusOBAT BATUK
OBAT BATUK
OBAT BATUK
OBAT BATUK
OBAT BATUK
OBAT BATUK
OBAT BATUK
OBAT BATUK
OBAT BATUK
OBAT BATUK
OBAT BATUK
OBAT BATUK
Thank you for sharing the information very useful. It is very pleasant to read this article from your website.
BalasHapusObat ambeien yang paling ampuh ditahun ini http://obatambeien.agaricpro.biz/