A.
DEFINISI
HEPATOMA
Hepatoma
(Karsinoma Hepatoseluler) adalah kanker yang berasal dari hepatosit
(karsinoma hepatoseluler) atau dari duktus empedu (kolangiokarsinoma). (Corwin,
2009).
Hepatoma
adalah massa abnormal pada sel hati,tumor hati dapat berupa benigna atau
maligna.tumor dapat berupa tumor primer atau metastase dari jaringan lain
(Timby,1999)
ETIOLOGI
HEPATOMA
1) Penyebab
pasti Hepatoma belum diketahui secara pasti
2)
Studi epidemiologi menunjukkan
hepatoma berhubungan dengan Sirosis Hepatis, hepatitis kronis, Hepatitis B dan Hepatitis C.
Virus hepatitis B dapat menyebabkan kanker hati karena adanya kombinasi
peradangan kronis dan integrasi genom virus ke dalam DNA pasien. Risiko kanker
hati seumur hidup dari pasien hepatitis C adalah 5%, dan terjadi setelah 30
tahun terinfeksi.
3) Bahan-bahan
Hepatokarsinogenik :
§ Aflatoksin.
Karsinogen hati ini adalah hasil dari kontaminasi jamur pada bahan makanan di
Afrika dan Asia Tenggara. Hal ini menyebabkan kerusakan DNA dan mutasi gen
p53. Biasanya aflatoksin terdapat pada kacang-kacangan atau makanan yang
disimpan dalam waktu lama
§ Alkohol. Risiko kanker hati lebih besar terjadi setelah pasien
berhenti minum alkohol, karena peminum berat tidak bertahan cukup lama untuk
mengembangkan kanker. Pecinta alkohol yang minum lebih dari 80 g/d atau lebih
dari 6-7 gelas per hari, dapat meningkatkan risiko kanker hati hingga 5 kali
lipat.
§ Penggunaan
steroid anabolic
§ Penggunaan
androgen yang berlebihan
§ Bahan
kontrasepsi oral
§ Penimbunan
zat besi yang berlebihan dalam hati (Hemochromatosis)
PATOFISIOLOGI HEPATOMA
Hepatoma
75 % berasal dari sirosis hati yang lama/menahun. Khususnya yang disebabkan
oleh alkoholik dan postnekrotik.
Pedoman
diagnostik yang paling penting adalah terjadinya kerusakan yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya. Pada penderita sirosis hati yang disertai pembesaran hati mendadak.
Tumor
hati yang paling sering adalah metastase tumor ganas dari tempat lain.
Matastase ke hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50 % kematian akibat kanker.
Hal ini benar, khususnya untuk keganasan pada saluran pencernaan, tetapi banyak
tumor lain juga memperlihatkan kecenderungan untuk bermestatase ke hati,
misalnya kanker payudara, paru-paru, uterus, dan pankreas.
Diagnosa
sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui sampai penyebaran tumor
yang luas, sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal lagi.
Ada
2 type :
1.
Type masif : tumor tunggal di lobus
kanan.
2.
Type Nodule : tumor multiple
kecil-kecil dalam ukuran yang tidak sama.
Penyebarannya :
1. Intrahepatal.
2. Ekstrahepatal.
TANDA DAN GEJALA
1.
Terdapatnya suatu masssa yang besar,
yang dapat dirasakan/diraba di perut kanan bagian atas.
2.
Demam
3.
Keluhan sakit perut atau rasa penuh
ataupun ada rasa bengkak di perut kanan atas
4.
Nafsu makan berkurang,
5.
Berat badan menurun, dan rasa lemas.
6.
Keluhan lain terjadinya perut membesar
karena ascites (penimbunan cairan dalam rongga perut), mual, tidak bisa tidur,
nyeri otot, berak hitam, demam, bengkak kaki, kuning, muntah, gatal, muntah
darah, perdarahan dari dubur, dan lain-lain.
KOMPLIKASI
Komplikasi
yang sering terjadi pada sirosis adalah asites, perdarahan saluran cerna bagian
atas, ensefalopati hepatika, dan sindrom hepatorenal. Sindrom hepatorenal
adalah suatu keadaan pada pasien dengan hepatitis kronik, kegagalan fungsi
hati, hipertensi portal, yang ditandai dengan gangguan fungsi ginjal dan
sirkulasi darah Sindrom ini mempunyai risiko kematian yang tinggi.
STADIUM
Stadium I : Satu
fokal tumorberdiameter \ hati.
Stadium II : Satu
fokal tumor berdiameter > 3 cm. Tumor terbatas pada segment I atau multi-fokal
tumor terbatas padlobus kanan atau lobus kiri hati.
Stadium III : Tumor pada segment I
meluas ke lobus kiri (segment IV) atau ke lobus kanan segment V dan VIII atau
tumor dengan invasi peripheral ke sistem pembuluh darah (vascular) atau
pembuluh empedu (biliary duct) tetapi hanya terbatas pada lobus kanan atau
lobus kiri hati.
Stadium IV :Multi-fokal
atau diffuse tumor yang mengenai lobus kanan dan lobus kiri hati.
-
atau tumor dengan invasi ke dalam pembuluh darah hati (intra hepaticvaskuler )
ataupun pembuluh empedu (biliary duct)
- atau tumor dengan invasi ke pembuluh darah di luar hati (extra hepatic vessel) seperti pembuluh darah vena limpa (vena lienalis)
- atau tumor dengan invasi ke pembuluh darah di luar hati (extra hepatic vessel) seperti pembuluh darah vena limpa (vena lienalis)
- atau vena cava
inferior-atau adanya metastase keluar dari hati (extra hepatic metastase)
PENATALAKSANAAN
1. Tindakan
bedah bagi tumor yang kecil dan berada pada salah satu lobus hati
Dapat
di lakukan dengan reseksi segmen atau lobus yang terkena tumor,meski hasil akhirnya cenderung buruk
karena metastase intra hepatic yang dapat kambuh.
2.
Kemoterapi dapat dilakukan untuk
menurunkan ukuran tumor dan untuk
mengurangi nyeri
3.
Transplantasi liver dapat di lakukan
pada stadium akhir tumor hati
Pasca
transplantasi liver perlu pemberian obat imunosupresan untuk mencegah
terjadinya penolakan tubuh.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1.
Laboratorium:
Darah
lengkap ; SGOT,SGPT,LDH,CPK, Alfa fetoprotein ³ 500 mg/dl,
HbsAg positf dalam serum, Kalium, Kalsium. Alkaline fosfatase naik,
2.
Radiologi : Ultrasonografi (USG),
CT-Scan, Thorak foto, Magnetic Resonance Imaging (MRI), Arteriography ataupun
Positron Emission Tomography (PET.
3.
Biopsi dan Peritoneoscopy jaringan
liver.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN HEPATITIS
A. PENGKAJIAN
1.
Identitas Meliputi
Nama
pasien, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat, tgl
mrs, diagnosa medis.
2.
Keluhan Utama.
Pada
umumnya pasien hepatitis mempunyai keluhan malas makan, sesak nafas, minum 1-2
gls/hari, perut mual muntah, kembung dan sebah, klien mengeluh kaki lemas tidak
bisa berjalan nyeri saat dibuat jalan dan perut membesar.
3.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Keadaan
yang menyebabkan kx MRS biasanya ditandai dengan fatique (lemah) malaise, perut
membesar, kembung, mual, muntah, nafsu makan menurun, konstipasi atau diare, BB
menurun.
Biasanya ada perubahan
pada warna urine.
a.
Hepatitis A ( masa Inkubasi, 3 – 5
minggu )
·
Gejala Prodromal : lelah, anoreksia,
malaise, sakit kepala, demam ringan, mual, muntah. Pada saat ini sangat
menular, biasanya 2 minggu sebelum ikterik
·
Fase Ikterik : Jaudice, urine berwarna
seperti teh, feses berwarna tanah, nyeri dan nyeri tekan di kuadran kanan atas.
·
Gejala lebih ringan pada anak – anak
b.
Hepatitis B ( masa inkubasi 2 – 5 minggu)
·
Gejala Prodromal (awitan tersembunyi) :
lelah, anoreksia, ketidaknyamanan abdominal, mual, muntah, sakit kepala
·
Dapat juga mengalami mialgia, fotopobia, artritis,
angiodema urtikaria, ruam makulopapular, vaskulitis.
·
Fase Ikterik terjadi 1 minggu sampai 2
minggu setelah awitan gejala.
c.
Hepatitis C ( Masa inkubasi 1minggu
sampai beberapa bulan)
Hampir
sama dengan HBV tetapi tidak begitu parah
d.
Hepatitis D (Masa inkubasi tidak jelas)
Hampir
sama dengan HBV tetapi tidak begitu parah
Riwayat
pasien :
Tanyakan
tentang penggunaan obat – obatan dan transfusi darah, kontak dengan orang yang
terinfeksi (termasuk aktivitas seksual), perjalanan kedaerah endemik, dan
mengkonsumsi makanan atau minuman yang mungkin terkontaminasi untuk menentukan
penyebab hepatitis.
4.
Pola-pola Fungsi Kesehatan
a. Pola
persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Bagaimana
persepsi klien tentang tata laksana hidup sehat.
b. Pola
nutrisi dan metabolik.
Pada
hepatitis mengeluh nafsu makan menurun, mual, muntah.
c. Pola
eliminasi.
Eleminasi
alvi : sukar BAB, diare.
Eleminasi urine : warna
urine lebih kuning teh kecoklatan seperti teh (gelap).
d. Pola
istirahat tidur.
Pola istirahat periode
akut dengan keadaan lemah, bangun tidur kepala sering pusing, tidur tidak
nyenyak karena merasa mual, dan muntah.
e. Pola
aktivitas dan latihan.
Badan terasa lemah,
letih, dan kemampuan kerja menurun, hal ini disebabkan karena kurang
tersedianya tenaga atau kalori dalam tubuh sebagai akibat adanya gangguan
metabolisme.
f.
Pola persepsi dan konsep diri.
Pengaruh status
kesehatan seperti mempengaruhi persepsi hidup sehat dan pengetahuan tentang
keperawatan diri biasanya hygiene yang kurang, sedih, marah, dan depresi
g. Pola
sensori dan kognitif.
-
Sensori : merasa nyari terutama pada
perut sebelah kanan atas.
-
Kognetif : proses berfikir.
h. Pola
produksi sexsual.
Pola hubungan
sexsualitasnya merasa ada gangguan menstruasi atau haid sedang pada laki-laki
ada pengerutan testis.
i.
Pola hubungan dan peran.
Terjadinya perubahan
peran yang dapat menggangu hubungan interpersonal yaitu klien merasa tidak
berguna, menarik diri.
j.
Pola tata nilai dan kepercayaan.
Biasanya pada klien
hepatitis timbul stress dalam spritual serta kebiasaan ibadahnya.
5.
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan
Umum
Sesak
nafas, panas, perut membesar, lemah dan pucat.
b. Gejala
Vital
Suhu badan meningkat,
takikardi, tensi darah, meningkat nafas cepat dan dangkal, kesadaran compos
metis.
c. Pemeriksaan
Kepala dan Leher
Pada umumnya pada Px
hepatitis adalah pada rambut mengalami kerontokan, kepala tidak terdapat
benjolan dan mata terdapat ikterus pada sklera serta konjungtiva anemis.
d. Sistem
Respirasi
Anatomi dada/thorak
biasanya pada Px hepatitis terdapat spindernerviretruris otot, pernafasan +
gerakan dada dan perut tidak seirama, sesak nafas, pernafasan dangkal,
pernafasan cuping hidung.
e. Sistem
Cardiovakuler
Pada Px hepatitis
biasanya ditemukan peningkatan nadi dan tensi darah meningkat.
f.
Sistem Gastro Internal
Pada umumnya Px
hepatitis di temukan adanya autes, hati bisa mengecil atau membesar dan kaput
mendora, nyeri tekan perut atas kanan, muntah berwarna hitam, diare kecoklatan
sampai hitam, acites, bising usus menurun.
g. Sistem
Gastro Urinaria
Pada klien hepatitis
biasanya di temukan etropi testis penurunan libido, haid pada wanita, warna
urin lebih kuning tua / kecoklatan.
h. Sistem
Muskulas
Adanya
edema pada tungkai, kelemahan gerak.
i.
Sistem Endokrin
Pada
klien hepatitis tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada
penderita hepatitis :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan
absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan
pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam
sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar.
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis
sekunder terhadap hepatitis.
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan
berhubungan dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam
garam empedu.
6. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan
dengan sifat menular dari agent virus.
C. INTERVENSI
Dx I : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan
absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
Tujuan
: klien memiliki nafsu makan kembali.
KH : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan
dengan nilai laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
Rencana
tindakan :
1. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan.
R/ keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan.
2. Awasi pemasukan diet / jumlah kalori, tawarkan makan
sedikit tapi sering.
R/ adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro intestinal dan
menurunkan kapasitasnya.
3. Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan
sesudah makan
R/ akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru dan rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan.
R/ akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru dan rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan.
4. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
R/ menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan.
5. Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak.
R/ glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan energi,
sedangkan lemak sulit untuk diserap/dimetabolisme sehingga akan membebani
hepar.
Dx II : Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan
pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
Tujuan : berkurangnya rasa nyeri.
KH : Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak
meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya).
Rencana
tindakan :
1.
Kolaborasi
dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk intensitas
nyeri.
R/ nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat
tidak nyaman, oleh karena terdapat
peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan kepada individu yang
mengalami perubahan kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri.
2.
Tunjukkan pada
klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
- Akui adanya nyeri. Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang nyerinya.
- Akui adanya nyeri. Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang nyerinya.
R/ klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan bahwa
ia mengalami nyeri.
3.
Berikan informasi
akurat dan Jelaskan penyebab nyeri.
R/ klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang
sesungguhnya akan dirasakan (cenderung lebih tenang dibanding klien yang
penjelasan kurang/tidak terdapat penjelasan).
4.
Bahas dengan dokter penggunaan analgetik
yang tak mengandung efek hepatotoksi.
R/ kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk mengurangi
nyeri.
Dx
III : Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam
sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar.
Tujuan : Tidak terjadi peningkatan suhu
KH : suhu tubuh normal (36°C
- 37°C)
Rencana Tindakan :
1.
Monitor tanda
vital : suhu badan.
R/ sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi.
2.
Ajarkan klien
pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat (sedikitnya 2000 l/hari) untuk
mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3 liter/hari.
R/ dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya dehidrasi.
R/ dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya dehidrasi.
3.
Berikan kompres
hangat pada lipatan ketiak dan femur.
R/ menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga
terjadi vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi
panas tubuh melalui penguapan.
4.
Anjurkan klien
untuk memakai pakaian yang menyerap keringat.
R/ kondisi kulit yang mengalami lembab memicu
timbulnya pertumbuhan jamur. Juga akan mengurangi kenyamanan klien, mencegah
timbulnya ruam kulit.
D.
IMPLEMENTASI
Pada
tahap ini ada pengolahan dan perwujudan dari rencana perawatan yang disusun
pada tahap perencanaan perawatan yang telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan secara optimal.
E. EVALUASI
Evaluasi
adalah perbandingan yang ritemik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan
tujuan yang telah ditetapkan dan di lakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melihat pasien dari tenaga kesehatan lain.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KLIEN DENGAN HEPATOMA
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
Pengkajian
ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang, status sosial ekonomi,
adat / kebudayaan, dan keyakinan spiritual, sehingga mudah dalam komunikasi dan
menentukan tindakan keperawatan yang sesuai.
1. Riwayat
Keperawatan
Keluhan
utama : Adanya pembesaran hepar yang dirasakan semakin mengganggu sehingga bisa
menimbulkan keluhan sesak napas yang dirasakan semakin berat disamping itu
disertai nyeri abdomen.
a.
Riwayat Penyakit sekarang
Riwayat
Penyakit Sekarang dapat diperoleh melalui orang lain atau dengan klien itu sendiri. Dikaji untuk
mendapatkan kemungkinan adanya penyakit yang mendasari hepatoma seperti
hepatitis dan sirosis hepatic.
b.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat
Penyakit Dahulu dikaji untuk mendapatkan data mengenai penyakit yang pernah diderita oleh klien.
c.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat
Penyakit Keluarga dikaji untuk mengetahui data mengenai penyakit yang pernah dialami oleh anggota keluarga, adanya anggota keluarga
yang menderita penyakit yang sama.
2. Pemeriksaan
Fisik
Fase
dini : Asimtomatik.
Fase
lanjut :Tidak dikenal simtom yang
patognomonik.
Keluhan
berupa nyeri abdomen, kelemahan dan penurunan berat badan, anoreksia, rasa
penuh setelah makan terkadang disertai muntah dan mual. Bila ada metastasis ke
tulang penderita mengeluh nyeri tulang.
Pada
pemeriksaan fisik bisa didapatkan :
1. Ascites
2. Ikterus
3. Splenomegali,
Eritema palmaris, Edema.
Secara
umum pengkajian Keperawatan pada klien dengan kasus Hepatoma, meliputi:
·
Gangguan metabolisme
·
Perdarahan
·
Asites
·
Edema
·
Hipoalbuminemia
·
Jaundice/icterus
·
Komplikasi endokrin
·
Aktivitas terganggu akibat pengobatan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan
pengkajian di atas maka diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah:
1.
Ketidakefektifan pola pernapasan
berhubungan dengan adanya penurunan ekspansi paru (ascites dan penekanan
diafragma)
2.
Nyeri akut abdomen berhubungan dengan
adanya penumpukan cairan dalam rongga abdomen (ascites).
3.
Gangguan nutrisi : Kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan tidak
adekuatnya asupan nutrisi.
4.
Gangguan istirahat tidur berhubungan
dengan sesak dan nyeri.
5.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
sesak dan nyeri
6.
Cemas berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang penyakit yang diderita.
C.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Dx 1 : Ketidakefektifan pola pernapasan
berhubungan dengan adanya penurunan ekspansi paru (ascites dan penekanan
diafragma)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapakan pernapasan
efektif kembali
Kriteria : Tidak mengeluh sesak napas, RR 20 –
24 X/menit. Hasil Lab BGA Normal
Intervensi
:
1)
Pertahankan Posisi semi fowler.
Rasional
: Posisi ini memungkinkan tidak terjadinya penekanan isi perut terhadap
diafragma sehingga meningkatkan ruangan untuk ekspansi paru yang maksimal. Disamping itu posisi ini juga
mengurangi peningkatan volume darah paru sehingga memperluas ruangan yang dapat
diisi oleh udara.
2)
Observasi gejala kardinal dan monitor
tanda – tanda ketidakefektifan jalan napas.
Rasional
: Pemantau lebih dini terhadap perubahan yang terjadi sehingga dapat diambil
tindakan penanganan segera.
3)
Berikan penjelasan tentang penyebab
sesak dan motivasi utuk membatasi aktivitas.
Rasional
: Pengertian klien akan mengundang partispasi klien dalam mengatasi
permasalahan yang terjadi.
4)
Kolaborasi dengan tim medis (dokter)
dalam pemberian Oksigen dan pemeriksaan Gas darah.
Rasional
: Pemberian oksigen akan membantu pernapasan sehingga eskpasi paru dapat
maksimal. Pemeriksaan gas darah
untuk mengetahui kemampuan bernapas.
Dx 2 : Nyeri akut abdomen berhubungan
dengan adanya penumpukan cairan dalam rongga abdomen (ascites).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakkan
keperawatan diharapakn nyeri dapat
berkurang atau Pasien bebas dari nyeri.
Kriteria : Tidak mengeluh nyeri abdomen, tidak
meringis, Nadi 70 – 80 x/menit.
Intervensi
:
1) Lakukan
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik.
Rasional
: Analgesik bekerja mengurangi reseptor nyeri dalam mencapai sistim saraf
sentral.
2) Atur
posisi klien yang enak sesuai dengan
keadaan.
Rasional
: Dengan posisi miring ke sisi yang sehat disesuaikan dengan gaya
gravitasi,maka dengan miring kesisi yang sehat maka terjadi pengurangan penekanan sisi yang sakit.
3) Awasi
respon emosional klien terhadap proses nyeri.
Rasional
: Keadaan emosional mempunyai dampak pada kemampuan klien untuk menangani
nyeri.
4) Ajarkan
teknik pengurangan nyeri dengan teknik
distraksi.
Rasional
: Teknik distraksi merupakan teknik pengalihan perhatian sehingga mengurangi
emosional dan kognitif.
5) Observasi
tanda-tanda vital.
Rasional
: Deteksi dini adanya kelainan
Dx 3 : Gangguan nutrisi : Kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan tidak
adekuatnya asupan nutrisi.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpeniuhi.
Kriteria
: Kriteria berat badan naik, klien mau mengkonsumsi makanan yang di sediakan.
Intervensi
:
1) Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian vitamin.
Rasional
: Dengan pemberian vitamin membantu proses metabolisme, mempertahankan fungsi
berbagai jaringan dan membantu pembentukan sel baru.
2) Jelaskan
pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh dan diit yang di tentukan dan
tanyakan kembali apa yang telah di jelaskan.
Rasional
: Pengertian klien tentang nutrisi mendorong klien untuk mengkonsumsi makanan
sesuai diit yang ditentukan dan umpan balik
klien tentang penjelasan merupakan tolak ukur penahanan klien tentang nutrisi
3) Bantu
klien dan keluarga mengidentifikasi dan
memilih makanan yang mengandung kalori dan protein tinggi.
Rasional
: Dengan mengidentifikasi berbagai jenis makanan yang telah di tentukan.
4) Identifikasi
busana klien buat padan yang ideal dan tentukan kenaikan berat badan yang
diinginkan berat badan ideal.
Rasional : Diharapkan
klien kooperatif.
5) Sajikan
makanan dalam keadaan menarik dan hangat.
Rasional
: Dengan penyajian yang menarik diharapkan dapat meningkatkan selera makan.
6) Anjurkan
pada klien untuk menjaga kebersihan mulut.
Rasional
: Dengan kebersihan mulut menghindari rasa mual sehingga diharapkan menambah
rasa.
7) Monitor
kenaikan berat badan
Rasional
: Dengan monitor berat badan merupakan
sarana untuk mengetahui perkembangan asupan nutrisi klien.
Dx 4 : Gangguan istirahat tidur berhubungan
dengan sesak dan nyeri.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapakn tidur terpenuhi sesuai kebutuhan
Kriteria : klien mengatakan sudah dapat tidur.
Intervensi
:
1) Lakukan
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen dan analgesik
Rasional
: Dengan penambahan suplay O2 diharapkan sesak nafas berkurang sehingga klien dapat istirahat.
2) Beri
suasana yang nyaman pada klien dan beri
posisi yang menyenangkan yaitu kepala lebih tinggi:
Rasional: Suasana yang nyaman mengurangi rangsangan
ketegangan dan sangat membantu untuk bersantai dan dengan posisi lebih tinggi
diharapkan membantu paru – paru untuk melakukan ekspansi optimal.
3) Berikan penjelasan terhadap klien pentingnya
istirahat tidur.
Rasional
: Dengan penjelasan diharapkan klien
termotivasi untuk memenuhi kebutuhan
istirahat sesuai dengan kebutuhan.
4) Tingkat
relaksasi menjelang tidur.
Rasional
: Diharapkan dapat mengurangi ketegangan
otot dan pikiran lebih tenang.
5) Bantu
klien untuk melakukan kebiasaannya menjelang tidur.
Rasional
: Dengan tetap tidak mengubah pola
kebiasaan klien mempermudah klien untuk beradaptasi dengan lingkungan.
Dx 5
: Gangguan aktifitas berhubungan dengan sesak dan nyeri.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
perawatan diharapkan klien dapat
melakukan aktivtas dengan bebas.
Kriteria :
Klien dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.
Intervensi
:
1) Bimbing
klien melakukan mobilisasi secara
bertahap.
Rasional
: Dengan latihan secara bertahap klien dapat melakukan aktivitas sesuai
kemampuan.
2) Latih
klien dalam memenuhi kebutuhan dirinya.
Rasional
: Diharapkan ada upaya menuju
kemandirian.
3) Ajarkan
pada klien menggunakan teknik relaksasi yang merupakan salah satu teknik
pengurangan nyeri.
Rasional
: Pengendalian nyeri merupakan pertahanan otot dan persendian dengan optimal.
4) Jelaskan
tujuan aktifitas ringan.
Rasional
: Dengan penjelasan diharapkan klien kooperatif.
5) Observasi
reaksi nyeri dan sesak saat melakukan aktifitas.
Rasional
: Dengan mobilisasi terjadi penarikan otot, hal ini dapat meningkatkan rasa
nyeri.
6) Anjurkan
klien untuk mentaati terapi yang diberikan.
Rasional
: Diharapkan klien dapat kooperatif.
Dx 6 : Cemas berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang penyakit yang
diderita.
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan cemas berkurang.
Kriteria : Klien tenang, klien mampu bersosialisasi.
Intervensi
:
1.
Berikan dorongan pada klien untuk
mendiskusikan perasaannya mengemukakan persepsinya tentang kecemasannya.
Rasional
: Membantu klien dalam memperoleh
kesadaran dan memahami keadaan diri yang sebenarnya.
2.
Jelaskan pada klien setiap melakukan
prosedur baik keperawatan maupun tindakan medis.
Rasional
: Dengan penjelasan diharapkan klien kooperatif dan mengurangi kecemasan klien
3. Kolaborasi dengan dokter untuk penjelasan
tentang penyakitnya.
Rasional : Dengan penjelasan dari
petugas kesehatan akan menambah kepercayaan terhadap apa yang dijelaskan
sehingga cemas klien berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
Gale,
Danielle, Charette, Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi,
Jakarta: EGC.
Joyce,
M. 1993. Luckmann and Sorensen’s Medical Surgical Nursing: A
Psychophysiologic Approach. Fourth Edition. Philadelphia: W.B Saunders
Company.
Corwin, J. Elizabeth. 2009. buku saku
patofisiologi edisi 3. Jakarta ; EGC
Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku
Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku
Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry
Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.
Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry
Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.
Sylvia Anderson Price, Ph D. R.N. dan L.Mc.Carty
Wilson, Ph D. R.N, Pathofisiologi proses-proses penyakit, edisi I, Buku
ke empat.
Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, UI Pres Buku I,
Edisi Ke 2
Timby, Barbara, Jeanne C Scherer, Nancy E Smith. 1999.
Introductory Medical-Surgical Nursing. Seventh Edition. Lippincott
Williams & Wilkins: Philadelphia.
Doengus.RN,NSN.MA. Cs dan M.F. Moorhouse R. N.
CCP.R.N. A.C. Geissler R.N. R.N. BsN.CERN. Nursing Care Plans.
Guideliner for Planing and documenting Patien Care.\
Barbidero,
Mary. 2008. Asuhan Keperawatan Endokrin.EGC.
Jakarta
Black,
Joyce. M. 1993. Medica Surgical Nursing H. WB. Saundea Company :
Phyladelpia.
Dongoes,
Marlyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3, EGC Jakarta.
Japaries,
Willie. 1991. Hepatitis, Arcan : Jakarta.
http://www.penyakithepatiitis.com//
Price,
Sylviana Anderson. 1985. Patofisiologi Konsep Klinik Proses Penyakit EGC
: Jakarta.
Sabatine,Marcs
S. 2004. Buku Saku Klinis.Perpustakaan
Nasional Hipokrates. EGC : Jakarta.