Minggu, 03 Februari 2013

ASKEP KRETINISME



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sistem endokrin dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Terdapat dua tipe kelenjar yaitu eksokrin dan endokrin. Kelenjar eksokrin melepas sekresinya ke dalam duktus pada permukaan tubuh seperti kulit, atau organ internal  lapisan traktus intestinal. Seangkan kelenjar endokrin seperti hepar, pankreas, kelenjar adrenal, hipofise, tiroid, paratiroid serta timus.
Kelenjar tiroid terdiri atas dua lobus yaitu lobus kiri dan kanan yang dipisahkan oleh isthmus. Lobus kanan kelenjar tiroid mendapatkan suplai darah yang lebih besar dibandingkan dengan lobus kiri.
Kelenjar tiroid menghasilkan tiga jenis hormon yaitu tri-iodotironin (T3), tiroksin (T4), dan sedikit tirokalsitonin. Hormon T3 dan T4 dihasilkan oleh folikel sedangkan tirokalsitonin dihasilkan oleh parafolikuler. Bahan dasar pembentukanhormon-hormon ini adalah yodium yang diperoleh dari makanan dan minuman. Baik T3 dan T4 kedua-duanya meningkatkan metabolisme karena meningkatkan konsumsi oksigen dan produksi panas.kedua hormon ini tidak berbeda dalam fungsi namun berbeda dalam intensitas dan cepatnya reaksi. T3 lebih cepat dan lebih kuat reaksinya tetapi waktunya lebih singkat dibandingkan dengan T4. T3 lebih sedikit jumlahnya dalam darah. T4 dapat diubah menjadi T3 setelah dilepaskan oleh folikel kelenjar

B.     Tujuan
1.      Membahas pengertian dari kretinisme
2.      Membahas etiologi dari kretinisme
3.      Membahas manifestasi klinis dari kretinisme
4.      Membahas pemeriksaan diagnostik dari kretinisme
5.      Membahas penatalaksanaan dari kretinisme
6.      Membahas komplikasi dari kretinisme
7.      Membahas web of caution dari kretinisme
8.      Membahas pengkajian asuhan keperawawatan dari kretinisme
9.      Membahas pengkajian asuhan keperawawatan dari kretinisme
10.  Membahas analisa data asuhan keperawawatan dari kretinisme
11.  Membahas diagnosa keperawatan asuhan keperawawatan dari kretinisme
12.  Membahas intervensi asuhan keperawawatan dari kretinisme





C.    Manfaat
1.      Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan materi pembelajaran mahasiswa khususnya dalam format asuhan keperawatan endokrin tentang kretinisme.
2.      Bagi Institusi Pendidikan
Pembuatan kasus pembelajaran mahasiswa dapat memavu inovasi dan daya pikir kritis mahasiswa dalam memecahkan masalah keperawatan asuhan keperawatan endokrin tentang kretinisme.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A.    Definisi
Kretinisme adalah suatu kelainan hormonal pada anak-anak yang terjadi akibat kurangnya hormon tiroid . Penderita kelainan ini mengalami kelambatan dalam perkembangan fisik maupun mental.
Kretinisme adalah perawakan pendek pada anak-anak akibat kurangnya hormon tiroid dalam tubuh.

B.     Etiologi
1.      Kekurangan yodium
2.      Kekurangan hormon tiroid
3.      Pemakaian obat-obatan anti tiroid oleh ibu hamil (maternal)
4.      Tiroiditis hashimoto
5.      Sindroma-sindroma dengan salah satu gejala perawakan pendek misalnya sindroma truner
6.      Penyakit-penyakit kronis yang menyebabkan malnutrisi dalam perkembangan penyakitnya.

C.    Manifestasi Klinis
1.      Gangguan perkembangan fisik (cebol)
2.      Bibir tebal
3.      Lidah tebal
4.      Bicara terbata-bata
5.      Jarak antara kedua mata lebih besar
6.      Kulit kasar dan kering
7.      Warna kulit agak kekuningan dan pucat
8.      Kepala besar
9.      Muka bulat (moon face)
10.  Pertumbuhan tulang terlambat
11.  Hidung besar  dan pesek
12.  Tumbuh gigi terlambat

D.    Penatalaksanaan
1.      Pencegahan
a.       Pemberian makanan yang adekuat dengan cukup kalori dan protein
b.      Mengkonsumsi makanan yang diberi garam beryodium atau pemberian suplemen yodium untuk merangsang produksi hormon
c.       Mencukupi kebutuhan vitamin dan mineral
2.      Pemberian obat khusus
Kelainan ini dapat diobati dengan pemberian hormon tiroid. Hormon tiroid diberikan secara terus menerus. Bila kelainan muncul sebelum usia dua tahun, pengobatan ini tidak dapat memperbaiki keterbelakangan mental yang ditimbulkan.

E.     Komplikasi
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermia tanpa menggigil, hipotensi, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hinggan koma. Dalam keadaan adarurat misalnya pada koma miskedema maka hormon tiroid diberikan secara intravena

F.     Prognosis
Makin muda dimulai dalam pemberian hormon tiroid, maka makin baik prognosisnya. Kalau terapi dimulai sesudah umur 1 tahun, biasanya tidak akan tercapai IQ yang normal. Pertumbuhan badan dapat tumbuh dengan baik.

G.    Pemeriksaan Diagnostik
1.      Laboratorium
Pemeriksaan darah yang mengukur kadar hormon tiroid (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan dapat mendiagnosis kondisi dan lokasi masalah kelenjar tiroid. Pemeriksaan untuk mengetahui fungsi tiroid biasanya menunjukkan kadar T4 rendah dan TSH tinggi
2.      USG atau CT Scan
Tiroid menunjukkan ada tidaknya goiter
3.      X – foto tengkorak
Menunjukkan kerusakan hipotalamus atau hipofisis anterior


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN


A.    Pengkajian
1.      Biodata
Biodata pasien yang harus dikaji meliputi nama, nomor register, jenis kelamin, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, diagnosa medis
2.      Keluhan utama
Keluhan utama yang biasa muncul pada klien kretinisme dapat berupa cebol, penurunan nafsu makan, kelelahan, penurunan tonus otot, keterbelakangan.
3.      Riwayat penyakit sekarang.
Pada pasien kretinisme biasanya akan diawali dengan tanda-tanda anak mengalami gangguan perkembangan fisik (cebol), muka bulat (moon face), kepala besar, berbicara terbata-bata, lidah tebal, warna kulit agak kekuningan dan pucat, kepala besar.
4.      Riwayat penyakit dahulu
Hipotiroidisme kongenital, riwayat ibu yang meminum obat antitiroid, riwayat ibu yang sakit hipertiroid, riwayat tiroidektomi, tiroiditis.
5.      Riwayat penyakit keluarga
Sejak kapan klien menderita masalah penyakit tersebut dan apakah ada keluarga klien yang menderita penyakit yang sama.
6.      Pemeriksaan fisik
a.       B1 (Breathing)
Sesak, RR meningkat, hipoventilasi.
b.      B2 (Blood)
Bradikardi, hipotensi, disritmia, penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung, akral dingin, pucat dan lembab, CRT > 3 detik.
c.       B3 (Brain)
Gangguan memori, perhatian kurang, somnolen, perlambatan daya pikir, keadaan umum lemah, fungsi intelektual yang lambat.
d.      B4 (Blader)
Penurunan keluaran urine
e.       B5 (Bowel)
Konstipasi, penurunan nafsu makan, penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, peningkatan berat badan, obesitas, dan distensi abdomen
f.       B6 (Bone)
Gerakan lambat, penrunan refleks otot, kulit kering dan bersisik, rambut kepala tipis dan rapuh, pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal, rambut rontok, edema kulit terutama dibawah mata.


7.      Pemeriksaan diagnostic
a.       Pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum
b.      Pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal)


B.     Analisa Data

No
Pengelompokan data
Kemungkinan penyebab
Masalah
1






2





3







4

Ds: keluarga atau klien mengeluh kecerdasan menurun
Do: disorientasi waktu dan tempat, bicara terbata-bata, intelektual rendah, berbicara lambat.

Ds: keluarga mengeluh klien jarang melakukan aktivitas  dan cepat lelah
Do: kelelahan, menarik diri, apatis, menyendiri

Ds: keluarga mengeluh klien sulit membina hubungan sosial dengan lingkungan
Do: mengurung diri, menarik diri, fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat, somnolen.

Ds: pasien atau keluarga mengeluh badan lembab dan dingin
Do: Akral dingin, peningkatan suhu tubuh (hipotermi)
perubahan pola kognitif





Kelelahan, penurunan fungsi kognitif



Penurunan fungsi kognitif dan penurunan pertumbuhan




Penurunan produksi kalor
Gangguan proses berpikir





Intoleransi aktivitas




Gangguan konsep diri






Perubahan suhu tubuh (hipotermi)


C.    Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan proses pikir berhubungan dengan perubahan pola kognitif
2.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan fungsi kognitif
3.      Gangguan konsep diri berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif dan penurunan pertumbuhan
4.      Perubahan suhu tubuh (hipotermi) berhubungan dengan penurunan produksi kalor.




D.    Intervensi dan Rasional
1.    Gangguan proses berpikir berhubungan dengan perubahan pola kognitif.
Tujuan:
Proses berpikir klien kembali ketingkat yang optimal
Kriteria Hasil:
a.    Disorientasi waktu dan tempat berkurang
b.    Bicara terbata-bata berkurang
c.    Bicara bertambah lancar
Intervensi
Rasional
Observasi dan catat tanda gangguan proses berpikir yang berat
Tanda gangguan proses berpikir yang berat seperti: letartgi, gangguan memori, tidak ada perhatian, kesulitan dalam komunikasi, dan mengatuk
Orientasikan klien kembali dengan lingkungannya baik terhadap orang, tempat, dan waktu.
Gejala-gejala berkurang dalam waktu 2-3 minggu pengobatan sehingga mengorientasikan kembali klien terhadap lingkungan nyata sangat diperlukan.
Beri dorongan pada keluarga agar dapat menerima perubahan perilaku klien dan mengadaptasikannya. Jelaskan pula dengan pengobatan yang teratur gejala-gejala akan akan berkurang.
Menciptakan pemahaman akan keadaan penyakit yang terjadi dan memberikan informasi yang tepat agar dapat menjalankan pengobatan secara rutin

2.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan fungsi kognitif
Tujuan:
Meningkatkan partisipasi dalam meningkatkan aktivitas dan kemandirian
Kriteria Hasil:
a.    Kelelahan berkurang
b.    TTV dalam batas normal
c.    Perawatan diri sendiri bisa mandiri
Intervensi
Rasional
Kaji  toleransi aktivitas klien dengan menggunakan parameter: Vital Sign, dispnea, nyeri dada, kelelahan, kelemahan, pusing
Parameter menunjukkan respons fisiologis klien terhadap stres aktivitas dan indikator derajat pengaruh kelebihan kerja jantung
Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat ditolelir
Mendorong aktivitas sambil memberikan kesempatan untuk mendapatkan istirahat yang adekut
Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah
Memberi kesempatan pada pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri dan menjaga stamina yang dimiliki pasien
Berikan teknik relaksasi dengan napas dalam serta teknik distarksi
Memperlancar pertukaran oksigen agar kebutuhan tubuh akan O2 terpenuhi dan teknik distraksi agar membuat keadaan pasien relaks
Pantau respon pasien terhadap peningkatan aktivitas
Menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan


3.    Gangguan konsep diri berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif dan penurunan pertumbuhan.
Tujuan: memperbaiki konsep diri dan meningkatkan sosialisasi dengan lingkungan
Kriteria Hasil:
a.    Anak mampu bersosialisasi
b.    Menarik diri berkurang atau menghilang
c.    Komunikasi dengan keluarga terjalin
d.   Terjalin support keluarga
Intervensi
Rasional
Kaji penyebab terjadinya gangguan konsep diri
Menentukan kemungkinan penyebab dapat diubah dan diperbaiki
Berikan motivasi kepada keluarga untuk selalu berkomunikasi dengan pasien
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dapat dijadikan tempat bersosialisasi
Anjurkan keluarga untuk selalu mensupport pasien
Menghindarkan pasien dari kemungkinan menarik diri yang semakin parah
Anjurkan keluarga untuk mengikuti terapi kolaborasi dengan tim psikologis anak.
Memperbaiki mental pada klien




4.    Perubahan suhu tubuh (hipotermi) berhubungan dengan penurunan produksi kalor
Tujuan:
Pemeliharaan suhu tubuh yang normal
Kriteria hasil:
a.    Suhu tubuh 36,5 – 37,5 C
b.    Pasien merasa hangat dan tidak menggigil
Intervensi
Rasional
Berikan tambahan lapisan pakaian dan tambahan selimut
Meminimalkan kehilangan panas
Hindari dan cegah penggunaan sumber panas dari luar seperti bantal pemanas.
Mengurangi risiko vasodilatasi perifer dan kolaps vaskuler
Pantau suhu tubuh pasien dan laporkan penurunannya dari nilai dasar suhu normal pasien
Mendeteksi penurunan suhu tubuh dan dimulainya koma miksedema
Lindungi terhadap pajanan hawa dingin dan hembusan angin
Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien dan menurunkan lebih lanjut kehilangan panas


























BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kretinisme adalah suatu kelainan hormonal pada anak-anak yang terjadi akibat kurangnya hormon tiroid . Penderita kelainan ini mengalami kelambatan dalam perkembangan fisik maupun mental. Atau kretinisme merupakan perawakan pendek pada anak-anak akibat kurangnya hormon tiroid dalam tubuh.
Penyebab terjadinya kretinisme bisa dikarenakan kekurangan yodium, kekurangan hormon tiroid, pemakaian obat-obatan anti tiroid oleh ibu hamil (maternal), perawakan pendek genetic, tiroidektomi, tiroditis (hashimoto), pemakaian obat anti tiroid, retardasi pertumbuhan dalam janin, sindroma-sindroma dengan salah satu gejala perawakan pendek misalnya sindroma truner, penyakit-penyakit kronis yang menyebabkan malnutrisi dalam perkembangan penyakitnya.
Tanda dan gejala terjadinya kretinisme meliputi perlambatan daya pikir dan sukar berkonsentrasi, gangguan perkembangan fisik, metabolisme tubuh menurun, berbicara terbata-bata, rambut kasar dan kering, lidah tebal, jarak antara kedua mata lebih besar, kulit kasar dan kering, warna kulit agak kekuningan dan pucat, kepala besar, muka bulat (moon face), psikologis: apatis, depresi, menarik diri, paranoid, mania.
Penatalaksanaan dapat dilakukan dengan cara pencegahan dan pemberian obat khusus.
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita kretinisme meliputi hipotiroidisme dan koma miksedema
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan dalam menunjang diagnosa kretinisme meliputi pemeriksaan laboratorium, USG, CT Scan, dan Foto tengkorakl.

B.     Saran
1.      Bagi Mahasiswa Keperawatan
Adanya standar khusus dalam format asuhan keperawatan dan memicu pemikiran yang kritis mahasiswa dalam kasus asuhan keperawatan endokrin
2.      Bagi Institusi Pendidikan
Pembuatan kasus pembelajaran akademik lebih bervariatif agar memicu inovasi mahasiswa untuk memecahkan masalah keperawatan yang muncul pada klien keperawatan endokrin







DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary. (2009). Asuhan Keperawatan  Gangguan endokrin. Jakarta: Kedokteran. EG
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: kedokteran EGC
Rumahorbo, H. (2007). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: EGC
Syaifudin. (2006).  Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:Kedokteran. EGC
Wood, diana. (2010). At a Glance SISTEM ENDOKRIN. Jakarta: Erlangga
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: kedokteran EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar