BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Endokrinologi merupakan ilmu mengenai hormon
endokrin dan organ – organ yang terlibat dalam pelepasan hormon endokrin. Sistem
endokrin dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi
tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis
tubuh. Terdapat dua tipe kelenjar yaitu eksokrin dan endokrin. Kelenjar
eksokrin melepas sekresinya ke dalam duktus pada permukaan tubuh seperti kulit,
atau organ internal lapisan traktus intestinal.
Seangkan kelenjar endokrin seperti hepar, pankreas, kelenjar adrenal, hipofise,
tiroid, paratiroid serta timus.
Kelenjar tiroid terdiri atas dua lobus yaitu lobus
kiri dan kanan yang dipisahkan oleh isthmus. Lobus kanan kelenjar tiroid
mendapatkan suplai darah yang lebih besar dibandingkan dengan lobus kiri.
Kelenjar tiroid menghasilkan tiga jenis hormon
yaitu tri-iodotironin (T3), tiroksin (T4), dan sedikit tirokalsitonin. Hormon
T3 dan T4 dihasilkan oleh folikel sedangkan tirokalsitonin dihasilkan oleh
parafolikuler. Bahan dasar pembentukanhormon-hormon ini adalah yodium yang
diperoleh dari makanan dan minuman. Baik T3 dan T4 kedua-duanya meningkatkan
metabolisme karena meningkatkan konsumsi oksigen dan produksi panas.kedua
hormon ini tidak berbeda dalam fungsi namun berbeda dalam intensitas dan
cepatnya reaksi. T3 lebih cepat dan lebih kuat reaksinya tetapi waktunya lebih
singkat dibandingkan dengan T4. T3 lebih sedikit jumlahnya dalam darah. T4
dapat diubah menjadi T3 setelah dilepaskan oleh folikel kelenjar.
B. Tujuan
1.
Membahas
pengertian dari hipotiroidisme kongenital
2.
Membahas
etiologi dari hipotiroidisme kongenital
3.
Membahas
manifestasi klinis dari hipotiroidisme kongenital
4.
Membahas
pemeriksaan diagnostik dari hipotiroidisme kongenital
5.
Membahas
penatalaksanaan dari hipotiroidisme kongenital
6.
Membahas
komplikasi dari hipotiroidisme kongenital
7.
Membahas web
of caution dari hipotiroidisme kongenital
8.
Membahas
pengkajian asuhan keperawawatan dari hipotiroidisme kongenital
9.
Membahas
pengkajian asuhan keperawawatan dari hipotiroidisme kongenital
10.
Membahas analisa
data asuhan keperawawatan dari hipotiroidisme kongenital
11.
Membahas diagnosa
keperawatan asuhan keperawawatan dari hipotiroidism kongenital
12.
Membahas intervensi
asuhan keperawawatan dari hipotiroidisme kongenital
C. Manfaat
1.
Bagi
Mahasiswa
Sebagai bahan materi pembelajaran mahasiswa khususnya dalam format asuhan
keperawatan endokrin tentang hipotiroidisme kongenital.
2.
Bagi
Institusi Pendidikan
Pembuatan
kasus pembelajaran mahasiswa dapat memavu inovasi dan daya pikir kritis
mahasiswa dalam memecahkan masalah keperawatan asuhan keperawatan endokrin
tentang hipotiroidisme kongenital.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Hipotiroidisme merupakan penurunan sekresi hormon
kelenjar tiroid sebagai akibat kegagalan mekanisme kompensasi kelenjar tiroid
dalam memenuhi kebutuhan jaringan tubuh akan hormon-hormon tiroid. (rumahorbo,
2007)
Hipotiroid (hiposekresi hormon tiroid) adalah
status metabolik yang diakibatkan oleh kehilangan hormon tiroid. (Baradero,
2009).
Hipotiroid kongenital adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh gangguan pada salah satu tingkat dari aksis hipotalamus –
hipofisis – tiroid dengan akibat terjadinya defisiensi hormon tiroid dalam
darah, atau gangguan respon jaringan terhadap hormon tiroid yang diterima atau
terjadi sejak lahir (neotanus) atau saat masih dalam kandungan.
B.
Etiologi
1.
Malfungsi
hipotalamus
Malfungsi
hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar thyrotropin releasing hormon (TRH)
yang menyebabkan kedar hormon tiroid rendah
2.
Hipofisis anterior
Malfungsi
hipofisis anterior akan menyebabkan rendahnya kadar tyroid stimulating hormon
(TSH) yang akan berdampak pada kadar hormon tiroid yang rendah
3.
Malfungsi
kelenjar tiroid
Kadar
hormon tiroid yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TRH dan TSH karena
tidak adanya umpan balik negatif oleh hormon tiroid pada hopifisis anterior dan
hipotalamus
4.
Tiroiditis
(Hashimoto)
Juga disebut
tiroiditis otoimun, terjadi akibat adanya otoantibodi yang merusak jaringan kelenjar
tiroid. Hal ini menyebabkan penurunan kadar
hormon tiroid disertai peningkatan TRH dan TSH sebagai akibat umpan
balik yang minimal
5.
Sebab-sebab
bawaan (kongenital)
Sebab
kongenital dapat seperti ibu kurang mendapat bahan yodium.
6.
Pengobatan
yodium radio aktif
Ibu
yang mendapatkan yodium ber-radioaktif dapat menimbulkan sedikit jaringan
tiroid tidak berfungsi jika tidak ada aktivitas yang signifikan dari kelenjar
tiroid dalam enam bulan setalah perawatan yodium ber-radioakrif biasanya diperkirakan
tiroid tidak akan berfungsi lagi secara normal
7.
Induksi
obat-obatan
Ibu
yang mendapatkan terapi obat yang digunakan dalam perawatan kasus hipertiroid
bisa mengakibatkan terjadinya hipotiroid. Obat-obat ini termasuk seperti
methimazole (tapazole) dan propylthiouracil (PTU).
Jumlah-jumlah
hormon tiroid yang berlebihan bocor keluar dari kelenjar yang meradang yang
diikuti oleh suatu fase hopitiroid yang dapat berlangsung sampai enam bulan.
8.
Tiroidektomi
Orang
tua yang melakukan pengangkatan kelenjar tiroid diberikan obat penekan TSH atau
terapi iodium radioaktif untuk menghancurkan jaringan tiroid, semua ini
pengobatan ini dapat menyebabkan hiporiroidisme. Jika efek hipotirodisme masih
dalam fase kehamilan maka akan mempengaruhi kelenjar tiroid janin yang
dikandung.
C. Manifestasi Klinis
1.
Wajah seperti
bulan (moon face), wajah kasar, suara serak, pembesaran leher dan lidah tebal.
2.
Perlambatan
daya pikir dan gerakan yang lambat
3.
Hipoventilasi,
dispnea, pleural efusi
4.
Bradikardi,
disritmia, hipotensi, toleransi aktivitas menurun
5.
Penurunan
frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung, dan penurunan curah jantung
6.
Pembengkakan
dan edema kulit, terutama dibawah mata dan pergelangan kaki
7.
Penurunan
kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan, dan
penurunan penyerapan zat gizi dari saluran pencernaan
8.
Keluaran
urine menurun
9.
Konstipasi
10.
Perubahan-perubahan
dalam sistem reproduksi
11.
Psikologis:
apatis, depresi, menarik diri, paranoid, mania.
12.
Kulit kering
dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan rapuh.
D. Penatalaksanaan
1. Pengobatan
Terapi obat
pilihannya adalah sodium levo-thyropxine. Preparet ini berguna untuk memulihkan
metabolisme tubuh kembali kepada keadaan metabolik normal.
2. Pembedahan
Tiroidektomi dilakukan apabila goiternya besar dan menekan jaringan
sekitar. Tekanan pada trakea dan esofagus dapat mengakibatkan inspirasi stridor
fdan disfagia. Tekanan pada laring dapat mnegakibatkan suara serak
E. Komplikasi
1. Koma miksedema
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermia tanpa
menggigil, hipotensi, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hinggan koma.
Dalam keadaan adrurat misalnya pada koma miskedema maka hormon tiroid diberikan
secara intravena.
2. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan (kretinisme)
Jika hipotiroidisme yang berat sudah terjadi sewaktu hidup fetal, maka
penderita akan cebol. Pada waktu lahir tidak ditemukan kelainan tetapi pada
umur 2-3 bulan sudah bisa timbul gejala lidah tebal, jarak antara kedua mata
lebih besar, kulit kasar, warna agak kekuningan, kepala besar, muka bulat,
hidung besar pesek, bibir tebal, mulutnya selalu terbuka dan juga lidah yang
besar dikeluarkan, pertumbuhan tulang terlambat.
3. Kematian
Dapat terjadi apabila tidak diberikan hormon tiroid dan stabilisasi semua
gejala dengan segera.
F. Pemeriksaan
Diagnostik
1.
Laboratorium
Pemeriksaan darah
yang mengukur kadar hormon tiroid (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan dapat
mendiagnosis kondisi dan lokasi masalah kelenjar tiroid. Pemeriksaan untuk
mengetahui fungsi tiroid biasanya menunjukkan kadar T4 rendah dan TSH tinggi
2.
USG atau CT
Scan
Tiroid menunjukkan
ada tidaknya goiter
3.
X – foto
tengkorak
Menunjukkan
kerusakan hipotalamus atau hipofisis anterior.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1.
Biodata
Biodata pasien yang
harus dikaji meliputi nama, nomor register, jenis kelamin, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, diagnosa medis
2.
Keluhan utama
Keluhan
utama klien atau keluarga seperti nafsu makan menurun, berat badan meningkat, adanya
edema disekitar mata, postur tubuh kecil dan pendek, kulit dingin, kulit pucat.
3.
Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien
hipotiroid, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda wajah seperti bulan (moon face), wajah kasar, suara serak, pembesaran leher
dan lidah tebal, hipoventilasi, dispnea, pleural efusi, bradikardi, disritmia,
hipotensi, toleransi aktivitas menurun, penurunan frekuensi denyut jantung,
pembesaran jantung, dan penurunan curah jantung, kulit kering dan bersisik
serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan rapuh.
4.
Riwayat penyakit dahulu dan keluarga
Hipotiroidisme
sering terjadi pada pasien dengan riwayat hipertiroidisme yang menjalani terapi
radio-iodium atau pembedahan. Tanyakan juga sejak kapan klien menderita
penyakit tersebut dan apakah ada keluarga klien yang menderita penyakit yang
sama.
5.
Pengkajian
psikososial
Klien
sangat sulit membina hubungan sosial dengan lingkungannya, mengurung diri
bahkan mania, keluarga mengeluh klien sangat malas untuk beraktivitas dan ingin
tidur sepanjang hari.
6.
Pemeriksaan fisik
a.
B1 (Breathing)
RR meningkat, dispnea,
hipoventilasi.
b.
B2 (Blood)
Bradikardi,
hipotensi, disritmia, penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung,
akral dingin, pucat dan lembab, CRT > 3 detik.
c.
B3 (Brain)
Gangguan memori,
perhatian kurang, somnolen, perlambatan daya pikir, fungsi intelektual yang
lambat.
d.
B4 (Blader)
Penurunan keluaran
urine, pada wanita terjadi perubahan menstruasi sperti aminore atau masa
menstruasi yang panjang, infertilitas, anovulasi, penurunan libido. Pada pria
penurunan libido dan impotensia.
e.
B5 (Bowel)
Konstipasi,
penurunan nafsu makan, penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan
kalori, peningkatan berat badan, obesitas, dan distensi abdomen
f.
B6 (Bone)
Gerakan lambat, penurunan
refleks otot, kulit kering dan bersisik, rambut kepala tipis dan rapuh,
pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal, rambut rontok, edema kulit terutama
dibawah mata.
7.
Pemeriksaan penunjang
a.
Pemeriksaan
kadar T3 dan T4 serum
b.
Pemeriksaan
TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH
serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal)
B. Analisa Data
No
|
Pengelompokan data
|
Kemungkinan penyebab
|
Masalah
|
1
2
3
4
|
Ds: kluarga atau
klien mengeluh pusing, sesak napas, mual, berkeringat dingin, nyeri dada.
Do: hipertensi,
takikardia, disritmia, kulit dingin dan pucat, dispnea, oliguri, CRT > 3
detik
Ds: keluarga atau
klien mengeluh mudah lelah
Do: Respirasi
rate meningkat, dispnea, terlihat tarikan intercosta, kelelahan, anoreksia
Ds: keluarga atau
klien mengeluh sulit membina hubungan sosial dengan lingkungan
Do: mengurung
diri, menarik diri, fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat,
somnolen, disorientasi tempat dan waktu.
Ds: kluarga atau
klien mengeluh nafsu makan menurun
Do: Makan
sedikit, BB turun / naik, lemas, keletihan, konstipasi, distensi abdomen
|
penurunan volume
sekuncup akibat bradikardi dan arterosklerosis arteri koronaria
penurunan pembentukan
energi dan kelelahan
perubahan pola kognitif
penurunan kebutuhan
metabolisme dan nafsu makan yang
menurun
|
Penurunan curah
jantung
Intoleransi
aktivitas
Gangguan proses
berpikir
Perubahan nutrisi:
kurang dari kebutuhan tubuh
|
C. Diagnosa Keperawatan
1.
Penurunan
curah jantung berhubungan dengan penurunan volume sekuncup akibat bradikardi
dan arterosklerosis arteri koronaria
2.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan penurunan pembentukan energi dan kelelahan
3.
Gangguan
proses berpikir berhubungan dengan perubahan pola kognitif
4.
Perubahan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan kebutuhan
metabolisme dan nafsu makan yang
menurun.
D. Intervensi dan Rasional
1.
Penurunan curah jantung berhubungan dengan
penurunan volume sekuncup akibat bradikardi dan arterosklerosis arteri
koronaria
Tujuan:
Fungsi kardiovaskuler
tetap optimal yang ditandai dengan tekanan darah dan irama jantung dalam batas
normal
Kriteria Hasil:
a.
Akral hangat,
kering, merah
b.
CRT < 3
detik
c.
Dyspnea
hilang
d.
Tekanan darah
dalam batas normal
e.
Nyeri dada
berkurang atau hilang
f.
Klien ikut
dalam aktivitas yang mengurangi beban jantung
Intervensi
|
Rasional
|
Pantau
tekanan darah, denyut, dan irama jantung setiap 2 jam sekali
|
Mengidentifikasi
kemungkinan terjadinya gangguan hemodinamik jantung seperti hipotensi,
penurunan keluaran urine, dan perubahan
status mental.
|
Batasi
aktivitas secara adekuat
|
Memperbaiki
efisiensi kontraksi jantung dan menurunkan konsumsi O2
|
Kaji
perubahan warna kulit terhadap sianosis dan pucat
|
Pucat
indikasi penurunan perfusi perifer dan sianosis indikasi obstruksi aliran
darah
|
Anjurkan
klien untuk memberitahu perawat segera bila klien mengalami nyeri dada
|
Pada klien
hipotiroidisme kronik dapat berkembang menjadi arterosklerosis arteri
koronaria.
|
Observasi
dengan ketat adanya nyeri dada dan dispneu
|
Pada dosis
awal pemberian obat diberikan dosis minimal yang ditingkatkan secara bertahap
setiap 2-3 minggu sampai ditemukan dosis yang tepay untuk pemeliharaan.
|
Kolaborasi
dengan tim medis lain dalam pemberian obat-obatan untuk mengurangi
gejala-gejala. Obat yang sering digunakan seperti levoturoxine sodium
(synthroid, T4, dan Eltroxin)
|
|
Beri
kondisi psikologis lingkungan yang tenang
|
Stres emosi
menghasilkan vasokontriksi yang meningkatkan kerja jantung
|
2.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan
pembentukan energi dan kelelahan
Tujuan:
Klien dapat tidak
kelelahan dan dapat meningkatkan aktivitas dalam batas normal sesuai keadaan.
Kriteria Hasil:
a. RR dalam batas normal
b. Tidak terjadi kelelahan
c. Dysnea berkurang atau menghilang
d. Kedalaman napas normal dan pergerakan dada optimal
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji toleransi aktivitas klien dengan
menggunakan parameter: Vital Sign, dispnea, nyeri dada, kelelahan, kelemahan,
pusing
|
Parameter menunjukkan
respons fisiologis klien terhadap stres aktivitas dan indikator derajat
pengaruh kelebihan kerja jantung
|
Tingkatkan aktivitas
dan batasi aktivitas
|
Mengurangi kerja
jantung dan kebutuhan O2 oleh tubuh.
|
Batasi pengunjung atau
kunjungan oleh pasien
|
Tindakan kolaborasi
yang tepat dalam periode kunjungan yang tenang bersifat terapeutik
|
Kaji kesiapan untuk
meningkatkan aktivitas
|
Stabilitas fisiologis
pada istirahat penting untuk menunjukkan tingkat aktifitas individu
|
Bantu klien dalam
melakukan aktivitas dan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
|
Mengurangi penggunaan tenaga
dan menghindari keletihan yang dapat meningkatkan peningkatan kebutuhan tubuh
akan oksigen dalam darah.
|
Ajarkan napas dalam
dan batuk efekti
|
Memaksimalkan ekspansi
paru dan meningkatkan asupan serta pertukaran gas oksigen dalam tubuh
|
3.
Gangguan proses berpikir berhubungan dengan perubahan
pola kognitif.
Tujuan:
proses berpikir klien kembali ketingkat yang optimal
proses berpikir klien kembali ketingkat yang optimal
Kriteria hasil:
a. Disorientasi waktu, tempat berkurang
b. Komunikasi dapat terjalin sosial atau keluarga
c. Gangguan memori berkurang dan daya ingat membaik
d. Kesadaran somnolen berkurang
e. Tidak mengurung diri
f. Menarik diri berkurang
Intervensi
|
Rasional
|
Observasi dan catat
tanda gangguan proses berpikir yang berat
|
Tanda gangguan proses
berpikir yang berat seperti: letartgi, gangguan memori, tidak ada perhatian,
kesulitan dalam komunikasi, dan mengatuk
|
Orientasikan klien
kembali dengan lingkungannya baik terhadap orang, tempat, dan waktu.
|
Gejala-gejala
berkurang dalam waktu 2-3 minggu pengobatan sehingga mengorientasikan kembali
klien terhadap lingkungan nyata sangat diperlukan.
|
Beri dorongan pada
keluarga agar dapat menerima perubahan perilaku klien dan mengadaptasikannya.
Jelaskan pula dengan pengobatan yang teratur gejala-gejala akan akan
berkurang.
|
Menciptakan pemahaman
akan keadaan penyakit yang terjadi dan memberikan informasi yang tepat agar
dapat menjalankan pengobatan secara rutin
|
4.
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan kebutuhan metabolisme dan nafsu makan yang menurun.
Tujuan:
Kebutuhan nutrisi
tubuh dat tercukupi dengan nafsu makan membaik dan metabolisme tubuh normal.
Kriteria Hasil:
a.
Nafsu makan
meningkat
b.
Berat badan
tidak mrnurun
c.
Kelelahan
berkurang
d.
Tidak terjadi
konstipasi
e.
Distensi
abdomen menurun
Intervensi
|
Rasional
|
Anjurkan klien untuk
makan sedikit tapi sering
|
Porsi sedikit akan
menaikkan selera dan kemauan untuk memenuhi asupan nutrisi
|
Kaji perubahan Berat
badan pasien
|
Mengidentifikasi
tingkat kekurangan kebutuhan nutrisi untuk mengambil keputusan yang lebih
tepat dalam menangani masalah klien
|
Tanyakan makanan yang
disukai oleh klien dan berikan makanan yang disukai klien dengan tetap
memperhatikan faktor resiko dan komplikasi
|
Pemberian menu makanan
yang disukai akan meningkatkan keinginan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
|
Kaji keadaan klien
terhadap terjadinya konstipasi dan distensi abdomen
|
Konstipasi dapat
menunjukkan kemungkinan terjadinya penurunan dalam metabolisme tubuh.
Distensi abdomen indikasi terjadi penurunan peristaltik usus.
|
Anjurkan makan makanan
TKTP
|
Tinggi kalori dan
tinggi protein sangat membantu memperbaiki kondisi asupan nutrisi tubuh
|
Bila terjadi
konstipasi anjurkan untuk makan makanan tinggi serat
|
Peningkatan asupan
serat memperlancar pencernaan sehingga mengurangi distensi absomen dan
meningkatkan nafsu makan
|
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipotiroidisme merupakan penurunan sekresi hormon
kelenjar tiroid sebagai akibat kegagalan mekanisme kompensasi kelenjar tiroid
dalam memenuhi kebutuhan jaringan tubuh akan hormon-hormon tiroid.
Penyebab terjadinya hipotiroidisme seperti malfungsi
hipotalamus dan hipofisis anterior, malfungsi kelenjar tiroid,sebab-sebab
bawaan (kongenital), pengobatan yodium radio aktif, induksi obat-obatan, tiroiditis
limfositik menahun, tiroidektomi, defisiensi yodium (gondok endemik).
Manifestasi klinis yang dapat terjadi pada klien
hipotiroidisme seperti wajah seperti bulan (moon face), wajah kasar, suara
serak, pembesaran leher dan lidah tebal, perlambatan daya pikir dan gerakan
yang lambat, penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung, dan
penurunan curah jantung, pembengkakan dan edema kulit, terutama dibawah mata
dan pergelangan kaki, penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan
kalori, penurunan nafsu makan, dan penurunan penyerapan zat gizi dari saluran
pencernaan, keluaran urine menurun, konstipasi, perubahan-perubahan dalam
sistem reproduksi, kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang
tipis dan rapuh.
Penatalaksanaan hipotiroidisme dapat dengan cara pengobatan
terapi obat pilihannya seperti sodium levo-thyropxine dan dengan pembedahan
tiroidektomi.
Komplikasi yang dapat timbul dan terjadi pada
penderita hipotiroidisme seperti koma miksedema, gangguan pertumbuhan dan
perkembangan (kretinisme)da bahkan kematian
Pemeriksaan giagnostik yang dapat menegakkan
diagnosa dapat melalui pemeriksaan lanoratorium (pengukuran kadar T3, T4, TSH,
dan TRH), USG atau CT scan, dan foto Tengkorak yang menunjukkan kerusakan
hipotalamus atau hipofisis anterior.
B. Saran
1.
Bagi
Mahasiswa Keperawatan
Adanya standar khusus dalam format asuhan keperawatan dan memicu pemikiran
yang kritis mahasiswa dalam kasus asuhan keperawatan endokrin
2.
Bagi
Institusi Pendidikan
Pembuatan kasus pembelajaran akademik lebih bervariatif agar memicu inovasi
mahasiswa untuk memecahkan masalah keperawatan yang muncul pada klien keperawatan
endokrin
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Mary. (2009). Asuhan
Keperawatan Gangguan endokrin.
Jakarta: Kedokteran. EG
Marylin E.
Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien
Edisi 3. Jakarta: kedokteran EGC
Rumahorbo, H. (2007). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Endokrin. Jakarta: EGC
Syaifudin. (2006). Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa
Keperawatan. Jakarta:Kedokteran. EGC
Marylin E.
Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien
Edisi 3. Jakarta: kedokteran EGC
Wood, diana. (2010). At a Glance
SISTEM ENDOKRIN. Jakarta: Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar