Senin, 04 Februari 2013

ASKEP KOLESISTITIS



BAB I
TINJAUAN TEORI


1.      DEFINISI
Kolesistitis adalah inflamasi akut maupun kronis dari kandung empedu, biasanya berhubungan dengan batu empedu yang tersangkut pada duktus kistik, menyebabkan distensi kandung empedu (Doenges, 1999).

2.      ETIOLOGI
a.   Peradangan mekanis akibat tekanan intralumen dan regangan yang menimbulkan iskemia mukosa dan dinding kandung empedu.
b.   Cedera kimia (empedu) dan atau mekanik (batu empedu) pada mukosa
c.    Infeksi bakteri.Adanya kuman seperti E. Coli, salmonela typhosa, cacing askaris, atau karena pengaruh enzim – enzim pankreas.

3.      MANIFESTASI KLINIS
a.   Nyeri akut (dapat menyebar ke antar skapula, skapula kanan atau bahu)
b.   Nyeri tekan dan kekakuan pada abdomen kuadran kanan atas
c.   Mual disertai muntah
d.   Ikterus (jarang)
e.   Demam ringan
f.    Perubahan warna urine dan feses.

4.      KLASIFIKASI
a.   Kolesistitis Kalkulus
Adalah batu kandung empedu menyumbat saluran keluar empedu akan menimbulkan suatu reaksi kimia, terjadi otolisis serta edema dan pembuluh darah dalam kandung empedu akan terkompresi sehingga suplay vaskulernya terrganggu. Sebagai konsekwensinya dapat terjadi gangren pada kandung empedu disertai perforasi.
b.   Kolesistitis Akalkulus
Merupakan inflamasi kandung empedu akut tanpa adanya obstruksi oleh batu empedu. Kolesistitis Akalkulus timbul sesudah tindakan bedah  mayor, trauma berat atau luka bakar. Faktor lain yang berkaitan dengan tipe ini mencakup : obstruksi duktus sistikus akibat torsi, infeksi primer bakterial pada kandung empedu, dan transfusi darah yang dilakukan berkali-kali. Kolesistitis akalkukus terjadi akibat perubahan cairan  dan elektrolit serta aliran darah regional dalam sirkulasi viceral. (Bruner & Suddarth, 1996)

5.      PATOFISIOLOGI
Kolesterol  merupakan unsur pembentuk empedu bersifat tidak larut dalam air. Kelarutannya bergantung pada asam-asam empedu dan lesitin pospolipid dalam empedu). Pada pasien yang cenderung menderita batu empedu akan terjaddi penurunan sintesis asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam hati. Keadaan ini mengakibatkan supersaturasi getah empedu oleh kolesterol yang kemudian keluar dari getah empedu, mengendap dan membentuk batu. Getah empedu yang jenuh oleh kolesterol merupakan predisposisi untuk timbulnya batu empedu dan berrperan sebagai iritan yang menyebabkan peradangan dalam kandung empedu.

6.      PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a.   Darah lengkap            : lekositosis sedang ( akut), Bilirubin dan amilase serum meningkat, enzim hati serum AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH agak meningkat, alkali fosfat dan 5-nukleuttidase : ditandai peningkatan obstruksi bilier.
Kadar protrombin menurun bila obstruksi aliran empedu dalam usus menurunkan absorbsi vitamin K.
b.   Sinar X abdomen, dilakukan jika terdapat kecurigaan akan penyakit kandung empedu dan untuk menyingkirkan penyebab gejala yang lain.
c.   USG abdomen,  dapat mendeteksi kalkuli dalam kandung empedu atau duktus coledukus yang mengalami dilatasi.
d.   Kolesistografi,  dilakukan bila alat USG tidak tersedia atau hasil USG meragukan. Kolangiografi oral dilakukan untuk mendeteksi dan mengkaji kemampuan kandung empedu untuk melakukan pengisian, memekatkan isinya, berkontraksi serta mengosongkan isinya.
e.   ERCP (Endoscopic Retograde Cholangiopancreatography)
f.    Cholangigrafi Trans Hepatik Percutan, penyuntikan bahan kontras lansung pada percabangan bilier.

7.      PENATALAKSANAAN
a.   Diet cair rendah lemak, tidak menimbulkan gas
b.   Bed rest
c.   Hidrasi cairan infus
d.   Pengisapan nasogastrik, dekompresi lambung, dan puasa bila terjadi ilius.
e.   Analgesik
f.    Antibiotiks
g.   Farmakoterapi :
h.   P embedahan bila disertai komplikasi dan kondisi memungkinkan.

8.      KOMPLIKASI
a.   Kolisistitis emfisematosa
Proses perradangan akut yang melibatkan organisme virulen pembentuk gas, biasanya klostridium, poliformis atau streptokokus anaerob.

b.   Empiyema vesika biliaris
Banyak pus di dalam vesika biliaris
c.   Perforasi Vesika biliaris
Perubahan gangrenosa di dalam dinding vesika biliaris berlanjut ke perforasi, yang menyebabkan abces peritonitis.



BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN


1.      PENGKAJIAN
Data  yang dikumpulkan selama pengkajian digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana asuhan keperawatan klien. Proses pengkajian keperawatan harus dilakukan dengan sangat individual (sesuai masalah dan kebutuhan klien saat ini). Dalam melakukan pengkajian pasien dengan kolelitiassis meliputi anamnese, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
a.      Anamnesa :
1)     Identitas  : kolesistitis pada umumnya terjadi pada  female, fat, fourty, fertil. Yaitu wanita dengan usia lebih dari 40 tahun, obesitas dan multipara.
2)     Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri perut kanan atas dapat menyebar ke punggung dan bahu kanan. Nyeri timbul tiba-tiba dan biasanya memuncak dalam 30 menit, pada umumnya timbul pada1-2 jam paska makan, biasanya pada malam hari dan hampir tak pernah pada pagi hari. Mual, muntah, kembung, berrsendawa.
3)     Riwayat penyakit Dahulu :
Adanya riwayat  DM, hiperkolesterol, obesitas, penyakit inflamasi usus.
b.      Pemeriksaan Fisik
1)     B1   : Peningkatan frekuensi pernafasan, pernafasan tertekan ditandai nafas pendek dan tertekan.
2)     B2   : Tachikardi, demam, resiko perdarahan karena kekurangan vitamin K
3)     B3   :  Nyeri  pada perut kanan atas menyebar ke punggung atau bahu kanan. Gelisah
4)     B4   :  Urine gelap pekat
5)     B5   :  Distensi abdomen, teraba massa pada kuadran kanan atas, feses warna seperti tanah liat.
6)     B6   :  Kelemahan, ikterik, kulit berkeringat dan gatal (pruritus)
c.      Pemeriksaan  Diagnostik
1)     Laboratorium
Darah lengkap : lekositosis sedang ( akut), Bilirubin dan amilase serum meningkat, enzim hati serum AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH agak meningkat, alkali fosfat dan 5-nukleuttidase : ditandai peningkatan obstruksi bilier.
Kadar protrombin menurun bila obstruksi aliran empedu dalam usus menurunkan absorbsi vitamin K.
2)     USG
Menyatakan kalkuli, dan distensi  kandung empedu dan atau duktus empedu.
3)     Kolangiopankreatografi Retrograd Endoscopik 
Memperlihatkan percabangan bilier dengan kanulasi duktus koledukus melalui doedonum.
4)     Kolangiografi Transhepatik Perkutaneus
Pembedaan gambaran dengan fluroskopi antara penyakit kandung empedu dan kanker pangkreas (bila ikterik ada)
5)     Kolesistogram (untuk kolesistitis kronis)
Menyatakan batu pada sistim empedu. Catatan : kontra indikasi [pada kolesistitis karena pasien lemah untuk menelan zat lewat mulut)
6)     CT scan
Dapat menyatakan kista kandung empedu, dilatasi duktus empedu dan membedakan antara ikterik obstruksi/non obstruksi
7)     Scan Hati (dengan zat radio aktif)
Menunjukkan obstruksi perrcabangan bilier.
8)     Foto abdomen (multiposisi)  
Menyatakan gambaran radiologi (kalsifikasi) batu empedu, kalsifikassi dinding atau pembesaran kandung empedu.
9)     Foto  Dada :
Menunjukkan pernafasan yang menyebabkan nyeri

2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.      Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi/spasme duktus, proses inflamasi, iskemia jaringan/nekrosis
b.      Resiko tinggi Kekurangan volume cairan  berhubungan dengan penghisapan gaster berlebihan, muntah, distensi dan hipermotilitas gaster.
c.      Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan obstruksi aliran empedu, mual, muntah
d.      Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat

3.      INTERVENSI
a.      Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi/spasme duktus, proses inflamasi, iskemia jaringan/nekrosis
Tujuan          : nyeri hilang atau terkontrol
Kriteria hasil  : pasien akan menunjukkan penggunaan ketrampilan relaksasi dan aktivitas distraksi, skala nyeri mengalami penurunan, tanda vital dalam batas normal.

NO
INTERVENSI
RASIONAL
1.             


Observasi dan catat lokasi, beratnya (skala1-10) dan karakteristik nyeri (menetap, hilang
timbul, kolik)
Membedakan penyebab nyeri dan memberikan informassi tentang kemajuan/perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi dan keefektifan intervensi.
2.             
Catat respon terhadap obat dan laporkan pada dokter bila nyeri hilang

Nyeri berat yang tidak hilang dengan tindakan rutin dapat menun jukkan terjadinya komplikasi/ kebutuhan terhadap intervensi lebih lanjut
3.             
Tingkatkan tirah baring, biarkan pasien melakukan posisi yang nyaman

Tirah baring pada posisi fowler rendah menurunkan tekanan intraabdomen : namun pasien akan melakukan posisi yang menghilangkan nyeri secara alamiah
4.             
Dorong penggunaan teknik relaksasi,contoh bimbingan  imajinasi, visualisasi, latihan nafas dalam
Meningkatkan istirahat, memusatkan kembali perhatian dan dapat meningkatkan koping

5.             
Kolaborasi :
a.      Pertahankan status puasa, pasang NGT dan penghisapan NG sesuai dengan indikasi

b.      Berikan obat sesuai indikasi : anti biotik, anti kolinergik, sedatif seperti phenobarbital, narkotik seperti meperidin hidoklorida.

c.      Siapkan pasien untuk tindakan/prosedur:

Endoskopi papilotomi (pengangkatan batu duktus)
Syok gelombang ekstrakorporeal litotripsi (ESWL)




Endoscopi sfingterotomi






Intervensi bedah

Membuang sekret gaster yang merangsang pengeluaran kolesistokinin dan erangsang kontraksi kandung empedu


Anti biotik mengobati proses infeksi. Antikolinergik menghilangkanspasme/kontraksi otot halus dan membantu menghilangkan nyeri. Sedatif meningkatkan istirahat dan relaksasi otot. Narkotikmenurunkan nyeri hebat






Penobatan dengan dengan gelombang syok diindikasikan bila pasien mengalami gejala ringan atau sedang, batu kolesterrol pada kandung empedu 0,5 mm atau lebih besar dan tak ada obstruksi traktus bilier. Tergantung pada mesin yang digunakan, pasien akan duduk pada tangki air atau tidur tengkurap pada tempat yang berisi air. Pengobatan memerlukan waktu 1-2 jam dan 75%-95% berhasil

Prosedur dilakukan untuk memperlebar mulut duktus koledukus dimana bagian ini mengosongkan duodenum. Prosedur ini dapat juga termasuk pengambilan batu manual dari duktus dengan keranjang kecil atau balon pada akhir endoscopi. Batu harus lebih kecil dari 15mm.

Kolesistektomi dapat diindikasikan sehubungan dengan ukuran batu dan derajat kerusakan jaringan/adanya nekrosis


b.      Resiko tinggi Kekurangan volume cairan  berhubungan dengan penghisapan gaster berlebihan, muntah, distensi dan hipermotilitas gaster.
Tujuan           : Keseimbangan cairan adekuat
Kriteria hasil : Tanda vital dalam batas normal, mukosa membran lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler baik, produksi urine cukup, tidak ada muntah.
NO
INTERVENSI
RASIONAL
1
Observasi intake dan output, kaji menbran mukosa, observasi tanda-tanda vital
Memberikan informasi tentang status cairan/volume sirkulasi dan kebutuhan penggantian
2
Observasi tanda-tanda berlanjutnya mual dan miuntah, kram abdomen, kelemahan, kejang ringan, tacikardi, hipoaktif,  bising usus lemah atau tidak ada, depresi pernafasan
Muntah berkepanjangan, aspirasi gaster, dan pembatasan pemasukan oral dapat menimbulkan defisit natrium, kalium dan klorida
3
Ciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman dan tidak berbau
Menurunkan ragsangan pada pusat syaraf
4
Oral hygiene
Menurunkan kekeringan membran mukosa dan menurunkan resiko perdarahan
5







6
Kaji perdarahan yang tidak biasanya seperti
 perdarahan terus menerus pada lokasi injeksi, epitaksis, perdarahan gusi, ptekie, hematemesis, melena

Kolaborasi :
a.    Pasang NGT, hubungkan ke penghisapan dan pertahankan patensi sesuai indikasi
b.    Antiemetik

c.    Kaji ulang pemeriksaan lab seperti Ht/Hb, elektrolit, FH

d.    Berikan cairan IV, elektrolit, dan vitamin K

Protombim darah menurun dan waktu koagulasi memanjang bila aliran empedu terhambat, meningkatkan resiko perdarahan






Menurunkan sekresi dan motilitas gaster




Menurunkan mual dan mencegah muntah

Membantu dalam evaluasi volume sirkulasi, mengidentifikassi defisit dan mempengaruhi pilihan intervensi atau penggantian/koreksi

Mempertahankan volume sirkulasi dan memperbaiki ketidakseimbangan

c.      Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan obstruksi aliran empedu, mual, muntah
Tujuan           : Masalah nutrisi tidak menjadi aktual
Kriteria hasil  : Mual dan muntah hilang, berat badan tidak turun
NO
INTERVENSI
RASIONAL
1

Kaji distensi abdomen, sering bertahak, berhati-hati, menolak bergerak
Tanda non verbal ketidaknyamanan berhubungan dengan gangguan pencernaan, nyeri gas
2
Hitung intake kalori
Mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan nutrisi
3
Timbang BB
Mengawasi keefektifan rencana diet
4
Kaji makanan kesukaan, makanan yang menyebabkan distres, dan jadwal makan yang disukai
Melibatkan pasien dalam perencanaan, memampukan pasien memiliki rasa kontrol dan mendorong untuk makan
5


6






7
Oral hygiene sebelum makan

Ambulasi dan tingkatkan aktifitas sesuai toleransi




Kolaborasi :
a.    Konsultasi dengan ahli gizi sesuai indikasi

b.    Mulai diet cair rendah lemak setelah NGT dilepas.

c.    Tambahkan diet sesuai toleransi biasanya rendah lemak tinggi serat, batasi makana yang banyak mengandung gas


d.    Berikan garam empedu seperti biliron : zanchol : asam dehidrokolik (decholin) sesuai indikasi
e.    Lab BUN, alb, protein serum, kadar transverin
Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan

Membantu dalam mengeluarkan flatus, penurunan distensi abdomen, mempengaruhi penyembuhan dan rasa sehat dan menurunkan kemungkinan masalah sekunder sehubungan imobilisasi seperti pneumonia, tromboflebitis.

Berguna dalam membuat kebutuhan nutrisi individu melalui rute yang tepat

Pembatasan lemak menurunkan rangsangan pada kandung empedu dan nyeri sehubungan dengan tidak semua lemak dicerna


Mmenuhi kebutuhan nutrisi dan meminimalkan rangsangan pada kandung empedu







Meningkatkan pencernaan dan absorbsi lemak, vitamin larut lemak, kolesterol. Bergna pada kolesistitis kronis.



Memberi informasi kekurangan nutrisi /keefektifan terapi


d.      Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat
Tujuan          :Pasien menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan
Kriteria hasil  : Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan
NO
INTERVENSI
RASIONAL
1
Beri penjelasan/alasan pemeriksaan dan persiapannya
Informasi dapat menurunkan cemas dan rangsang simpatis
2
Kaji ulang program terapi dan kemungkinan efek samping
Batu empedu sering berulang, perlu terapi jangka panjang terjadinya diare/kram selama terapi senidiol dapat dihubungkan dengan dosis/dapat diperbaiki. Catatan : wanita yang melahirkan harus dikonsultasikan tentang KB untuk mencegahkehamilandan resiko kerusakan hepatik fetal
3
Kaji ulang proses penyakit/prognosis. Diskusikan perawatan dan pengobatan. Dorong pertanyaan, ekspresi masalah
Memberi dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi. Komunikasi efektif dan dukungan turunkan  cemas dan tingkatkan penyembuhan
4
Diskusikan penurunan berat badan bila diindikasikan
Kegemukan adalah faktor resiko yang berhubungan dengan kolelitiasis, dan penurunan BB menguntungkan dalam manajemen medik terhadaap kondisi kronik
5








6



7




8
Anjurkan pasien untuk menghindari makanan tinggi lemak (mentega, gorengan, kacang, susu segar, es krim, minuman karbonat) dan zat iritan gaster (pedas, kafein, sitrun)

Anjurkan istirahat pada posisi semi fowler setelah makan

Anjurkan pasien mengunyah permen karet, menghisap permen atau merokok

Diskusikan menghindari produk yang mengandung aspirin, meniup lewat hidung keras-keras, gerakan tegang pada usus, olah raga kontak, anjurkan menggunakan sikat gigi halus, pencukur elektrik


Mencegah terulangnya serangan kandung empedu







Meningkatkan aliran empedu dan relaksasi umum selama proses pencernaan awal

Meningkatkan pembentukan gas, yang dapat meningkatkan distensi dan ketidaknyamanan gaster


Menurunkan resiko perdarahan sehubungan dengan perubahab waktu koagulasi, iritasi mukosa, dan trauma.


ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN KASUS K0LESISTITIS



KELOMPOK 5

1.       NESSY                                                                                           1311111
2.       ZULFIAN                                                                                      1311111
3.       DEWI                                                                                             1311111
4.       LINDA                                                                                           1311111
5.       RETNO                                                                                          1311111
6.       DIAN SEPTI                                                                                 1311111


                                                                       

FAKULTAS KEPERAWATAN ANGKATAN B -14
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
2011


1 komentar:

  1. Terimakasih untuk artikelnya, informasi yang bermanfaat.

    http://obattraditional.com/obat-tradisional-batu-empedu/

    BalasHapus