BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Atelektasis berkenaan dengan kolaps dari
bagian paru. Kolaps ini dapat meliputi sub segmen paru atau seluruh paru. Atelektasis merupakan
pengembangan paru yang tidak sempurna dan dapat dikatakan juga bahwa alveoli
pada bagian paru yang terserang tidak mengandung udara dan kolaps. Atelektasis
dapat disebabkan oleh intrinsik maupun ekstrinsik. Atelektasis dapat terjadi
pada wanita, pria dan bahkan semua ras. Atelektasis lebih sering terjadi pada
anak yang lebih muda dari pada anak yang lebih tua dan remaja.
Menurut penelitian pada tahun 1994,
secara keseluruhan terdapat 74,4 juta penderita penyakit paru yang mengalami
atelektasis. Di Inggris sekitar 2,1 juta penderita paru yang mengalami
atelektasis. Di Amerika Serikat diperkirakan 5,5 juta penduduk menderita
penyakit paru yang mengalami atelektasis. Dan di Jerman sekitar 6 juta
penduduk. Ini merupakan angka yang cukup besar dan perlu mendapat perhatian
dari perawat di dalam merawat klien dengan penyakit paru yang mengalami atelektasissecara
komprehensif bio, psiko, sosial dan spiritual. Penderita penyakit paru
pertama kali di Indonesia yang mengalami atelektasis ditemukan pada tahun 1971.
Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningkat
baik dalam jumlah maupun luas wilayah. Di Indonesia insiden terbesar terjadi
pada tahun 1998, dengan jumlah 35,19 per 100.000 penduduk. Pada tahun 1999
menurun tajam, namun tahun-tahun berikutnya cenderung meningkat.
Stenosis dengan penyumbatan efektif dari
suatu bronkus lobar mengakibatkan atelektasis (atau kolaps) dari suatu lobus,
dan radiograf akan menunjukkan suatu bayangan yang homogen dengan tanda
pengempisan lobus. Secara patologik, hampir selalu ada kelainan-kelainan lain selain tidak adanya udara dalam lobus.
Oleh karena itu, dalam makalah
ini penulis akan mencoba membahas tentang atelektasis serta memberikan asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami atelektasis.
1.2
Tujuan
1.2.1 Tujuan
Umum :
Menjelaskan
asuhan keperawatan klien dengan gangguan sisitem respirasi atelektasis
1.2.2 Tujuan
Khusus :
1) Mengidentifikasi
definisi, etiologi, patofisiologi / WOC, manifestasi klinis, pemeriksaan
diagnostik, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis atelektasis
2) Menjelaskan
WOC dan asuhan keperawatan klien dengan atelektasis.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Kamus Kedokteran (Ed,2005) menjelaskan
bahwa atelektaksis adalah pengembangan paru-paru secara tidak sempurna.
Atelektaksis sebenarnya bukan suatu penyakit tetapi ada kaitannya dengan
penyakit parenkim paru.
Kamus Keperawatan (Ed. 17, 2005)
menjelaskan bahwa atelektaksis adalah sejumlah alveoli paru yang tidak
mengandung udara akibat kegagalan ekspansi (atelektaksis kongenital) atau
kegagalan resorpsi udara dari alveoli (collapse).
Menurut Somantri (2008) atelektaksis
adalah suatu kondisi dimana paru-paru tidak mengembang secara sempurna.
Jadi atelektaksis adalah suatu keadaan
kolaps, dimana paru-paru tidak dapat mengembang dengan sempurna tepatnya pada
alveoli atau alveolus paru yang tidak mengandung udara.
2.2
Etiologi
Penyebab dari atelektaksis antara lain : (Soemantri,Irman, 2009)
1.
Obstruktif :
Sebab
utama dari atelektasis adalah penyumbatan sebuah bronkus. Penyumbatan juga bisa
terjadi pada saluran pernafasan yang lebih kecil. Penyumbatan bisa disebabkan
oleh adanya gumpalan lendir, tumor atau benda asing yang terhisap ke dalam
bronkus. Atau bronkus bisa tersumbat oleh sesuatu yang menekan dari luar,
seperti tumor atau pembesaran kelenjar getah bening. Jika saluran pernafasan
tersumbat, udara di dalam alveoli akan terserap ke dalam aliran darah sehingga
alveoli akan menciut dan memadat. Jaringan paru-paru yang mengkerut biasanya
terisi dengan sel darah, serum, lendir, dan kemudian akan mengalami infeksi.
a) Bronkus yang tersumbat, penyumbatan
bias berasal di dalam bronkus seperti tumor bronkus, benda asing, cairan
sekresi yang massif. Dan penyumbatan bronkus akibat panekanan dari luar bronkus
seperti tumor sekitar bronkus, kelenjar yang membesar.
b) Tekanan ekstra pulmonary, biasanya
diakibatkan oleh pneumothorah, cairan pleura, peninggian diafragma, herniasi
alat perut ke dalam rongga thorak, tumor thorak seperti tumor mediastinum.
c) Paralisis atau paresis gerakan
pernapasan, akan menyebabkan perkembangan paru yang tidak sempurna, misalkan
pada kasus poliomyelitis dan kelainan neurologis lainnya. Gerak napas yang
terganggu akan mempengaruhi lelancaran pengeluaran sekret bronkus dan ini akan
menyebabkan penyumbatan bronkus yang berakhir dengan memperberat keadaan
atelektasis.
d) Hambatan gerak pernapasan oleh
kelainan pleura atau trauma thorak yang menahan rasa sakit, keadaan ini juga
akan menghambat pengeluaran sekret bronkus yang dapat memperberat terjadinya
atelektasis.
2.
Non-obstruktif (menurut
SEMA FK-UNAIR, SIE BURSA. KUMPULAN KULIAH RADIOLOGI I.
Surabaya : LAB/UPF Radiologi RSUD dr. Soetomo : 20-21
:
a)
pasif → pneumothorax, operasi
b)
cicatrix → perlekatan-perlekatan
c)
adhesive → RDS (Respiratory Distress Syndrome)
d)
Pneumonitis
radiasi, pneumonia, uremia.
e)
kompresi →
Pneumothorax, pleural effusion, tumor
2.3
Jenis
– Jenis Atelektasis
1.
Atelektasis Bawaan
Atelektasis bawaan
adalah atelektasis yang terjadi sejak lahir dimana paru-paru tidak dapat
berkembang sempurna. Terjadi pada bayi aterm maupun premature yang dilahirkan
dalam kondisi telah meninggal atau lahir dalam keadaan hidup lalu bertahan
hanya beberapa hari dengan pernafasan buruk. Paru-paru tampak padat, kempis dan
tidak berisi udara. Salah satu contoh dari atelektasis adalah atelektasis resorbsi.
Atelektasis resorbsi adalah kondisi
bayi yang mampu bernafas dengan baik, tetapi terjadi hambatan pada jalan nafas
karena jumlah surfaktan yang disekresikan oleh alveoli sangat kurang akibatnya
tegangan permukaan cairan alveolus meningkat sangat tinggi sehingga dalam
alveolus diserap mengakibatkan alveolujs mengempis kembali. Timbul ada penyakit
membrane hyaline atau sindroma gawat nafas.
2. Atelektasis
Didapat
Atelektasis
didapat mempunyai beberapa jenis yaitu:
a)
Atelaktasis obstruksi :
yang disebabkan oleh obstruksi total pada jalan nafas dapat mulai larink sampai
bronchiolus terkecil, faktor lain yang penting adalah melemahnya gerakan nafas
(otot,sela iga, diagfragma). Keadaan
ini ditemukan pada : Asma bronchiale, bronchitis cronik, bronchiektasis,
aspirasi benda asing, keadaan pasca bedah, aspirasi beku darah (operasi rongga
mulut), neoplasma bronchus.
b) Atelektasis
kompresi : yang disebabkan oleh tekanan pada paru-paru dari luar. Tekanan dapat
berupa :
1) Menyeluruh
,(complet) bila tekanan besar dan merata (hydrotorax, hemotorax, empiyema,
pnemotorax atau peninggian difragma) biasanya terjadi di bagian basal.
2) Sebagian
(parsial) bila tekanan hanya sebagian (tekanan oleh tumor, jantung yang
membesar)
3.
Atelektasis Percepatan
Atelektasis percepatan biasanya
terjadi pada pilot pesawat tempur.
Penerbangan dengan kecepatan tinggi akan menutup saluran pernafasan yang kecil, menyebabkan alveoli (kantong udara kecil di paru-paru) menciut.
Penerbangan dengan kecepatan tinggi akan menutup saluran pernafasan yang kecil, menyebabkan alveoli (kantong udara kecil di paru-paru) menciut.
4. Mikroatelektasis
Tersebar atau terlokalisasi
Pada keadaan ini, sistem
surfaktan paru-paru terganggu. Surfaktan adalah zat yang melapisi alveoli
dan berfungsi menurunkan tegangan permukaan, sehingga mencegah
pengkerutan. Bila bayi prematur
kekurangan surfaktan, mereka akan mengalami sindroma gawat pernafasan. Orang dewasa juga bisa mengalami mikroatelektsis karena:
a)
terapi oksigen yang berlebihan
b)
infeksi berat dan luas (sepsis)
c)
faktor lainnya yang merusak lapisan alveoli.
5.
Sindroma Lobus Medialis
Sindroma lobus medialis merupakan
atelektasis jangka panjang, dimana lobus media (tengah) dari paru-paru kanan
mengkerut. Penyebabnya biasanya adalah penekanan bronkus oleh suatu tumor atau
pembesaran kelenjar getah bening. Paru-paru yang tersumbat dan mengkerut, dapat
berkembang menjadi pneumonia yang tidak dapat sembuh total dan
peradangan kronis, jaringan parut dan bronkiektasis.
Beberapa atelektasis juga dikenal sebagai :
- Atelektasis lobaris bawah: bila terjadi di lobaris bawah paru kiri, maka akan tersembunyi dibelakang bayangan jantung dan pada foto thorak PA hamya memperlihatkan diafragma letak tinggi.
- Atelektasis lobaris tengah kanan (right middle lobe). Sering disebabkan peradangan atau penekanan bronkus oleh kelenjar getah bening yang membesar.
- Atelektasis lobaris atas (upper lobe): memberikan bayangan densitas tinggi dengan tanda penarikan fissure interlobaris ke atas dan trakea ke arah atelektasis.
- Atelektasis segmental: kadang-kadang sulit dikenal pada foto thoraj PA, maka perlu pemotretan dengan posisi lain seperti lateral, miring (obligue), yang memperlihatkan bagian uang terselubung dengan penarikan fissure interlobularis.
- Atelektasis lobularis (plate like/atelektasis local). Bila penyumbatan terjadi pada bronkus kecil untuk sebagian segmen paru, maka akan terjadi bayangan horizontal tipis, biasanya dilapangan paru bawah yang sering sulit dibedakan dengan proses fibrosis. Karena hanya sebagian kecil paru terkena, maka biasanya tidak ada keluhan.
2.5
Manifestasi
Klinis
1. Mungkin
tidak mengalami gejala
2. Sesak
nafas yang ringan : bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah
paru.
3. Batuk
: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, batuk ini untuk membuang/mengeluarkan
produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulenta (menghasilkan
sputum)
4. Nyeri
dada : ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
- Malaise : ditemukan berupa anorexia, nafsu makan menurun, BB menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat di waktu malam hari
6. Takikardi
7. Sianosis
8. Panas
atau temperature tinggi : subfebril, febril ( 38-40 0C) hilang timbul
9. Syok
atau penurunan kesadaran
10. Letak
diafragma akan meninggi, berkurangnya gerakan dada pada sisi yang sakit.
11. Mungkin
batas jantung dan mediastinum akan bergeser ke arah yang sakit.
12. Bunyi
pekak atau datar pada sisi yang mengalami atelektasis.
13. Suara
nafas tambahan (ronkhi)
14. Pada
atelektaksis yang luas bising nafas melemah atau sama sekali tidak terdengar
15. Terdapat
perbedaan pada gerak dinding thorak, gerak sela iga dan diafragma. Pada orang yang normal
gerakan dada akan seirama sewaktu inspirasi dan ekspirasi namun pada klien atelektasis
gerakan dada pada sisi yang sakit akan tertinggal dari pada gerakan dada pada
sisi yang sehat.
2.6
Pemeriksaan
Diagnostik
2.6.1
Pemeriksaan radiologis
:
1. Foto
rontgen thorax
a. Tampak
gambaran radiologis atelektasis adalah pengurangan volume bagian paru baik
lobaris, segmental atau seluruh paru.
b. Pada
kavitas bayangan berupa cincin.
c. Pada
klasifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
2. CT
Scan
3. Bronkografi
Pemeriksaan
khusus untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena TB.
2.6.2
Pemeriksaan
Laboratorium
1. Darah
: leukosit meninggi, LED meningkat karena ada suatu infeksi
2. Sputum
: pada kultur ditemukan BTA (pada klien dengan komplikasi TBC yang bias
menyebabkan atelektasis)
3. Test
Tuberkulin : Mantoux test (indurasi lebih dari 10 – 15 mm)
4. Hasil
test ini akan menunjukkan hasil positif jika klien terkena sakit TBC
5. BGA
menunjukkan derajat hipoksemia dan keadekuatan ventilasi alveola
6. Karena
pada klien atelektasis akan kekurangan oksigen sehingga pO2 akan menurun
sedangkan pCO2 akan meningkat.
2.7
Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer (2002), tujuan
penatalaksanaan atelektaksis adalah untuk memperbaiki ventilasi dan membuang
sekresi. Beberapa
penatalaksanaan pada klien atelektasis yang biasanya di lakukan adalah :
- Berbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena kembali bisa mengembang
- Menghilangkan penyumbatan, baik melalui bronkoskopi maupun prosedur lainnya
- Latihan menarik nafas dalam ( spirometri insentif )
- Lakukan perkusi (menepuk-nepuk) dada untuk mengencerkan dahak
- Posisikan postural drainase utuk mengeluarkan secret yang ada.
- Pemberian antibiotik diberikan untuk semua infeksi
- Pengobatan tumor atau keadaan lainnya
- Pada kasus tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang, menyulitkan atau menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru-paru yang terkena mungkin perlu diangkat
- Jika atelektasis terjadi sebgai akibat efusi pleura atau pneumotorak, tekanan cairan atau udara mungkin dibuang dengan aspirasi jarum.
- Jika penyebabnya obstruksi bronchial, obstruksi harus di hilangkan untuk memungkinkan udara memasuki bagian paru tersebut.
2.8
Komplikasi
Menurut Madappa
(2010), komplikasi atelektaksis di antaranya adalah :
1. Pnemonia
akut
2. Bronkietaksis
3. Hipoksemia
dan gagal nafas
4. Sepsis
5. Efusi
plura dan empiema
2.9
Prognosis
Menurut
Soemantri (2009), atelektasis biasa pada klien-klien
yang mengalami penyakit :
1. Asma
bronkial
2. Brokitis
kronis
3. Bronkiektasis
4. Aspirasi
benda asing
5. Post
operasi
6. Aspirasi
darah beku
7. Neoplasma
bronkus
8. Pada
klien mengalami penurunan kesadaran (Somantri, 2009)
9. Efusi
pleura
10. Pnemotoraks
2.10
PROSES
KEPERAWATAN
2.10.1 Pengkajian
Pada pengkajian
ini mencakup kumpulan informasi tentang identitas klien, keluhan utama, penyakit
sebelumnya yang terdiri dari riwayat penyakit sebelumnya, riwayat penyakit
keluarga, pengkajian
persisitem (B1-B6 dengan pemeriksaan fisik, endokrin, Psiko-Sosio-Spiritual)
dan pemeriksaan penunjang.
1. Identitas
Klien :
Atelektasis lebih
banyak diderita oleh anak-anak daripada dewasa. Bayi prematur cenderung untuk
mengalami atelektasis. Lingkungan yang kotor cenderung dapat menambah resiko
atelektasis karena lebih beresiko terkena TB ataupun Efusi pleura.
2. Keluhan
utama :
Keluhan yang
sering dirasa oleh klien atelektasis adalah batuk dan sesak nafas.
3. Riwayat
kesehatan :
a. Riwayat
Penyakit Sekarang (RPS)
Px
atelektasis mengalami demam subfebril, febril (40-41derajat C) hilang timbul,
lalu timbul batuk karena adanya iritasi pada bronkus, batuk ini dimulai dari
batuk kering sampai batuk purulenta (menghasilkan sputum), sesak nafas bila
sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru, nyeri dada jarang
ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga
menimbulkan pleuritis.
b. Riwayat
Penyakit Sebelumnya (RPD)
Px
atelektasis mempunyai riwayat adanya bronkus yang tersumbat, penyumbatan bisa
berasal di dalam bronkus seperti tumor bronkus, benda asing, cairan sekresi
yang massif. Dan penyumbatan bronkus akibat panekanan dari luar bronkus seperti
tumor sekitar bronkus, kelenjar yang membesar.
c.
Riwayat Penyakit
Keluarga
Atelektasis bukanlah merupakan penyakit keturunan,
melainkan suatu penyakit yang didapat atau bawaan sejak lahir.
4. Review Of System (ROS)
dan Pemeriksaan Fisik
a. B1(breathing)
Inspeksi : Sesak, batuk,
nyeri dada, penggunaan otot bantu pernafasaan, pernafasaan diafragma dan perut
meningkat, pernafasan cuping hidung, pola nafas cepat dan dangkal, retraksi
otot bantu pernafasan.
Palpasi : fremitus
berkurang, biasanya terdapat perbedaan pada gerak dinding thorak, gerak sela
iga dan diafragma
Perkusi : pekak atau datar
Auskultasi : suara pernapasan tidak
terdengar, terdengar suara ronchi pada lapang paru ( karena penumpukan secret)
b. B2
(blood)
Pada
umumnya klien atelektasis mengalami Peningkatan leukosit dan LED, BGA menunjukkan derajat
hipoksemia (penurunan kadar oksigen dalam darah), terkadang kadar Hb dalam
darah menurun, denyut nadi meningkat (takhikardi), dan sianosis
c. B3
(brain)
Pada klien atelektasis biasanya dapat
terjadi penurunan kesadaran dikarenakan penurunan suplay O2 ke otak, gelisah,
kejang
d. B4
(bladder)
Terkadang
prodeuksi urine menurun
e. B5
(bowel)
Mual
dan terkadang juga muntah
f.
B6 (bone)
Pada
umumnya tidak ada kelainan
5. Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada penderita
atelektasis, diantaranya adalah
a. Foto
rontgen dada
1) Tampak
gambaran radiologis atelektasis adalah pengurangan volume bagian paru baik
lobaris, segmental atau seluruh paru.
2) Pada
kavitas bayangan berupa cincin.
3) Pada
klasifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
b. Bronkoskopi
serat optic
Pemeriksaan
khusus untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena TB.
c. Laboratorium
1) Darah
: leukosit meninggi, LED meningkat karena ada suatu infeksi
2) Sputum
: pada kultur ditemukan BTA (pada klien dengan komplikasi TBC yang bias
menyebabkan atelektasis)
3) Test
Tuberkulin : Mantoux test (indurasi lebih dari 10 – 15 mm)
4) Hasil
test ini akan menunjukkan hasil positif jika klien terkena sakit TBC
5) BGA
menunjukkan derajat hipoksemia dan keadekuatan ventilasi alveola
6) Karena
pada klien atelektasis akan kekurangan oksigen sehingga pO2 akan menurun
sedangkan pCO2 akan meningkat.
2.10.2 Diagnosa
Keperawatan
1.Ketidak
efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi bronkus oleh gumpalan lendir atau benda asing
2.Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan O2
dalam udara inspirasi akibat penekanan terhadap paru
3.Gangguan
perfusi jaringan berhubungan dengan penciutan
dan pemadatan alveoli
4.Intoleran
aktivitas berhubungan dengan gangguan
sistem transpor O2 sekunder akibat atelektasis
2.10.3
Intervensi
Keperawatan
1. Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan
obstruksi bronkus oleh gumpalan lendir atau benda asing
Ditandai dengan:
-
Batuk tidak efektif
-
Sekret tidak dapat
keluar
-
Bunyi nafas tambahan
(misalnya: ronkhi)
-
Pningkatan RR,
nafas cepat dan dangkal
·
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1×24 jam klien menunjukan perilaku mencapai bersihan jalan
nafas dengan
·
kriteria hasil:
-
Klien dapat melaksanakan batuk secara efektif
-
Sekret dapat dikeluarkan
-
Menunjukkan peningkatan
pertukaran udara dalam paru-paru
·
Intervensi:
a.
Ajarkan klien untuk melakukan batuk efektif yang tepat:
- Nafas sedalam dan
selambat mungkin sambil duduk jika mampu
- Gunakan pernafasan diafragma
- Tahan nafas selama 3-5 detik kemudian hembuskan secara
perlahan melalui mulut
- Ambil nafas ke dua, tahan, dan batukkan dengan kuat dari
dada (gunakan dua batuk pendek yang benar-benar kuat).
b.
Pertahankan posisi
tubuh dengan tepat
c.
Bantu klien untuk
mengeluarkan sekret dengan metode fisioterapi nafas (klepping, vibrating, atau
postural drainage)
d.
Rencanakan periode
istirahat (setelah batuk, sebelum makan)
e.
Bimbing dan
motivasi klien untuk melaksanakan batuk efektif
f.
Kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian bronkhodilator dan suction
(untuk pengeluaran sekret)
g.
Catat karakteristik
sputum (jumlah, warna, bau)
h.
Kaji apakah klien
masih merasa nyeri
i.
Observasi suara tambahan pada paru, penurunan
ekspansi dinding dada
j.
Berikan HE kepada
kien dengan penguatan hal-hal penting dalam perawatan
2.
Gangguan pertukaran
gas berhubungan dengan penurunan O2 dalam udara inspirasi akibat penekanan pada
paru, ditandai dengan:
-
Dyspnea
-
Frekuansi nadi
menigkat
-
Irama pernafasan
tidak teratur/disritmik
-
Letargi dan tampak
keletihan
-
Pada hasil BGA
didapatkan penurunan SaO2 dan peningkatan pCO2
·
Tujuan:
Terjadi peningkatan oksigenasi
ke paru dalam waktu 1x24 jam
·
Kriteria Hasil:
-
Hasil BGA
menunjukkan peningkatan pada SaO2 dan pCO2 menurun
-
RR dalam batas
normal (14-20x/menit)
-
Irama nafas teratur
-
Frekuensi nadi
dalam batas normal (60-100x/menit)
·
Intervensi
a. Gunakan
pendekatan yang tenang dan meyakinkan
b. Berikan oksigenasi yang adekuat sesuai kebutuhan klien
c. Pertahankan oksigenasi agar tidak mengalami penurunan
dengan menangani fungsi kesehatan, seperti:
-
Pola aktivitas → batasi
jumlah aktivitas fisik klien
-
Kebutuhan tidur → Ciptakan
suasana lingkungan ruangan yang tenang dan kondusif, pertahankan kecukupan
waktu tidur dan bangun
-
Kebutuhan nutrisi →
Cukupi kebutuhan nutrisi klien dan beri motivasi klien agar menghabiskan setiap
makanan yang telah disediakan oleh ahli gizi
d.
Kolaborasi dengan
dokter dalam pemantauan hasil pemeriksaan BGA
e.
Berikan HE pada
klien tentang pentingnya asupan nutrisi dan istirahat yang adekuat
3.
Intoleran aktivitas
berhubungan dengan gangguan sistem transpor
O2 sekunder akibat atelektasis ditandai dengan:
-
Malaise
-
Klien mengatakan
merasakan sakit kepala/pusing
-
Peningkatan RR
-
Frekuensi nadi
meningkat
-
Sianosis
·
Tujuan:
Klien dapat
melakukan aktivitas di atas tempat tidur
·
Kriteria Hasil:
-
Setelah beraktivitas
minimal (di atas tempat tidur), klien menunjukkan
-
RR dan frekuensi
nadi masih dalam batas normal.
- Sakit kepala/pusing yang dirasakan telah berkurang atau
menghilang
·
Intervensi:
a. Anjurkan klien untuk pernafasan sadar dan terkontrol
(nafas diafragma dan pernafasan bibir) selama peningkatan aktivitasdan saat
stres emosi maupun fisik
- Nafas bibir: klien harus menarik nafas dalam melalui
hidung kemudian secara perlahan mengeluarkan nafas melalui bibir yang sedikit
terbuka.
-
Nafas diafragma:
perawat meletakkan tangannya di atas abdomen dibawah dasar iga klien dan tetap
berada ditempat tersebut sementara klien menghirup udara. Untuk inhalasi, klien
harus merilekskan bahunya, hirup melalui hidung, dan dorong lambung melawan
tangan perawat, tahan nafas selama 1-2 detik untuk menjaga alveoli terbuka,
kemudian hembuskan secara perlahan melalui bibir.
b. Beri motivasi klien untuk tetap melakukan aktivitas nafas
tersebut beberapa kali tiap jam
c. Anjurkan peningkatan kegiatan sehari-hari pada klien
secara bertahap untuk mencegah kelumpuhan paru.
d. Pantau respon klien terhadap aktivitas :
- Ukur tanda-tanda vital segera setelah aktivitas (nadi dan
RR)
- Istirahatan klien selama 3 menit kemudian ukur kembali
TTV
- Kurangi intensitas, frekuensi, atau lamanya aktivitas
jika frekuensi nafas meningkat berlebihan setelah aktivitas.
BAB
3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Atelektasis
berkenaan dengan kolaps dari bagian paru. Kolaps ini dapat meliputi subsegmen
paru atau seluruh paru. Atelektasis terjadi karena berbagai macam faktor antara
lain karena adanya benda asing di saluran nafas seperti secret, gumpalan
lendir, tumor atau benda asing yang terhisap ke dalam bronkus. Atau bronkus
bisa tersumbat oleh sesuatu yang menekan dari luar, seperti tumor atau
pembesaran kelenjar getah bening. Factor-faktor tersebut merupakan manifestasi
klinis dari berbagai penyakit saluran pernafasan seperti pneumonia, efusi
pleura, ca paru, dll.
3.2
Saran
Dalam
suatu penerapan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Atelektasis diperlukan
pengkajian, konsep dan teori oleh seorang perawat.
Informasi
atau pendidikan kesehatan mengenai pencegahan
atelektasis sangat berguna bagi klien dengan
atelaktasis, seperti:
a)
Berbaring pada sisi
paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena kembali bisa mengembang
b)
Menghilangkan
penyumbatan, baik melalui bronkoskopi maupun prosedur lainnya
c)
Latihan menarik
nafas dalam ( spirometri insentif )
d)
Lakukan perkusi (menepuk-nepuk) dada untuk mengencerkan dahak
e)
Posisikan postural drainase
utuk mengeluarkan secret yang ada.
f)
Pemberian antibiotik diberikan untuk semua infeksi
g)
Pengobatan tumor
atau keadaan lainnya
h)
Pada kasus
tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang, menyulitkan atau
menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru-paru yang terkena mungkin
perlu diangkat
i)
Jika atelektasis
terjadi sebgai akibat efusi pleura atau pneumotorak, tekanan cairan atau udara
mungkin dibuang dengan aspirasi jarum.
j)
Jika penyebabnya
obstruksi bronchial, obstruksi harus di hilangkan untuk memungkinkan udara
memasuki bagian paru tersebut.
Selain itu, dukungan
psikologik baik dari keluarga maupun lingkungan juga sangat berguna untuk klien
dengan atelektasis.
DAFTAR PUSTAKA
Ashizawa,Hayashi, N Aso&Minami.(2001).Lobar atelectasis: diagnostic pitfalls on chest radiograph.British Journal of Radiology 74.,89-97
Somantri, Irman.(2008). Asuhan Keperawatan pada Klien Dengan
Gangguan system Pernapasan.Salemba Medika :Jakarta.
Soemantri,Irman.(2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Pernapasan Edisi 2.Salemba Medika :Jakarta.
Smeltzer.(2002).
Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Stuart and Sudden. EGC:Jakarta
Wilkinson,Jrudith.(2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan
intervensi NIC dan criteria hasil NOC.EGC:Jakarta
http://www.scribd.com/doc/49528007/kolaps-paru,
22 September 2011.
Http://Www.Scribd.Com/Doc/50251484/ATELEKTASIS,
22
September 2011.
Madappa. 2010. Atelektasis. WWW.emedicine.medscape.com, 21
September 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar