BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pankreas memiliki fungsi endokrin maupun eksokrin
dan kedua fungsi ini sangat berhubungan. Fungsi eksokrin adalah memfasilitasi
proses pencernaan melalui sekresi enzim-enzim ke dalam duodenum proksimal.
Sekretin dan kolesistokinin –pankreozimim merupakan hormon traktus
gastrointestinal yang membantu dalam mencerna makanan dengan mengendalikan
sekresi pankreas. Sekresi enzim pankreas yang normal berkisar 1500-2500ml/hari.
Gangguan pankreas missal pancreatitis dan kanker pankreas terus meningkat sejak
20 tahun hingga 30 tahun lalu sehingga diperlukan pedoman atau strategi
penatalaksanaan yang bertujuan mempermudah pelaksanaan asuhan keperawatan secara optimal.
Pankreatitis (inflamasi pankreas) merupakan penyakit
yang serius pada pankreas dengan intensitas yang dapat berkisar dari kelainan
realtif ringan dan sembuh sendiri hingga penyakit yang berjalan dengan cepat
dan fatal yang tidak bereaksi terhadap pengobatan. Terdapat beberapa teori tentang penyebab dan mekanisme
terjadinya pankreatitis umumnya otodigesti pankreas, umumnya semua teori ini
menyatakan bahwa duktus pankreatikus tersumbat yang disertai hipersekresi
enzim-enzim eksokrin dari pankreas tersebut. Enzim-enzim ini memasuki saluran
empedu dan bersama getah empedu mengalir balik (refluks) kedalam duktus
pankreatikus sehingga terjadi pankreatitis.
Kanker
berawal dari kerusakan materi genetika atau DNA (Deoxyribo Nuclead Acid) sel.
Satu sel saja yang mengalami kerusakan genetika sudah cukup untuk menghasilkan
suatu jaringan baru, sehingga kanker disebut juga penyakit seluler
(Tjokronegoro, 2001). Kanker dapat tumbuh
pada setiap bagian pankreas (kaput, korpus dan kauda) dengan menimbulkan
manifestasi klinik yang bervariasi menurut lokasi lesinya dan apakah sel-sel
pulau langerhans yang mensekresikan insulin itu turut terlibat. Karsinoma
pankreas memiliki angak keberhasilan hidup 5 tahun, palinh rendah bila
dibandingkan dengan 60 lokasi kanker lainnya.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar
Pankreas
Pankreas merupakan organ yang panjang dan ramping. Panjangnya sekitar
6 inci dan lebarnya 1,5 inci. Pankreas terletak retroperitoneal dan dibagi
dalam 3 segmen utama – kaput, korpus dan kauda. Kaput terletak pada bagian
cekung duodenum, dan kauda menyentuh limpa.
Pankreas dibentuk dari 2 sel dasar yang mempunyai fungsi sangat
berbeda. Sel-sel eksokrin yang berkelompok-kelompok disebut asini menghasilkan unsur-unsur getah
pankreas. Sel-sel endokrin atau pulau Langerhans menghasilkan sekret endokrin,
insulin dan glucagon yang penting untuk metabolisme karbohidrat.
Pankreas merupakan kelenjar kompleks tubule alveolar. Secara
keseluruhan, pankreas menyerupai setangkai anggur. Cabang-cabangnya merupakan
saluran yang bermuara pada duktus pankreatikus utama (duktus Wirsungi). Saluran-saluran kecil dari tiap asinus
mengosongkan isinya ke saluran utama. Saluran utama berjalan di sepanjang
kelenjar, sering bersatu dengan duktus koledokus pada ampula Vater sebelum
masuk ke duodenum. Saluran tambahan, duktus
Santorini, sering ditemukan berjalan dari kaput pankreas masuk ke duodenum,
sekitar satu inci di atas papila duodeni.
2.1
Konsep Pankreatitis akut
2.1.1
Pengetian
Pankreatitis
akut atau inflamasi pada pankreas terjadi akibat proses tercernanya organ ini
oleh enzim-enzimnya sendiri khususnya oleh tripsin (Smeltzer, 2002). Menurut Price (2006) pankreatitis akut adalah suatu
proses peradangan akut yang mengenai pankreas dan ditandai oleh berbagai derajat
edema, perdarahan dan nekrosis pada sel-sel asinus dan pembuluh darah.
2.1.2
Etiologi
Kebiasaan
mengkonsumsi alkohol dalam waktu lama merupakan penyebab utama pankreatitis
akut. Keadaan lain yang jarang ditemukan sebagai penyebab pankreatitis adalah
infeksi bakteri atau virus, trauma tumpul abdomen, ulkus peptikum, batu emepedu, hiperlipidemia,
hiperkalsemia, penggunaan kortikosteroid, preparat diuretik thiazid dan
kontrasepsi oral. Mortalitas pada pankreatitis akut cukup tinggi (10%) akibat
terjadinya syok, anoksia, hipotensi atau gangguan cairan dan elektrolit.
Klasifikasi pankreatitis Akut ada 2
yaitu:
a. Pankreatitis
interstisialis (edematus)
Edema dan inflamasi
yang terbatas pada pankreas, namun berisiko mengalami syok, gangguan
keseimbangan cairan elektrolit dan sepsis.
b. Pankreatitis
hemoragik akut
Bentuk pankreatitis
intertisialis yang lebih lanjut. Digesti enzimatik kelenjar pankreas tersebut
lebih menyebar luas dan total. Jaringan pankreas menjadi nekrotik dan
kerusakannya meluas sampai pada sistem vaskualtur sehingga darah mengalir masuk
ke dalam substansi pankraeas dan jaringan retroperitoneal. Komplikasi lanjut
terdiri atas kista atau abses pada pankreas. Pankreatitis hemoragik memiliki
angka moralitas sebesar 30%.
2.1.3
Patofisiologi
Dalam
keadaan normal tripsinogen diubah menjadi tripsin yang bekerja dalam usus
halus. Tripsin ini mengaktifkan semua enzim proteolitik lainnya. Inhibitor
tripsin terdapat dalam plasma dan pankreas menginaktifkan setiap tripsin
sehingga pankreas normal tidak terjadi pencernaan proteolitik.
Mekanisme
yang mendorong timbul proses autodigestif secara pasti belum diketahui.
Beberapa faktor yang mungkin berperan adalah obstruksi duktus pankreas yang
bersifat sementara, refluks isi duodenum ke duktus pankreas, iskemia, perubahan
permeabilitas duktus pankreas dan penggabungan granule zimogen dengan enzim
lisosom yang menyebabkan aktivasi tripsin intraseluler. Akibat aktivasi enzim
ini membran sel robek dan menyebabkan terjadi edema intrapankreatik, nekrosis
perlemakan peripankreatik, perdarahan parenkim dan sel asinus. Enzim aktif
tersebut dapat masuk ke sirkulasi sistemik dan rongga peritoneum menyebabkan
proses kerusakan organ tubuh lama.
Refluks
empedu dan isi duodenum kedalam duktus pankreatikus telah ditemukan sebagai
mekanisme yang mengkin terjadi untuk pengaktifan enzim pankreas. Hal ini
mungkin terjadi bila terdapat saluran bersama dan batu empedu menyumbat ampula
vateri. Atonia dan edema sfingter oddi dapat mengakibatkan refluks duodenum.
Obstruksi duktus pankreatikus dan iskemia pankreas juga dapat berperan.
Peranan
penting pada autodigesti pankreas adalah elastase dab fosfolipase A.
Fosfolipase A dapat diaktifkan oleh tripsin atau asam empedu. Enzim ini
mencerna fosfolipid membran sel. Elastase diaktifkan oleh tripsin dan mencerna
jaringan elastin dinding pembuluh darah mengakibatkan perdarahan. Pengaktifan
kalikrein oleh tripsin diduga berperan atas timbulnya kerusakan lokal dan
hipotensi sistemik. Kalikrein menyebabkan vasodilatasi, peningkatan
permeabilitas vaskular, invasi sel darah putih dan nyeri.
2.1.5
Manifestasi Klinik
Nyeri abdomen yang hebat, nyeri tekan pada abdomen
disertai nyeri pada punggung, nyeri khas pada midepigastrium (ulu hati), nyeri
semakin parah setelah
makan dan dan tidak dapat reda dengan pemberian antasid, distensi abdomen,
adanya massa abdomianal yang dapat diraba namun batasnya tidak jelas, penurunan
peristaltik, mual dan muntah, panas, ikterus,
konfusi dan agitasi, takikardia ,
sianosis, dispneu dan takipnea.
2.1.6
Evaluasi diagnostik
Kadar amilase dan
lipase serum untuk diagnosis pankreatitis
akut, kadar puncak amilase serum akan tercapai dalam 24 jam disertai penurunan
cepat ke nilai normal dalam waktu 48 hingga 72 jam. Kadar lipase serum
meningkat sesudah 48 jam dan menetap tinggi selama 5-7 hari. Jumlah sel darah putih meningkat,
hipokalsemia, hiperglikemia dan glukosuria sementara serta kenaikan kadar
bilirubin serum.
Pemeriksaan USG
dengan kontras untuk mengidentifikasi peningkatan diameter pankreas dan
mendeteksi keberadaan kista, abses atau pseudokista pada pankreas.
Hematokrit dan
hemoglobin digunakan untuk memantau kemungkinan adanya perdarahan. Feses tampak
sangat banyak, berwarna pucat dan berbau busuk.
2.1.7 Penatalaksanaan
Sebagian
besar kasus (85-90%) pankreatitis akut bersifat ringan serta sembuh snediri.
Biasanya hanya memerlukan perawatan kurang dari 1 minggu. Perawatan terhadap
penderita bersifat supportive dengan pemberian analgetik yang sesuai,
memepertahankan stabilitas volume, elektrolit dan asam basa cairan tubuh, cepat
tanggap terhadap perubahan tanda-tanda vital dan timbul komplikasi. Penderita
pankreatitis akut berat dengan 3 atau lebih faktor prognostik jelek, perlu
perawatan intensif di unit emergency.
- Analgetik, meperidine 50-100 mg IM atau IV diberikan tiap 4-6 jam.
- Nutrisi diberikan per enteral: per oral sementara dihentikan untuk mengurangi rangsangan sekresi pankreas sehingga aktivasi peradangan menurun. Setelah keadaan klinis membaik dilakukan pemberian makan peroral secara bertahap, dimulai dengan diet karbohidrat rendah lemak dan protein yang diberikan sedikit-sedikit. Bila timbul keluhan, dihentikan, kembali ke nutrisi parenteral.
- Sekwetrasi cairan ke rongga peritoneum atau retroperitoneal perlu diperhitungkan dalam mempertahankan stabilitas volume cairan tubuh.
- Antibiotik hanya diberikan bila jelas infeksi, tidak diberikan untuk profilaksis.
Indikasi pembedahan
- Bila sangat mencurigai perforasi.
- Pada pankreatitis karena batu empedu, dilakukan pembedahan elektif segera setelah pankreatitis membaik.
- Untuk drainage tumpukan cairan terinfeksi.
2.1.8
Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada
awal perjalanan penyakit adalah instabilitas hemodinamik sampai shock,
komplikasi efusi pleura, gagal ginjal akut, hiperglikemia, asidosis,
hipokalsemia, hipomagnesemia, pseudokista, nekrosis terinfeksi, obstruksi kolon
disertai nekrosis, perdarahan pankreas, abses dan pseudokista (FK unair, 2008).
2.3
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Identitas
a. Usia
Umumnya manusia mengalami perubahan
fisiologis secara drastis menurun cepat setelah usia 40 tahun. Pankreatitis
sering muncul pada pasien yang pecandu alkohol yang berumur lebih dari 40
tahun. Tetapi dapat muncul pada usia muda sebagai pecandu alkohol.
b. Pendidikan
dan Pekerjaan
Pada orang dengan pendapatan tinggi
dapat rentang stres. Cenderung untuk mengkonsumsi makanan cepat saji dan minum
yang mengandung alkkohol sebagai pelarian untuk mengurangi stres psikologinya,
oleh karena itu penyakit ini biasanya banyak dialami oleh pejabat, kontraktor,
pekerja biasa dengan gaji lembur yang tinggi dan rendah nilai agamanya.
2. Keluhan
Utama
Penderita
biasanya datang dengan keluhan perut terasa sakit dan panas terbakar pada abdomen
sampai tembus ke punggung terutama daerah epigastrik.
3. Riwayat
penyakit
Riwayat
perjalanan penyakit ini biasannya mulai dari rasa tidak enak di perut, rasa perih
sehingga kadang orang awam menganggap sebagai gangguan lambung. Rasa perih itu
kemudian berubah cepat menjadi rasa terbakar dan sakit pada abdomen terutama
epigastrik.
Tentunya
kalau itu infeksi biasanya disertai kenaikan suhu tubuh meskipun tidak tinggi.
Kelainan yangdpat menjadi pemicu terjadinya pankreatitis dan perlu dilakukan
pengkajian diantaranya:
a. Trauma
abdomen terutama pada perut kuadran tengah
b. Riwayat
kelebihan lemak
c. Riwayat
pembuluh darah dan sirkulasi yang jelek.
d. Penyakit
ulkus peptikum yang lama
e. Pemberian
obat-obatan kortikosteroid dan diuretik dalam jangka lama.
4. Riwayat
Kesehatan Keluarga
Penyakit
ini memungkinkan ditularkan dari satu anggota ke anggota keluarga lain melalui
pemakaian alat makan yang bersama-sama dalam waktu lama.
Pemeriksaan Fisik
a.
B1
Sesak (bila sudah komplikasi ke efusi pleura).
b. B2
Hipotensi dan anemia (jika terjadi perdarahan).
c. B3
Tak ada Kelainan.
d. B4
Oliguri (pada dehidrasi), warna kuning jernih, BUN
meningkat (GGA).
e. B5
Mual dan muntah, feses warna pucat,penurunan
peristaltik, nyeri
abdomen yang hebat, nyeri
tekan pada abdomen disertai nyeri pada punggung, nyeri khas pada midepigastrium
(ulu hati), distensi
abdomen.
f. B6
Ekimosis (memar) didaerah pinggang dan umbilikus
Diagnosa
Keperawatan
1. Nyeri
akut berhubungan dengan edema
pankreas.
2. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
3. Hipertermia berhubungan dengan respon sistemik peradangan
pankreas.
4. Gangguan Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan intake yang kurang.
5. Pola
napas tidak efektif berhubungan
dengan distensi abdomen.
NO.
|
DIAGNOSA
KEP
|
TUJUAN
|
KRITERIA
HASIL
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
2
3.
4.
5.
|
Nyeri akut
berhubungan dengan edema pankreas.
Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
Hipertermi
berhubungan dengan respon sistemik terhadap peradangan.
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake kurang.
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan distensi abdomen.
|
nyeri
pasien berkurang atau hilang
Cairan
dan elaktrolit terpenuhi
hipertemi
dapat teratasi
tidak
terjadi defisit nutrisi
pola
nafas dapat efektif
|
- Pasien
mengatakan nyeri perut sudah berkurang atau hilang
- Ekspresi
wajah px tampak rileks.
- Pada
palpasi abdomen tidak teraba distensi dan
tidak nyeri pada abdomen daerah epigastrik.
- Skala
nyeri turun.
- Px
tidak mengalami diaphoresis.
- TTV dalam batas normal.
a. Pasien
mengatakan tidak haus.
b. Turgor
kulit baik
c. Jumlah
cairan yang masuk dan yang keluar seimbang.
d. Mukosa
bibir pasien tidak kering.
e. Berat
badan normal.
f. Elektrolit dalam batas normal (Natrium 135 – 140 mEq/L
Kalium 3,5 – 5,0 mEq/L)
a. Pasien
mengeluh tubuhnya tidak panas lagi.
b. Suhu
tubuh pasien 36,5 sampai 37,2 C.
c. Akral
tidak teraba panas
d. Tidak
teraba disteni abdomen.
a. Pasien
mengatakan nafsu makannya membaik.
b. Berat
badan pasien dalam kategori normal (penghitungan berat badan ideal yaitu
(TB-100)- 10%).
c. Porsi
yang disajikan di rumah sakit dapat dihabiskan oleh pasien.
d. Nilai
laboratorium yang terkait nutrisi seperti HB,Hematokrit,protein dalam batas
normal.
a. Pasien
tidak berat lagi saat bernafas
b. RR
20 – 24 kali permenit
c. Irama
pernafasan pasien reguler dan tidak cepat
d. Pasien
tidak terlihat berat saat bernafas
|
1. Bantu
px untuk mendapatkan posisi tubuh yang
nyaman dan rubah posisi tiap 2 jam.
2. Pertahankan
px dalam keadaan tirah baring.
3. Berikan
preparat antikolinergik dan analgetik sesuai resep dokter
4. Evalusi intensitas,
frekuensi, skala dan pemberat nyeri.
1. Pantau
intake dan output cairan secara kontinue tiap jam.
2. Observasi sumber-sumber kehilangan cairan (seperti muntah,
drainase nasogastrik).
3. Berikan
infus elektrolit (NaCl)
4. Pantau
tanda-tanda syok dan atasi dengan cepat bila terjadi selain cairan intravena
berikan kortikosteroid.
5.
Observasi
adanya asites pada abdomen
6. Berikan
albumin, plasma sesuai indikasi dan sesuai yang diresepkan.
1. Lakukan
kompres air biasa untuk mengurangi panas
2. Beritahu
pasien untuk minum air putih 1500-2000cc/24 jam sesuai indikasi.
3.
Kolaborasi dengan tim medis
dalam obat penurun panas non alkohol dan non
kafein sesuai resep
1. Beritahu
pasien untuk tidak menkonsumsi makanan
yang merangsang seperti pedas, berkafein
2. Pantau
kadar glukosa darah dan kalau perlu berikan terapi insulin sesuai yang
diresepkan
3.
Berikan diet tinggi karbohidrat,
rendah protein dan rendah lemak ketika sudah dapat ditoleransi.
4.
Kaji tingkat pemenuhan nutrisi dan
tingkat pemenuhan metabolisme ( melalui jumlah kalori yang masuk dan jumalh
kalori yang dibutuhkan).
1. Pertahankan
posisi semifowler
2.
Bantu pasien membalikan tubuh dan
merubah posisi tiap 2 (dua) jam.
3.
Anjurkan pasien untuk membatasi
aktifitas yang berlebihan di tempat tidur.
4.
Observasi
status pernafasan pasien (frekwensi, pola dan suara nafas) dan gas darah.
|
1.
membantu mengurangi penekanan bagian
tubuh yang dapat berkontribusi terhadap nyeri dan menghindari komplikasi
pulmoner dan sirkuler.
2.
tirah bariing menurunkan kebutuhan
metabolisme dan dapat mengurangi sekresi pankreas dan lambung
3.
antikolinergik untuk menghambat
sekresi lambung dan pankreas, analgetik untuk menurunkan ambang nyeri
4.
frekuensi, intensitas dan skala yang
meningkat mengidentifikasi edema bertambah.
1.
memantau keseimbangan cairan dan dapat
melakukan rehidrasi dengan cepat.
2.
kehilangan cairan lewat muntah dan
nasogastrik dapat berdampak pada keseimbangan karena pasien dalam keadaan
puasa
3.
mengganti cairan yang hilang dengan
cepat dan mempertahankan haluaran urin minimal 50ml/jam.
4.
cairan dapat menambah volume darah
sedangkan kortikosteroid membantu mencegah kolaps vaskular.
5.
pada pankreatitis akut plasma dapat
mengalir ke rongga abdomen sehingga mengurangi plasma
6.
membantu sirkulasi yang efektif pada
jaringan tubuh karena banyak cairan yang keluar.
1.
Terjadi konduksi panas tubuh ke benda
yang dipergunakan untuk mengompres.
2.
pengganti cairan yang hilang akibat
evaporasi.
3. menurunkan
panas melalui respon persarafan pusat.
1.
Makanan atau minuman yang merangsang
akan meningkatkan sekresi lambung yang dapat berdampak pada penurunan nafsu
makan.
2. Penurunan
intake makanan akan menurunkan kadar glukosa darah yang merupakan bahan utama
untuk energi sel. Insulin dapat berkontribusi pada perbaikan pankreas
3.
Jenis makanan ini akan meningkatkan
pemenuhan nutrisa tanpa meningkatkan stimulus pada pencernaan.
4.
Peningkatan sekresi pankreas akan
berakibat pada proses pencernaan(peningkatan motilitas). Peradangan dan
infeksi akan meningkatkan metabolisme tubuh
1.
Menurunkan tekanan paru oleh diafragma
sehingga memungkinkan paru ekspansi lebih besar
2.
Membalikan tubuh akan membantu
drainase pada semua lobus paru.
3.
Aktifitas yang berlebihan akan
meningkatkan rangsangan sekresi gaster yang dapat menambah distensi abdomen.
4.
Pankreatitis akut dapat menyebabkan
edema retroperitonial, elevasi diafragma, dan ventilasi peru yang tidak
adekuat. Status pernapasan yng jelek dapat sebagai indikasi meningkatnya
distensi abdomen.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar