Selasa, 05 Februari 2013

ASKEP GLAUKOMA



BAB I
LANDASAN TEORI

1.1    DEFINISI
Glaukoma adalah sekelompok gangguan yang melibatkan beberapa perubahan atau gejala patologis yang ditandai dengan peningkatan TIO dengan segala akibatanya.
Glaukoma adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan tekanan intraokular, penggaungan, dan degenerasi saraf optik serta defek lapang pandang yang khas.
Glaukoma salah satu penyakit mata yang diakibatkan karena kenaikan tekanan bola mata dan menimbulkan kerusakan saraf penglihatan, sedangkan fungsi saraf mata akan meneruskan bayangan yang dilihat ke otak.

1.2    ETIOLOGI
Penyebab adanya peningkatan tekanan intraokuli adalah perubahan anatomi sebagai bentuk gangguan mata atau sistemik lainnya, trauma mata, dan predisposisi faktor genetik. Glaukoma sering muncul sebagai manifestasi penyakit atau proses patologik dari sistem tubuh lainnya

1.3     FAKTOR RISIKO
1.         Umur. Risiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia.
2.         Riwayat anggota keluarga. Memiliki keluarga yang menderita glaukoma.
3.         Obat-obatan. Pemakaian steroid secara rutin menyebabkan terjadinya glaukoma.
4.         Riwayat trauma. Cedera kontusio pada bola mata biasanya dapat disertai dengan peningkatan TIO akibat terjadinya hifema.
5.         Penderita hipermetropia yang sangat tinggi
6.         Riwayat penyakit lain seperti riwayat diabetes dan hipertensi.


1.4     KLASIFIKASI
 Berdasarkan penyebabnya, glaukoma dibedakan dalam :
1.        Glaukoma primer, yaitu glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Umumnya dibedakan dalam glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup.
a.    Glaukoma sudut terbuka
Merupakan bentuk glaukoma primer yang lebih tersembunyi dan membahayakan serta paling sering terjadi (kurang lebih 90% dari klien glaukoma). Keadaaan ini terjadi pada klien usia lanjut (> 40 th) dan perubahan karena usia lanjut memegang peranan penting dalam proses sklerosa badan silier dan jaringan trabekel.
b.    Glaukoma sudut tertutup
Terjadi jika saluran tempat mengalirnya humor akuos terhalang oleh iris. Gejalanya dapat berupa nyeri mata berat, penglihatan kabur, dan terlihat halo.
2.        Glaukoma sekunder, adalah glaukoma yang disebabkan oleh trauma, inflamasi, dan kelainan vaskular. Biasanya terjadi akibat penyakit mata lain yang menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan volume cairan mata.
3.        Glaukoma kongenital, terjadi akibat kegagalan jaringan mesodermal memfungsikan trabekular. Kondisi ini disebabkan oleh ciri autosom resesif dan biasanya bilateral.

1.5     MANIFESTASI KLINIS
1.        Nyeri pada mata dan sekitarnya
2.        Pandangan kabut
3.        Mual, muntah, berkeringat
4.        Mata merah, hiperemi konjungtiva, dan siliar
5.        Visus menurun
6.        Edema kornea

1.6    PATOFISIOLOGI
Glaukoma merupakan penyakit kronis yang terus berkembang dengan lambat dan kadang-kadang berkembang tanpa disadari penderita sehingga mencapai tingkat lanjut. Penelitian yang lebih cermat pada tahap awal memperlihatkan adanya remisi dan eksaserbasi dari gangguan aliran keluar dan peninggian tekanan intraokular.
Penyebab tersering terjadinya glaukoma adalah TIO > 24 mmHg.  Peninggian TIO terjadi apabila:
1.         Korpus siliare memproduksi terlalu banyak humor akuos sedangkan pengeluaran pada jaringan trabekular normal
2.         Hambatan pengaliran pupil sewaktu pengaliran dari kamera okuli posterior ke kamera okuli anterior
3.         Pengeluaran di sudut bilik mata terganggu.
Tekanan intraokular yang meninggi dapat menyebabkan iskemia (jaringan kekurangan nutrisi dan oksigen) karena darah tidak mengalir dengan baik di daerah saraf mata serta penekanan langsung terhadap saraf optik mata. saraf mata berfungsi meneruskan bayangan yang dilihat ke otak. Di otak, bayangan tersebut akan bergabung di pusat penglihatan dan membentuk suatu benda (vision).
Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah atrofi sel ganglion difus, yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian dalam retina dan berkurangnya akson di serat optikus. Diskus optikus menjadi atrofi disertai pembesaran cekungan optikus. Iris dan korpus siliare juga menjadi atrofi dan prosesus siliaris memperlihatkan degenerasi hialin.

1.7    PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.         Tonometri, untuk pengukuran TIO. Hasil sekali pembacaan tidak menyingkirkan kemungkinan glaukoma. Pada glaukoma sudut terbuka primer, banyak pasien akan memperlihatkan TIO normal saat pertama kali diperiksa.
2.         Gonioskopi, lebar sudut di kamera anterior dapat diperkirakan dengan pencahayaan oblik.
3.         Funduskopi, untuk menilai saraf optik.
4.         Perimetri, memeriksa lapangan pandang.
1.8    PENATALAKSANAAN
Semua jenis glaukoma harus dikontrol secara teratur ke dokter mata selama hidupnya. Hal tersebut dikarenakan tajam penglihatan dapat menghilang secara perlahan tanpa diketahui penderitanya. Obat-obat yang dipakai perlu dikontrol oleh dokter spesialis mata agar disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Satu hal yang perlu ditekankan adalah bahwa saraf mata yang sudah mati tidak dapat diperbaiki lagi. Medikamentosa dan tindakan pembedahan hanya untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dari saraf mata tersebut.
1.      Obat-obatan
Upaya menurunkan TIO dilakukan dengan memberikan cairan hiperosmotik seperti gliserin per oral. Untuk melancarkan aliran humor akuos, dilakukan konstriksi pupil dengan miotikum seperti pilocarpine hydrochloride 2-4% setiap 3-4 jam.pemberian dilakukan apabila terdapat tanda-tanda penurunan TIO.
Penanganan nyeri, mual, muntah dan peradangan dilakukan dengan memberikan analgesik.
2.      Operasi
Jika obat-obatan tidak dapat mengontrol glaukoma dan peningkatan TIO menetap, maka operasi merupakan terapi alternatif, meliputi :
a.    Laser (Laser Trabeculoplasty)
Ini dilakukan jika obat tetes mata tidak menghentikan kerusakan penglihatan. Pada kebanyakan kasus, meski telah dilakukan tindakan laser ini, obat tetes mata tetap harus diberikan. Tindakan laser ini tidak memerlukan pasien untuk dirawat di rumah sakit.
b.    Pembedahan (Trabeculectomy)
Ini dilakukan jika tetes mata dan penanganan dengan laser gagal untuk dapat mengontrol tekanan bola mata. Sebuah saluran dibuat untuk memungkinkan cairan mata mengalir keluar. Tindakan ini dapat menyelamatkan sisa penglihatan yang ada tapi tidak memperbaiki pandangan.

Penatalaksanaan keperawatan lebih menekankan pada pendidikan kesehatan terhadap penderita dan keluarganya karena 90% dari penyakit glaukoma merupakan penyakit kronis dengan hasil pengobatan yang tidak permanen. Kegagalan dalam pengobatan untuk mengontrol glaukoma dan adanya pengabaian untuk mempertahankan pengobatan dapat menyebabkan kehilangan penglihatan progresif dan mengakibatkan kebutaan.
 

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

2.1    DATA DASAR PENGKAJIAN
1.    Anamnesis
a.         Riwayat
-            Riwayat okular : tanda peningkatan TIO, mual, muntah, pandangan kabur, pernah mengalami infeksi, trauma, pembedahan
-            Riwayat kesehatan : menderita diabetes melitus, hipertensi, penyakit kardiovaskular, keluarga penderita glaukoma, penggunaan obat-obatn jangka lama, antidepresan
-            Psikososial : kemampuan aktivitas, gangguan membaca, risiko jatuh dari kendaraan
b.         Pengkajian umum :
-            Usia
-            Gejala penyakit sistemik
-            Gejala gastrointestinal : mual, muntah
2.      Pemeriksaan
Pengkajian khusus mata :
a.         Inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi mata, sklera kemerahan, koernea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal bereaksi dengan cahaya.
b.         Palpasi untuk memeriksa mata yang mengalami peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding mata yang lain
c.         Pengukuran TIO dengan tonometer, pada keadaan kronik didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut >30 mmHg
d.        Pemeriksaan fisik dengan menggunakan oftalmoskop untuk mengetahui adanya atrofi diskus optikus. Diskus optikus menjadi lebih luas dan lebih dalam.
e.         Perimetri menunjukkan adanya penurunan luas lapang pandang
f.          Gonioskopi menunjukkan sudut mata tertutup atau terbuka
2.2    DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.         Penurunan persepsi sensori : penglihatan yang berhubungan dengan penurunan tajam  penglihatan dan kejelasan penglihatan.
2.         Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan prognosis.
3.         Nyeri yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okuler
4.         Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi atau mispersepsi yang didapat sebelumnya
5.         Resiko tinggi terhadap cidera yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuler, perdarahan dalam mata, kehilangan vitrius
6.         Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan penurunan penglihatan, pembatasan aktivitas pasca operasi
7.         Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang berhubungan dengan mual, muntah
2.3    INTERVENSI KEPERAWATAN
1.         Gangguan sensori perseptual; penglihatan  yang berhubungan dengan penurunan tajam  penglihatan dan kejelasan penglihatan
Tujuan : klien melaporkan kemampuan yang lebih baik untuk proses rangsang penglihatan dan mengomunikasikan perubahan visual
Kriteria hasil :
-       Klien mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi penglihatan
-       Klien mampu mengidentifikasi dan menunjukkan pola-pola alternatif untuk meningkatkan penerimaan rangsang penglihatan
Intervensi :
a.         Kaji ketajaman mata klien
R/ : mengidentifikasi kemampuan visual klien
b.        Dekati klien dari sisi yang sehat
R/ : memberikan rangsang sensori, mengurangi rasa isolasi
c.         Identifikasi alternatif untuk optimalisasi sumber rangsangan
R/ : memberikan keakuratan penglihatan dan perawatannya
d.        Sesuaikan ligkunagn untuk optimalisasi penglihatan
R/ : meningkatkan kemampuan persepsi sensori
e.         Kolaborasi dalam pemberian miotik
R/ : menyebabkan kontriksi pupil, memudahkan keluarnya akuos humor

2.         Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan prognosis.
Tujuan : tidak terjadi kecemasan
Kriteria hasil :
-       Klien mengungkapkan kecemasan berkurang
-       Klien berpartisipasi dalam kegiatan pengobatan
Intervensi :
a.    Kaji derajat kecemasan, faktor yang mnyebabkan kecemasan, tingkat pengetahuan, dan ketakutan klien akan penyakit
R/ : umumnya faktor yang menyebabkan kecemasan adalah kurangnya pengetahuan. Pada klien dengan glaukoma, rasa nyeri dan penurunan lapang pandang menimbulkan ketakutan utama
b.    Orientasikan tentang penyakit yang dialami klien
R/ : meningkatkan pemahaman klien tentang penyakit
c.    Berikan kesempatan pada klien untuk bertanya tentang penyakitnya
R/ : menimbulkan rasa aman dan perhatian bagi klien
d.   Beri dukungan psikologis
R/ : dapat berupa penguatan tentang kondisi klien, peran serta aktif klien dalam perawatan
e.    Terangkan setiap prosedur yang dilakukan dan jelaskan tahap perawatan yang akan dijalani
R/ : mengurangi rasa ketidaktahuan dan kecemasan yang terjadi
f.     Beri informasi tentang penyakit yang dialami
R/ : mengorientasikan pada penyakit dan kemungkinan realistik sebagai konsekuensi penyakit dan menunjukkan realitas

3.         Nyeri yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okuler
Tujuan : nyeri berkurang, hilang atau terkontrol
Kriteria hasil :
-          Klien dapat mengidentifikasi penyebab nyeri
-          Klien menyebutkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan nyeri
-          Klien mampu melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri
Intervensi :
a.    Kaji derajat nyeri setiap hari atau sesering mungkin
R/ : nyeri glaukoma umumnya sangat parah
b.    Jelaskan penyebab nyeri dan faktor tindakan yang dapat memicu timbulnya nyeri
R/ : penyebab munculnya nyeri adalah peningkatan tekanan intraokular yang dapat dipicu oleh batuk, mengejan, mengangkat benda berat, gerakan kepala tiba-tiba
c.    Anjurkan klien untuk menghindari perilaku yang dapat memprovokasi nyeri
R/ : untuk mencegah peningkatan TIO lebih lanjut
d.   Secara kolaboratif, berikan obat analgetik
R/ : berfungsi meningkatkan ambang nyeri
e.    Ajarkan tindakan distraksi dan relaksasi pada klien
R/ : menurunkan sensasi nyeri dan memblokir sensari nyeri menuju otak



BAB III
PENUTUP

3.1    KESIMPULAN
Galucoma adalah sekelompok gangguan yang melibatkan beberapa perubahan atau gejala patologis yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler ( dengan segala akibatnya. Saat peningkatan  TIO lebih besar daripada toleransi jaringan, kerusakan terjadi pada sel ganglion retina, merusak diskus optikus, menyebabkan atrofi syaraf optik dan hilangnya pandangan perifer.
Glaukoma terbagi menjadi beberapa tipe, tipe primer, sekunder, dan kogenital. Tipe primer terbagi menjadi glaukoma sudut terbuka, dan glaukoma sudut terrtutup.
Jika obat tidak dapat mengontrol glaukoma  peningkata TIO menetap,  maka operasi merupakan terapi alterrnatif.
Asuhan keperawatan pada pasien dengan glaukoma dilakukan pada saat preoperasi dan pos operasi.
3.2    SARAN
Dengan memahami dasar teori penyakit glaukoma diharapkan perawat dapat meningkatkan kemampuannya dalam merawat pasien denganglaucoma.. Sehingga dapat memperkecil terjadinya komplikasi, mempercepat penyembuhan.

 
DAFTAR PUSTAKA


Asbury’s, Vaughan.(2008).General Ophtalmology.USA : McGrawhill Companies

Gulanick, Meg.(2003).Nursing Care Plans : Nursing Diagnosis and Intervention.USA :    Mosby, Inc

Ilyas, Sidharta.(2004).Ilmu Perawatan Mata.Jakarta : CV Sagung Seto

Istiqomah, Indriani.(2005).Askep Klien Gangguan Mata.Jakarta : EGC

Tamsuri, Anas.(2011).Klien Gangguan Mata dan Penglihatan.Jakarta : EGC



Tidak ada komentar:

Posting Komentar