Sabtu, 02 Februari 2013

ASKEP GIGANTISME DAN AKROMEGALI



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
        Akromegali dan gigantisme merupakan penyakit kronis yang diakibatkan oleh kelebihan GH (Growth Hormone) / IGF-1 (Insulin Like Growth Factor-1) yang dapat mengganggu faal jantung dan pernapasan sehingga meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas. Penyebab kematian tersering pada akromegali adalah penyakit kardiovaskuler.
            Kelebihan GH pada masa kanak-kanak, dimana lempeng epifisis (epiphyseal plate) pada ujung-ujung tulang panjang masih belum tertutup, akan berakibat timbulnya tubuh raksasa (gigantisme). Apabila kelebihan GH terjadi setelah dewasa, dimana lempeng epifisisnya sudah menutup maka yang terjadi adalah akromegali. Pada umumnya pasien gigantisme  juga menunjukkan gambaran akromegali. Penyakit ini jarang sekali, insiden pasien baru adalah 3-4/1 juta penduduk / tahun. Usia rata-rata pada saat ditegakkannya diagnosis akromegali adalah 40-45 tahun.
            Peningkatan GH / IGF-1 biasanya akibat tumor hipofisis yang menghasilkan GH (somatotroph tumor). Penyebab lain yang sangat jarang adalah peningkatan GHRH (Growth Hormone Releasing Hormone) yang dihasilkan oleh tumor-tumor hipotalamus dan GHRH / GH ektopik dari tumor-tumor non endokrin.
            Timbulnya gambaran klinis berlangsung perlahan-lahan dimana waktu rata-rata antara mulai keluhan sampai terdiagnosis berkisar sekitar 12 tahun. Gambaran klinis akromegali / gigantisme dapat berupa akibat kelebihan GH / IGF-1 dan akibat massa tumor sendiri. Pengobatan pada kasus dini dengan pembedahan tumor, obat-obatan dan penyinaran dapat memperbaiki kualitas hidup pasien.
1.2 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti diskusi ini, mahasiswa mampu memahami dan mengerti asuhan keperawatan pada pasien yang menderita gigantisme dan akromegali.


2.   Tujuan Khusus
Setelah mengikuti diskusi ini, ditujukan agar mahasiswa mampu :
a.       Menjelaskan pengertian dari gigantisme dan akromegali
b.      Menyebutkan dan menjelaskan etiologi dari gigantisme dan akromegali
c.       Menyebutkan manifestasi klinis dari gigantisme dan akromegali
d.      Menjelaskan patofisiologi dari gigantisme dan akromegali
e.       Menyebutkan dan menjelaskan penatalaksanaan dari gigantisme dan akromegali
f.       Menyebutkan komplikasi dari gigantisme dan akromegali
g.      Membuat dan melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien penderita gigantisme dan akromegali

1.3 MANFAAT        
1. Manfaat Institusi
Sebagai bahan masukan dalam menentukan arah kebijakan terutama yang  berhubungan dengan kasus gigantisme dan akromegali.
2. Manfaat Ilmiah
Hasil diskusi ini diharapkan dapat menjadi informasi dan bahan bagi pengembangan ilmu keperawatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  PENGERTIAN GIGANTISME
Gigantisme adalah pertumbuhan berlebihan akibat pelepasan hormon pertumbuhan berlebihan, terjadi pada masa ank-anak dan remaja.keadaan ini menyebabkan pertumbuhan longitudinal pasien sangat cepat dan pasien akan menjadi seorang raksasa. (Price, 2005)
2.2  ETIOLOGI
Pelepasan hormon pertumbuhan berlebihan hampir selalu disebabkan oleh tumor hipofise jinak (adenoma). Dapat juga terjadi kelainan hipotalamus yang mengarah pada pelepasan hormon berlebihan (Price, 2005)

2.3  GEJALA
Pada penderita gigantisme terjadi pertumbuhan tulang yang berlebihan sehingga tinggi badan abnormal. Masa pubertas tertunda dan alat kelamin tidak dapat tumbuh sempurna (Price,2005)

2.4  PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.   Kepastian diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan hormon pertumbuhan. Sebagai uji penyaring pemeriksaan SM-G (IGF-1) kemungkinan dianggap paling baik.
2.   CT-Scan kepala. MRI untuk mengetahui adanya tumor hipofisis makro maupun mikro.
3.   Tes supresi hormon pertumbuhan (GH supresin tes) dengan beban glukosa 100gr. Dinilai abnormal kalau terdapat kegagalan penekanan sampai dibawah 2µg/l. (Rumohargo. 1999)

2.5  PENATALAKSANAAN
Bila hipersekresi GH diakibatkan oleh adanya tumor maka dilakukan pengangkatan tumor atau dengan terapi radiasi. Pengobatan medis dengan menggunakan octreotid, suatu analog somatostatin juga tersedia. Suntikan octreotid bisa membantu menghalangi pembentukan hormone pertumbuhan. Octreotid dapat menurunkan sekresi kadar GH dan IGF-1, mengecilkan ukuran tumor dan memperbaiki gambaran klinis. Obat lainnya yang juga membantu adalah bromokriptin (Price, 2005)

2.6  PENGERTIAN AKROMEGALI
Akromegali adalah pertumbuhan atau penebalan tulang-tulang dan jaringan lunak dari hipersekresi GH yang terjadi setelah pertumbuhan somatik selesai. Penderita akromegali memperlihatkan pembesaran tangan dan kaki. (Price, 2005)

2.7  ETIOLOGI
Pelepasan hormon pertumbuhan yang disebabkan tumor hipofise jinak (adenoma). Dan dapat juga karena kelainan hipotalamus yang mengarah pada pelepasan growth hormone berlebihan.

2.8  MANIFESTASI KLINIS
1.   Pelepasan hormon pertumbuhan yang berlebihan mulai terjadi usia 30-50 tahun. Karena itu tulang mengalami kelainan bentuk, bukan memanjang.
2.   Gambarang tulang wajah menjadi kasar, tangan dan kakinya membengkak, sehingga biasanya selama bertahun-tahun tidak disadari oleh penderitanya.
3.   Rambut badan semakin kasar sejalan dengan menebal dan bertambah gelapnya kulit. Hal itu disebabkan karena adanya kelenjar sebasea dan kelenjar keringat didalam kulit membesar yang dapat menyebabkan keringat berlebihan dan bau badan yang menyengat.
4.   Pertumbuhan berlebih pada tulang rahang (mandibula) bisa menyebabkan rahang menonjol (prognatisme).
5.   Tulang rawan pada pita suara menebal sehingga suara menjadi dalam dan serak.
6.   Lidah membesar dan lebih berkerut-kerut.
7.   Ditemukan nyeri sendi.
8.   Gangguan dan kelemahan tungkai dan lengannya karena jaringan yang membesar dapat menekan persyarafan.
9.   Gangguan penglihatan karena adanya saraf yang membawa sinyal dari mata ke otak tertekan sehingga penglihatan terganggu terutama pada lapang pandang sebelah luar.
10.  Tumor hipofise dapat menyebabkan sakit kepala hebat.


2.9  PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.   Laboratorium darah yaitu pemeriksaan darah yang mengukur kadar GH
2.   Rontgen tulang tengkorak untuk melihat penebalan tulang.
3.   Rontgen tangan dapat menunjukkan penebalan tulang dibawah ujung jari tangan dan pembengkakan jaringan disekitar tulang.

2.10        PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan adalah:
1.   Menormalkan tubuh kembali kadar GH atau IGF1/SM-C
2. Memperkecil tumor atau menstabilkan besarnya tumor
3. Menormalkan fungsi hipofisis
4. Mencegah komplikasi akibat kelebihan kadar GH/IFG1 atau SM-C akibat pembesaran tumor.

2.11          TERAPI PEMBEDAHAN PADA AKROMEGALI DAN GIGANTISME
Dalam hal ini dikenal 3 macam terapi, yaitu:
1. Terapi pembedahan
2. Terapi radiasi
3. Terapi medikamentosa

1)      Terapi pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal 2 macam pembedahan tergantung dari besarnya tumor yaitu:
·         Bedah makro dengan melakukan pembedahan pada batok kepala (TC atau Trans Cranial)
·         Bedah mikro (TESH/ Trans Ethmoid Sphenoid Hypophysectomy). Cara terakhir TESH ini dilakukan dengan cara pembedahan melalui sudut antara celah intra orbita dan jembatan hidung antara kedua mata untuk mencapai tumor hipofisis.
2) Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau tindakan operasi tidak memungkinkan dan menyertai tindakan pembedahan atau masih terdapat gejala aktif setelah terapi pembedahan dilakukan.
Tindakan radiasi dapat dilaksanakan dalam 2 cara, yaitu:
·         Radiasi secara konversional (Conventinal High Voltage Radiation, 45 69 4500 RAD)
·         Radiasi dengan energy tinggi partikel berat (High Energy Particles Radiation, 150 69 15000 RAD)
3)  Terapi medikamentosa
·         Agosis dopamine
Pada orang normal dopamine atau agosis dopamine dapat meningkatkan kadar HP tetapi tidak demikian halnya pada pasien akromegali. Pada akromegali dopamine ataupun agosis dopamine menurunkan kadar HP dalam darah.
Contoh agosis dopamine:
a) Brokriptin
Dianjurkan memberikan dosis 2,5 mg sesudah makan malam, dan dinaikkan secara berkala 2,5 mg setiap 2-4 hari. Perbaikan klinis yang dicapai antara lain adalah:
• Ukuran tangan dan jari mengecil, serta
• Terjadi perbaikan gangguan toleransi glukosa
Efek samping yang terjadi adalah vaso spasme digital, hipotensi ortostatik, sesak nafas ringan, nausea, konstipasi, dll.
b) Ocreotide (Long Acting Somatostatin Analogue)
Cara pemberian melalui subkutan. Dosis: dosis rata-rata adalah 100-200 mikrogram diberikan setiap 8 jam.
Perbaikan klinis yang dicapai:
• Menurunkan kadar HP menjadi dibawah 5 mikrogram/ 1 pada 50 kasus
• Menormalkan kadar IGF1/ SM-C pada 50% kasus
• Penyusunan tumor
Efek samping: ringan dan mempunyai sifat sementara yaitu nyeri local/ di daerah suntikan dan kram perut.


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN


3.1    DASAR DATA PENGKAJIAN PASIEN

1.      KELUHAN UTAMA
Klien mengeluh pertumbuhan tulang abnormal pada gigantisme, pertumbuhan longitudinal dan sangat cepat. Pada akromegali umumnya memeperlihatkan pembesaran tangan dan kaki.

2.      RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Sejak kapan keluhan dirasakan. Pada gigantisme klien biasanya mengatakan pertumbuhan tulang yang berlebihan sehingga tinggi badan abnormal, untuk anak-anak pertumbuhannya dua kali tinggi badan normal pada usia tersebut. Didapatkan masa pubertas yang tertunda dan alat kelamin tidak dapat tumbuh sempurna. Pada akromegali klien mengatakan tulang mengalami kelainan bentuk, bukan memanjang, gambaran tulang wajah kasar, tangan dan kakinya membengkak.

3.      RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pada gigantisme dan akromegali biasanya riwayat penyakit dahulu klien mungkin pernah menderita tumor hipofisis jinak.

4.      RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Gigantisme dan akromegali tidak diturunkan dari riwayat keluarga yang memilki penyakit akromegali dan gigantisme.

3.2      PEMERIKSAAN FISIK
1.      BREATH (B1)
Biasanya pada pasien akromegali dan gigantisme tidak terjadi perubahan pola nafas. Bunyi nafas normal. Gangguan nafas biasanya terjadi akibat adanya proses pembesaran tumor hipofisis.


2.      BLOOD (B2)
Pada gigantisme biasanya tidak terjadi perubahan dalam kerja jantung. Pada akromegali jantung biasanya membesar dan fungsinya sangat terganggu sehingga terjadi gagal jantung.
3.      BRAIN (B3)
Pada tumor hipofisis yang mengakibatkan akromegali biasanya terjadi nyeri kepala bitemporal, gangguan penglihatan disertai hemi-anopsia bitemporal akibat penyebaran supraselar tumor dan penekanan kiasma optikum.
4.      BLADDER (B4)
Pada gigantisme terjadi pertumbuhan alat kelamin yang tidak sempurna. Pola BAK biasanya normal. Pada akromegali terdapat penurunan libido, impotensi, oligomenorea, infertilitas, nyeri senggama pada wanita, batu ginjal.
5.      BOWEL (B5)
Biasanya pola BAB normal, terjadi deformitas mandibula disertai timbulnnya prognatisme (rahang ang menjorok ke depan) dan gigi geligi tidak dapat menggigit sehingga meyulitkan dalam mengunyah makanan. Pembesaran mandibula menyebabkan gigi-gigi renggang, lidah juga membesar sehingga penderita sulit berbicara. (Price, 2005)
6.      BONE (B6)
Pada gigantisme pertumbuhan longitudinal, pembesaran pada kaki dan tangan perubahan bentuk yang terjadi membesar. Deformitas tulang belakang karena pertumbuhan tulang yang berlebihan, mengakibatkan timbulnya nyeri punggung dan perubahan fisiologik tulang belakang. Terdapat nyeri sendi pada bahu tulang dan lutut. (Price, 2005)

3.3      PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Foto tengkorak
2.      CT scan otak
3.      Pemeriksaan kadar GH
4.      Tes toleransi glukosa.


3.4      DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.   Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan gangguan transmissi impuls sebagai akibat penekanan tumor pada nervus optikus
2.    Nyeri berhubungan dengan adanya adenoma kelenjar hipofisis
3.    Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh
4.   Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan status kesehatan
5.   Defisit perawatan diri berhubungan dengan menurunnya kekuatan otot 

3.5      INTERVENSI KEPERAWATAN
1.    Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan gangguan transmissi impuls sebagai akibat penekanan tumor pada nervus optikus.
Tujuan : gangguan persepsi sensori teratasi.
Kriteria hasil :
1)  Dengan penglihatan yang terbatas klien mampu melihat lingkungan semaksimal mungkin.
2)  Mengenal perubahan stimulus yang positif dan negatif.
3)  Mengidentifikasi kebiasaan lingkungan.
Rencana Tindakan:
1)      Orientasikan pasien terhadap lingkungan aktifitas.
Rasional : Memperkenalkan pada pasien tentang lingkungan dam aktifitas sehingga dapat meninggalkan stimulus penglihatan.
2)      Bedakan kemampuan lapang pandang diantara kedua mata
Rasioal : Menentukan kemampuan lapang pandang tiap mata
3)      Observasi tanda disorientasi dengan tetap berada di sisi pasien
Rasional : Mengurangi ketakutan pasien dan meningkatkan stimulus.
4)      Dorong klien untuk melakukan aktivitas sederhana seperti menonton TV, mendengarkan radio. dll
Rasional : Meningkatkan input sensori, dan mempertahankan perasaan normal, tanpa meningkatkan stress.
5)      Posisi pintu harus tertutup terbuka, jauhkan rintangan.
Rasional : Menurunkan penglihatan perifer dan gerakan.



2.    Nyeri berhubungan dengan adanya adenoma kelenjar hipofisis
            Tujuan : Rasa nyeri berkurang atau hilang
            Kriteria Hasil :
a.    Pasien akan memberitahukan nyeri hilang atau terkontrol
b.    Pasien dapat melakukan tindakan atau metode untuk mengurangi dan mengatasi nyeri.
Intervensi:
1.  Kaji karakteristik nyeri
Rasional : Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
2.      Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal, seperti: ekspresi wajah; gelisah,  menangis, menarik diri
Rasional : Merupakan indikator / derajat nyeri yang tidak langsung dialami pasien
3.      Ciptakan lingkungan yang nyaman
Rasional : Rangsangan yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa nyeri
4.        Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.
Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin
5.      Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri itu muncul
Rasional : Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat mengurangi beratnya serangan
6.      Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.
8. Kolaborasi dalam pemberian analgesik
Rasional : Obat-obatan anlgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien.

3.      Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya pertumbuhan organ-organ yang berlebihan
Tujuan : Pasien dapat menerima dengan adanya pertumbuhan organ-organ yang belebihan.

Kriteria Hasil :
a. Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan, tanpa rasa malu dan rendah diri.
              b. Pasien yakin akan kemampuan yang akan dimiliki.
Intervensi :
1.    Dorong mengungkapkan mengenai masalah tentang proses penyakit
Rasional : Memberikan informasi kepada pasien tentang penyebab penyakit sehingga menimbulkan respon psikologis yang positif
2.    Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas
Rasional : Untuk meningkatkan perilaku yang adiktif dari pasien
3. Bantu dengan kebutuhan perawatan yang diperlukan
Rasional : Membantu memenuhi kebutuhan klien sehingga klien merasa nyaman dan kebutuhan perawatannya terpenuhi.
 
BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN
1.      Akromegali dan gigantisme terjadi akibat hipersekresi persisten dari GH, yang merangsang sekresi IGF-1 oleh hati dan akhirnya menyebabkan manifestasi klinis. Akromegali terjadi apabila peningkatan GH terjadi setelah dewasa sedangkan pada anak-anak maupun remaja akan muncul sebagai gigantisme.
2.      Penyebab terbanyak (95 %) dari akromegali / gigantisme adalah adenoma hipofisis yang mensekresi GH dan jarang sekali disebabkan oleh GH / GHRH ektopik.
3.      Gambaran klinik ditentukan oleh tingginya GH / IGF-1 dan efek massa tumor. Konsekuensi akromegali / gigantisme dapat meningkatkan angka morbiditas dan motalitas, terutama oleh komplikasi cardioserobrovaskuler dan pernafasan.
4.      Pilihan utama pengobatan adalah operasi transsphenoid, namun akhir-akhir ini pesat perkembangan pengobatan medis / farmakologis. Oleh karena pengobatan radiasi masih banyak kelemahannya, penggunaannya hanya sebagai penunjang pada kasus-kasus tertentu.

3.2  SARAN
1.    Bagi pasien
Pasien mengerti tentang penyakitnya dan pasien mau kontrol rutin dan berobat jalan sesuai advis dokter. Pasien juga diharapkan mengerti dan mengetahui gejala pada gigantisme dan akromegali.
2.      Bagi perawat
Dalam melakukan asuhan keperawatan perlu adanya pendekatan untuk menciptakan hubungan saling percaya agar pasien itu mau mengungkapkan masalahnya sehingga perawat dapat menjalankan asuhan keperawatan.


DAFTAR PUSTAKA

Doenges E, Marilyin. 1999. Rencana Asuhan keperawatan. Jakarta : EGC
Price & Wilson, 2005. Patofisiologi dan Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, edisi 6 Jakarta : EGC
Rumahorbo, Hotma . 1999. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta : EGC
Suddart & Brunner. 2000. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta : EGC
Suyono slamet. 2001. Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1. Jakarta : Balai Penerbit FKUI



Tidak ada komentar:

Posting Komentar