BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A.
Anatomi dan Fisiologi Lidah
Lidah
dilekatkan pada dasar mulut oleh frenulum lingua. Lidah berfungsi untuk
menggerakkan makanan saat dikunyah atau ditelan, untuk pengecapan dan dalam
produksi wicara.
a. Otot-otot ekstrinsik lidah berawal pada tulang dan
jaringsn diluar lidah serta berfungsi dalam pergerakan lidah secara
keseluruhan.
b. Otot-otot intrinsik lidah memiliki serabut yang menghadap
keberbagai arah untuk membentuk sudut
satu sama lain. Ini memberikan mobilitas yang besar pada lidah.
c. Papila adalah elevasi jaringan mukosa dan jaringan ikat
pada permukaan dorsal lidah. Papila-papila ini menyebabkan tekstur lidah
menjadi kasar.
1.
Papila fungiformis
dan papila sirkumvalata memiliki kuncup-kuncup pengecap.
2.
Sekresi berair dari
kelenjar Von Ebner, terletak di otot lidah, bercampur dengan makanan pada
permukaan lidah dan membantu pengecapan rasa.
d.
Tonsil-tonsil
lingua adalah agregasi jaringan limfoid pada sepertiga bagian belakang lidah
(Sloane, 2003).
Lidah
secara anatomi terbagi atas 3 bagian, yakni :
1.
Apek linguae (ujung lidah)
2.
Corpus linguae (badan lidah)
3.
Radix linguae (akar lidah)
a)
Struktur-struktur Superficial Dari Lidah
Membran
mukosa yang melapisi lidah yaitu dipunggung lidah, dipinggir kanan dan kiri dan
disebelah muka terdapat tonjolan yang kecil-kecil disebut dengan papillae.
Dasarnya papillae ini terdapat kuncup-kuncup pengecap sehingga kita dapat
menerima / merasa cita rasa. Ada empat macam yaitu: papillae filiformes,
papillae fungiformes, papillae circumvallatae dan papillae foliatae.
Area dibawah lidah
disebut dasar mulut. Membran mukosa disini bersifat licin, elastis dan banyak
terdapat pembuluh darah yang menyebabkan lidah ini mudah bergerak, serta pada
mukosa dasar mulut tidak terdapat papillae. Dasar mulut dibatasi oleh otot-otot
lidah dan otot-otot dasar mulut yang insertionya disebelah dalam mandibula.
Disebelah dalam mandibula ini terdapat kelenjar-kelenjar ludah sublingualis dan
submandibularis.
b) Otot-otot Pada
Lidah
otot-otot ekstrinsik melekatkan
lidah ke bagian eksternal yaitu hioglosus, genioglosus, palatoglosus,
pharingoglosus dan stiloglusus. Otot-otot intrinsik ini berjalan vertikal,
transversal dan longirudinal. Dengan struktur otot ekstrinsik dan intrinsik
memungkinkan lidah untuk bergerak lincah (Suyatno, 2010)
c) Persarafan Pada
Lidah
Otot-otot lidah di inervasi oleh
nervus hipoglosus (N.XII). Sensasi untuk perabaan (touch sensation) dari lidah
2/3 depan dibawah oleh N. Trigeminus (N. V cabang lingualis) dan dari 1/3
belakang lidah dibawah olhe N Glosopharingeus (N. IX). Sensasi untuk pengecapan
(taste sensation) dari 2/3 depan dibawah oleh N. Fasialis (VII) dan dari 1/3
belakang lidah melalui N. Glosopharingeus. Vaskularisasi lidah terutama
disediakan oleh arteri lingualis(Suyatno, 2010).
d) Aliran Limfa
Pada Lidah
Aliran
limfa disini penting oleh karena berhubungan dengan penyebaran dini carcinoma
lidah.Penyaluran limfe melalui lingua terjadi melalui 4 jalur :
1) Limfe dari
bagian 1/3 posterior lingua disalurkan ke cervikalis profunda superior dikedua
sisi.
2) Limfe dari
bagian medial 2/3 anterior lingua disalurkan langsung ke cervicalis profunda
inferior.
3) Limfe dari
bagian lateral 2/3 anterior lingua disalurkan ke submandibularis
4) Limfe dari
ujung lingua disalurkan ke submentalis
B.
Pengertian Kanker Lidah
Karsinoma lidah adalah suatu tumor yang
terjadi didasar mulut, kadang-kadang meluas kearah lidah dan menyebabkan
gangguan mobilitas lidah (Van de Velde, 1999). Kanker lidah (2/3 anterior). Sebagian
besar (40%) dari kanker rongga mulut adalah kanker lidah. Lokasi tumor paling
sering adalah tepi lateral pada perbatasan antara bagian tengah dengan 1/3
belakang lidah.
Kanker
lidah adalah suatu neoplasma maligna yang timbul dari jaringan epitel mukosa
lidah dengan selnya berbentuk squamous cell carcinoma (cell epitel gepeng
berlapis), juga beberapa penyakit-penyakit tertentu (premaligna). Kanker ganas
ini dapat menginfiltrasi ke daerah sekitarnya, disamping itu dapat melakukan
metastase secara limfogen dan hematogen.
C.
ETIOLOGI
Kanker
rongga mulut memiliki penyebab yang multifaktorial dan suatu proses yang
terdiri dari beberapa langkah yang melibatkan inisiasi, promosi dan
perkembangan tumor. Secara garis besar, etiologi kanker lidah:
1.
Tembakau: 80%
penderita kanker lidah adalah perokok. Risiko perokok adalah 5-9 kali lebih
besar dibandingkan bukan perokok.
2. Alkoholisme: peminum berat mempunyai risiko 30 kali lebih
besar dan efeknya sinergis dengan merokok.
3. Infeksi virus dalam rongga mulut: Human papilloma virus
(HPV) khususnya HPV 16 dan HPV 18.
4.
Oral hygiene yang
jelek.
5.
Sunburn: iritasi
sinar matahari dan iritasi kronis lainnya.
6.
Gaya hidup:
kebiasaan mengunyah sirih.
D.
PATOFISIOLOGI
Dasar
lidah memainkan peran penting dalam berbicara dan menelan. Selama fase faring
menelan, makanan dan cairan yang mendorong ke arah oropharingdari rongga mulut
oleh lidah dan otot-otot pengunyahan. Laring terangkat, efektif menekan katub
tenggorok dan memaksa makanan, cair, dan air liur kedalam kerongkongan
hypopharynx.
Meskipun
laring menghasilkan
suara, lidah dan faring adalah organ utama yang membentuk suara. Kerugian
jaringan dari dasar daerah lidah mencegah penutupan yang kedap air dengan
laring selama tindakan menelan. Ketidaksesuaian ini memungkinkan makanan dan
cairan untuk melarikan diridalam faring dan laring, koreografer dengan
hati-hati mengubah reflex menelan dan sering mengakibatkan aspirasi. Baik
neurologis penurunan dan perubahan dalam tindakan terkoordinasi menelan dari
penyakit berbahaya didaerah ini dapat merusak mempengaruhi pada kemampuan
berbicara dan menelan.
Squamous
sel carcinoma pada lidah sering timbul pada daerah epithelium yang tidak
normal, tetapi selain keadaan tersebut dan mudahnya dilakukan pemeriksaan
mulut, lesi sering tumbuh menjadi lesi yang besar sebelum pasien akhirnya
datang ke dokter gigi. Secara histologis tumor terdiri dari lapisan atau
kelompok sel-sel eosinopilik yang sering disertai dengan kumparan keratinasi.
Menurut tanda histology, tumor termasuk dalam derajat I-IV (Broder). Lesi yang
agak jinak adalah kelompok pertama yang disebut carcinoma verukcus oleh
Ackerman. Pada kelompok ini, sel tumor masuk, membentuk massa papileferuspada
permukaan. Tumor bersifat pasif pada daerah permukaannya, tetapi jarang meluas
ke tulang dan tidak mempunyai anak sebar. Lidah mempunyai susunan pembuluh
limfe yang kaya, hal ini akan mempercepat metastase kelenjar getah bening dan
dimungkinkan oleh susunan pembuluh limfe yang saling berhubungan kanan dan
kiri.
Tumor
yang agak jinak cenderung membentuk massa papiliferus dengan penyebaran ringan
kejaringan didekatnya. Tumor paling ganas menyebar cukup dalam serta cepat ke
jaringan didekatnya dengan penyebaran permukaan yang kecil, terlihat sebagai
ulser nekrotik yang dalam. Sebagian besar lesi yang terlihat terletak diantara
kedua batas tersebut dengan daerah nekrose yang dangkal pada bagian tengah lesi
tepi yang terlipat serta sedikit menonjol. Walaupun terdapat penyebaran local
yang besar, tetapi anak
sebar tetap berjalan. Metastase haematogenus terjadi pada tahap selanjutnya.
E.
MANIFESTASI
KLINIS
1. Tanda
awal umumnya berupa ulkus tanpa nyeri yang tidak sembuh-sembuh. Kemudian
membesar dan menekan atau menginfiltrsi jaringan sekita yang megakibatkan nyeri
lokal, otalgia ipsilateral dan nyeri mandibula (Suyatno, 2010).
2. Infiltrasi
ke otot-otot ini mengakibatkan gerakan lidah terbatas sehingga proses menelan
bolus makanan dan bicara terganggu. Kanker ini dapat menginfiltrasi jaringan
sekitarnya seperti dasar mulut (floor of mouth, FOM), dasar lidah dan tonsil (Suyatno, 2010).
3. Sejalan
dengan kemajuan kanker pasien dapat mengeluhkan nyeri tekan, kesulitan
mengunyah, menelan, dan berbicara, batuk dengan sputum bersemu darah atau
terjadi pembesaran nodus limfe servikal. (Baughman Diane C, 2000).
F.
Pemeriksaan Diagnosis
1.
CT-scan atau MRI
dilakukan untuk menilai detail lokasi tumor, luas ekstensi tumor primer.
2.
USG hepar, Foto
thorax dan bone scan untuk evaluasi adanya metastasis jauh.
3.
Biopsi
- FNAB ( Fine Needle Apiration Biopsy), dilakukan pada
tumor primer yang metastasis ke kelenjar getah bening leher.
-
Biopsi insisi atau
biopsi cakot (punch) dilakukan bila tumor besar (>1 cm)
- Biopsi eksisi dilakukan pada tumor yang kecil ( 1 cm atau
kurang) (Suyatno, 2010).
G.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan bervariasi dengan sifat
dari lesi, cara yang dipilih dokter, dan pilihan pasien:
1. Lesi
kecil (T1, T2) terapi utama adalah pembedahan dan radioterapi. Radioterapi
mungkin dapat memberiikan hasil kuratif pada lesi T1 dan T2 dengan preservasi
struktur anatomi dan fungsi yang normal. Namun radioterapi sering menimbulkan
kompllikasi berupa edema lidah yang memerlukan trakeostomi, xerostomia,
disgeusia dan osteoradionekrosis, hal ini mengakibatkan tindakan kurang
diminati (Suyatno, 2010).
2. Terapi
pembedahan pada kanker lidah adalah eksisi luas dengan batas sayatan bebas
tumor (konfirmasi potong beku). Tindakan ini memerlukan partial glosectomy dan
umumnya pasca operasi fungsi baik. Lokal kontrol untuk 5 tahun pada T1 adalah
85% dan T2 adalah 80%. Pada
T3 dan T4 terapi utama adalah pembedahan. Hasil kuratif hanya bisa dicapai
dangan reseksi en bloc yang komplet daris emua tumor dan jaringan sekitar
dengan sayatan secara mikroskopis bebas tumor. RND (Radical Neck Dissection)
harus dilakukan pada klinis N positif,
RND adalah pengangkatan kelenjar getah bening leher level I sampai V, musculus
sternokleidomastoid, vena jugularis interna, dan nervus assesoris (en bloc).
Batas diseksi, superior adalah musculus trapezius, anterior adalah tepi lateral
musculus sternohiod dan batas bagian dalam adalah fasia servikal yang menutupi
musculus levator scapulae dan scalenus. SND (selective neck dissection)
level 1-3 dilakukan pada N0 SND harus dilakukan oleh tingginya insiden
occult metastasis kelenjar getah bening leher. SND adalah pengangkatan kelenjar getah bening pada level tertentu yang
mempunyai risiko tinggi metastasis dengan mempertahankan nervus assesorius,
vena jugularis interna dan musculus sternokleidomastoid. Pembedahan
memberikan kuratifitas yang lebih baik dibandigkan radioterapi dan memungkinkan
untuk evaluasi patologi dari faktor prognositik. Terkadang dibutuhkan
rekonstruksi langsung (myocutaneous flap atau vacular free flap) untuk
mempertahankan fungsi dan kosmetik
(Suyatno, 2010).
Reseksi
pembedahan pada kanker mulut mencakup mandibulectomi parsial, hemiglossectomi
atau total glossectomi, dan resection bagian dasar mulut dengan buccal mukosa.
Prosedur pembedahan mencakup pembedahan leher dengan pengangkatan otot leher
lain, vena jugularis interna, kelenjar gondok, kelenjar submandibular, dan
saraf spinal tambahan. Penanganan pasien yang menderita kanker mulut dikelola
oleh seluruh tim kesehatan. Rujukan pada terapi bicara, terapi pekerjaan,
psikolog, dan ahli diet sangat penting karena berhubungan dengan masalah yang
mungkin muncul berikut ini yaitu komunikasi verbal, mengunyah, dan menelan yang
membawa perubahan tampilan diri serta harga diri. (Charlene J. Reeves, 2001).
H.
Prognosis
Karsinoma lidah yang kecil tanpa ada
metastasis kelenjar getah bening adalah baik. Namun bila sudah ada metastasis
ke kelanjar getah benning prognosanya memburuk. Untuk lesi T1 dan T2 rata-rata
disease free survival 5 tahun adalah 80-90 % dengan terapi kuratif. Rata-rta
survival 5 tahuan untuk stadium III dan IV adalah 30-50%. Adanya metastasis ke
kelenjar getah bening leher menurunkan survival 15-30%. Unutk evaluasi
prognosis dan hasil terapi yang lebih baik, beberapa penelitian memperhatikan
faktor pertumbuhan dan tumor marker. Over ekspresi dari EGFR (epidermal growth
factor) yang sangat bermanfaat untuk memprediksikan hasil terapi dan survival (Suyatno, 2010).
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
1. Identitas
Pasien
Nama,
umur, jenis kelamin, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, nomor register, tanggal
masuk, dan nama penanggung jawab pasien elama dirawat.
2. Riwayat
kesehatan
a)
Keluhan utama
Alasan
spesifik, untuk kunjugan anak ke klinik, kantor atau rumah sakit.
b)
Riwayat penyakit
sekarang
Keluhan
utama dari awitan paling awal sampai perkembangannya saat ini. Terdapat
komponen utama yaitu: rincian awitan, riwayat interval yang lengkap, status
saat ini, alasan untuk mencari bantuan saat ini.
c)
Riwayat penyakit dahulu
d)
Riwayat penyakit
keluarga
Apakah
ada didalam keluarga ada salah satu anggota yang menderita tumor lidah.
e)
Riwayat imunisasi
3. Pemeriksaan
fisik
B1
(Breathing)
Merokok
(tembakau, hidup dengan seseorang yang merokok)
B2
(Blood)
Takikardia, Hipertensi (nyeri hebat).
B3
(Brain)
Sakit
kepala, tinitus, tuli, juling
B4
(Bladder)
Perubahan
pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi urine, perubahan bising
usus, distensi abdomen.
B5
(Bowel)
Anoreksia,
mual, muntah, mulut rasa kering, inteleransi makanan, perubahan berat badan
B6
(Bone)
Kelemahan
atau keletihan, perubahan pada pola istirahat; adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas.
4. Pemeriksaan
diagnostik
a)
Ultrasound yaitu
dipakai untuk menilai massa superficial.
b)
CT scan dan Magnetic
Resonance Imaging (MRI) yaitu digunakan untuk lesi lebih dalam dan menilai
struktur lebih dalam pada tumor dan menunjukkan apakah terdapat metastase atau
tidak. (Charlene J. Reeves, 2001)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi
berhubungan dengan proses peradangan penyakit
2. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampua untuk
mencerna nutrisi adekuat akibat kondisi oral
3. Nyeri
berhubungan dengan lesi oral atau pengobatan, efek dari pembedahan reseksi
4. Kerusakan
komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan neurology dan kemampuan menelan
5. Resiko
terhadap infeksi berhubungan dengan penyakit atau pengobatan
6. Kurang
pengetahuan tentang proses penyakit dan rencana pengobatan
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx.
1 : Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan penyakit
Tujuan
: Suhu tubuh dalam batas normal
KH
: -
Suhu tubuh dalam batas normal
-
Badan tidak terasa
panas
Intervensi
:
1. Kaji
suhu dan tanda-tanda vital keadaan klien
R/
Memantau perubahan suhu tubuh
2. Pantau
suhu klien, perhatikan menggigil
R/
Suhu 38-41ºC menunjukkan proses penyakit infeksius
3. Berikan
kompres mandi hangat
R/
Dapat membantu mengurangi demam
4. Anjurkan
pasien untuk banyak minum
R/
Mempertahankan intake
5. Anjurkan
pasien memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat
R/
Menurunkan suhu tubuh
6. Kolaborasi
pemberian antipiretik
R/
Untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya hipotalamus
Dx 2 : Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampua untuk mencerna nutrisi adekuat
akibat kondisi oral
Tujuan : Nutrisi terpenuhi
KH : - BB sesuai usia
- Nafsu makan meningkat
- Tidak mual / muntah
Intervensi
:
1. Timbang
BB setiap hari
R/
Untuk mengetahui terjadinya penurunan BB dan mengetahui tingkat perubahan
2. Berdiit
makanan yang tidak merangsang (lunak / bubur)
R/
Untuk membantu perbaikan absorbsi usus
3. Anjurkan
klien untuk makan dalam keadaan hangat
R/ Keadaan hangat dapat meningkatkan nafsu makan
4. Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering
R/
Untuk memenuhi asupan makanan
5. Berikan
diit tinggi kalori, protein dan mineral serta rendah zat sisa
R/
Untuk memenuhi gizi yang cukup
6. Kolaborasi
pemberian obat antipiretik
R/
Untuk mengurangi bahkan menghilangkan rasa mual dan muntah
Dx
3 : Nyeri berhubungan dengan lesi oral atau pengobatan, pembedahan reseksi
Tujuan
: Nyeri hilang lebih berkurang, rasa nyaman terpenuhi
KH : - Skala nyeri 0
- Klien
mengatakan nyeri berkurang
- Nadi
60-90x/menit
- Klien
nyaman, tenang, rileks
Intervensi
:
1. Kaji
karakteristik nyeri
R/
Untuk menentukan tindakan dalam mengatur nyeri
2. Ubah
posisi klien bila terjadi nyeri, arahkan ke posisi yang paling nyaman
R/
Posisi yang nyaman dapat mengurangi nyeri
3. Observasi
nyeri berkurang atau tidak
R/
/Mengetahui skala nyeri saat ini
4. Ajarkan
teknik relaksasi dan distraksi
R/
Mengurangi rasa nyeri
5. Diskusikan
dengan keluarga tentang nyeri yang di alami klien
R/
Keluarga berpartisipasi dalam pengobatan
6. Kolaborasi untuk mendapatkan obat analgesic
R/
Untuk memblok syaraf yang menimbulkan nyeri
Dx
4 : Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan neurologi dan
kemampuan menelan
Tujuan
: Tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal
KH : Komunikasi lancer
Intervensi
:
1. Kaji
kemampuan komunikasi klien
R/
Mengetahui kemampuan komunikasi klien
2. Sediakan
alat komunikasi yang lain seperti papan tulis atau buku jika klien tidak dapat
berkomunikasi verbal
R/
Membantu dalam berkomunikasi
3. Responsive
terhadap bel panggilan dari klien
R/
Menjaga kepercayaan dari klien
Dx
5 : Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan penyakit atau pengobatan
Tujuan
: tidak terjadi infeksi
KH : - Tidak ada tanda-tanda infeksi
(rubor,color,dolor,tumor, fungsio lesa)
- TTV
normal terutama suhu (36-37ºC)
Intervensi
:
1. Monitor
TTV
R/
Suhu yang meningkat dapat menunjukkan terjadi infeksi (color)
2. Kaji
luka pada abdomen dan balutan
R/
Mengidentifikasi apakah ada tanda-tanda infeksi adanya pus
3. Menjaga
kebersihan sekitar luka dan lingkungan pasien, teknik rawat luka dengan antiseptic
R/
Mencegah kontaminasi silang / penyebaran organisme infeksius
4. Kolaborasi
pemberian antibiotic
R/
Antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi
Dx
6 : Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan rencana pengobatan
Tujuan
: Keluarga dapat menyatakan pemahaman proses penyakit
KH : Menyatakan pemahaman proses penyakit
Intervensi
:
1. Kaji
ulang proses penyakit, penyebab / efek hubungan factor yang menimbulkan gejala
dan mengidentifikasi cara menurunkan factor pendukung
R/
Mengetahui sejauh mana keluarga memahami penyakit tersebut
2. Tentukan persepsi tentang proses penyakit
R/ Menyamakan pola pikir
3. Jelaskan tentang penyakit yang diderita klien
R/
Memberikan informasi
4. Diskusikan
kembali dengan keluarga
R/
Mengetahui sejauh mana informasi yang diterima keluarga
Daftar
Pustaka
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku
Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta.
Doenges, M. G. (2000). Rencana
Asuhan Keperawatan. Edisi 3 EGC. Jakarta.
Roezin
Averdi. 2004. Ilmu Penyakit Telinga-Hidung-Tenggorok. Jakarta: FKUI.
Roezin,
Averdi. 2003. Penatalaksanaan Penyakit dan Kelainan Telinga-Hidung-Tenggorok.
Jakarta: FKUI.
Schrock,
Theodore. 1995. Ilmu Bedah (Handbook Of Surgery). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Sjamsuhidayat.
2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sloane,
Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Suyatno.
2010. Bedah Onkologi Diagnostik dan Terapi. Jakarta: Sagung Seto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar