BAB
II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Miksedema
adalah keadaan lebih lanjut yang diakibatkan oleh karena kadar hormon tiroid
dalam darah berkurang. Karena
kurang aktifnya kelenjar tiroid dalam menghasilkan hormon tiroid atau hormon
tiroid yang dihasilkan terlalu sedikit (Hipotiroidisme) pada orang dewasa. Miksedema merupakan
bentuk hipotiroid terberat, pasien menjadi letargi dan bisa berlanjut pada keadaan
stupor atau Koma Miksedema (John A. Boswick, 1988).
Koma
Miksedema adalah keadaan yang mengancam nyawa yang ditandai oleh eksaserbasi
(perburukan) semua gejala hipotiroidisme
semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermia tanpa menggigil, hipotensi,
hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran yang menyebabkan koma
(Elizabeth J. Corwin, 2009).
B. Etologi
Banyak kasus koma miksidema
dilatarbelakangi karena Hipotiroidisme berat, pembedahan kelenjar tiroid, atau
karena pengaruh radioaktif yodium pada pengobatan gangguan tiroid.
Koma miksidema diakibatkan oleh
malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Apabila disebabkan oleh
malfungsi Kelenjar Tiroid, maka kadar Hormon Tiroid (HT) yang rendah
akan disertai oleh peningkatan kadar Tiroid Stimulating Hormon (TSH) dan Tiroid
Releaxing Hormon (TRH) karena tidak adanya umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis
anterior dan hipotalamus. Apabila
hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah
disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena tidak
adanya umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT. Hipotiroidisme yang
disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH,
dan TRH. Penurunan Hormon Tiroid dalam darah menyebabkan laju metabolism basal
turun, yang mempengaruhi semua sistem tubuh.
Faktor
yang memicu terjadinya koma miksidema secara tiba-tiba terutama pada penderita
hipotiroidisme, antara lain :
1.
Obat-obatan (sedative,
narkotika, dan obat anesthesi).
2.
Faktor
infeksi.
3.
Stroke.
4.
Trauma.
5.
Gagal Jantung.
6.
Perdarahan saluran
pencernaan.
7.
Hypotermia
8.
Kegagalan pengobatan
gangguan kelenjar tiroid.
C.
WOC (Web Of Caution)
Peningkatan CO2
dalam tubuh
|
Mal fungsi hormon tiroid
|
-
Pengangkatan
kelenjar tiroid
-
Pengobatan
tirotoksikosis
-
Infeksi
kelenjar tiroid
-
Atropi kelenjar
tiroid
|
HIPOTIROID
|
Penurunan suhu tubuh
|
hipotermia
|
Pada
Sistem Kardiovaskuler
|
Terjadi penurunan laju metabolisme
|
Dampak
bagi tubuh
|
Kegagalan
pengobatan dan kerusakan sentesis hormon tiroid
|
Peristaltik turun
|
Distensi abdomen
|
konstipasi
|
MK : Gangguan Eliminasi Alvi
|
|
anoreksia
|
MK : Gangguan Pemenuhan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
Tubuh
|
Nafsu makan turun
|
Sianosis
|
Ke perifer
|
Penurunan suplai darah ke tubuh
|
Penurunan kontraksi jantung
|
CO turun
|
Bradikardi
|
Peredaran darah terganggu
|
Suplai darah ke otak dan perifer turun
|
Ke Otak
|
Gagal jantung
|
Sekresi urine turun
|
Ginjal
|
Suplai darah ke tubuh turun
|
KOMA MIKSEDEMA
|
Sesak nafas
|
Suplai O2 ke otak dan perifer terganggu
|
Hipoventilasi
|
Ke otak
|
Letargi / Stupor
|
MK : Perubahan Pola Nafas Inefektif
|
MK : Resti Cedera pada Otak
|
Pada
Sistem pernafasan
|
MK : Perubahan Perfusi Cerebral
|
MK : Gangguan
Eliminasi Uri
|
MK : Gangguan Perfusi Jaringan
|
MK : Gangguan
Termoregulasi
|
Malas aktivitas
|
MK : ADL Terganggu
|
MK : Gangguan Mobilitas Fisik
|
Kelemahan fisik
|
D. Gambaran
Klinis
1.
Sistem neuromuskuler
terjadi kelambanan, perlambatan daya pikir, dan gerakan yang lambat dan
canggung
2.
Sistem Kardiovaskuler,
terjadi penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung (jantung
miksedema), dan penurunan curah jantung
3.
Pembengkakkan dan edema
kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki.
4.
Penurunan kecepatan metabolisme,
penurunan kebutuhan kalori
5.
Penurunan
nafsu makan
dan penyerapan zat gizi dari saluran cerna.
6.
Sistem
pencernaan terjadi konstipasi
7.
Sistem pernafasan,
terjadi sesak nafas saat aktifitas, pembengkakan pada lidah dan apnea pada
tidur yang diamati.
8.
Perubahan-perubahan
dalam fungsi reproduksi siklus menstruasi menjadi tidak teratur bagi perempuan.
Kesulitan dalam hamil dan wanita hamil mungkin keguguran.
9.
Kulit kering dan
bersisik serta rambut kepala, alis tumbuh tipis, rapuh dan mudah rontok
10.
Akibat lebih jauh
karena hipotirodisme ini adalah keadaan yang disebut miksidema yang ditandai
muka oedema terutama pada sekitar bibir, hidung dan kelopak mata, terjadi
bradikardia, hypotermia tanpa menggigil, hypotensi, hypoventilasi dan penurunan
kesadaran sampai koma. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberi hormon
tiroid dan stabilisasi semua gejala.
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah yang mengukur kadar
Hormon Tiroid (T3 dan T4), Tiroid Stimulating Hormon, dan Tiroid Releasing
Hormon akan dapat mendiagnosis kondisi dan lokalisasi masalah di tingkat
susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid. Pemeriksaan laboratorium untuk
mengetahui fungsi tiroid biasanya menunjukkan:
1.
T4 serum rendah, TSH
meningkat
2.
Respon dari TSH ke TRH
meningkat
3.
Cholesterol meningkat
4.
Hiponatremia,
konsentrasi pCO2 meningkat (Hipoksemia)
5.
Pemeriksaan rontgen
dada bisa menunjukkan adanya pembesaran jantung.
6.
Pemeriksaan EKG dan
enzim-enzim jantung diperlukan untuk mengetahui adanya gangguan fungsi jantung.
Pemeriksaan
fisik menunjukkan tertundanya pengenduran otot selama pemeriksaan refleks.
Penderita tampak pucat, kulitnya kuning, pinggiran alis matanya rontok, rambut
tipis dan rapuh, ekspresi wajahnya kasar, kuku rapuh, lengan dan tungkainya
membengkak serta fungsi mentalnya berkurang. Tanda-tanda vital menunjukkan
perlambatan denyut jantung,tekanan darah rendah dan suhu tubuh rendah.
F. Penatalaksanaan
v Farmakoterapi : Dengan pemberian/penggantian hormon tiroid
v Diet rendah kalori
v Bila koma disebabkan karena kanker atau tumor sistem
saraf pusat dilakukan kemoterapi atau radiasi.
v Hipotermia harus dihindari dengan memakai selimut yang
tebal, suhu ruangan hangat.
v Hiponatremia dan hipoglikemia sering terjadi, dan harus
diobati dengan benar. Misalnya dengan pemberian cairan infus yang mengandung
dextrose.
iksedema / Koma miksedema
adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh eksaserbasi (perburukan)
semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa menggigil, hipotensi,
hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga koma.
Penatalaksanaan dilakukan untuk stabilisasi semua gejala dan mencegah
terjadinya kematian. Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedema), obat yang
diberikan antara lain :
1.
500 μg
tiroksin i.v sesegera mungkin diikuti dengan
2.
100 μg T4 setiap
hari
3.
Hidrocortison
100 μg i.v tiap 8 jam
G. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Kasus Miksedema
1.
Pengkajian
Dampak
penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, okarena itu penting yang menggali sebanyak mungkin informasi antara lain :
a. Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita
penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit
yang sama.
b. Kebiasaan hidup sehari-hari, meliputi :
1) Pola makan
2) Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
3) Pola aktivitas.
c. Tempat tinggal klien sekarang dan pada waktu balita.
d. Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh, seperti :
1) Sistem pulmonari.
2) Sistem pencernaan.
3) Sistem kardiovaslkuler.
4) Sistem muskuloskeletal.
5) Sistem neurologik dan Emosi/psikologis.
6) Sistem reproduksi.
7) Metabolik
e. Pemeriksaan fisik mencakup :
1) Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema sekitar
mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah
tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban. Postur tubuh keen dan
pendek. Kulit kasar, tebal dan berisik, dingin dan pucat.
2) Nadi lambat dan suhu tubuh menurun.
3) Perbesaran jantung.
4) Disritmia dan hipotensi.
5) Parastesia dan reflek tendon menurun.
6) Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan sasial
dengan lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga mengeluh klien
sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari.
2.
Diagnosa
Dan Intervensi
a.
Intoleran
aktivitas berhubungan dengan. kelelahan dan penurunan proses kognitif.
Tujuan : Meningkatkan
partisipasi dalam aktivitas dan kemandirian.
Intervensi :
1) Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat
dan latihan yang dapat ditolerir.
Rasional : Mendorong
aktivitas sambil memberikan kesempatan untuk mendapatkan istirahat
yang adekuat.
2) Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam
keadaan lelah.
Rasional : Memberi
kesempatan pada pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri.
3) Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktifitas yang tidak
menimbulkan stress.
Rasional : Meningkatkan
perhatian tanpa terlalu menimbulkan stress pada
pasien.
4) Pantau respons pasien terhadap peningkatan aktititas.
Rasional : Menjaga
pasien agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan atau kurang.
b. Perubahan suhu tubuh.
Tujuan : Pemeliharaan suhu
tubuh yang normal.
Intervensi :
1)
Berikan
tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut.
Rasional : Meminimalkan
kehilangan panas.
2)
Hindari
dan cegah penggunaan sumber panas dari luar (misalnya, bantal pemanas,selimut
listrik atau penghangat).
Rasional : Mengurangi
risiko vasodilatasi perifer dan kolaps vaskuler.
3)
Pantau suhu
tubuh pasien dan melaporkan penurunannya dari nilai dasar suhu normal
pasien.
Rasional : Mendeteksi
penurunan suhu tubuh dan dimulainya koma miksedema
4)
Lindungi
terhadap pajanan hawa. dingin dan hembusan angin.
Rasional : Meningkatkan
tingkat kenyamanan pasien dan menurunkan lebih lanjut kehilangan
panas.
c. Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal
Tujuan : Pemulihan fungsi
usus yang normal.
Intervensi :
1)
Dorong
peningkatan asupan cairan.
Rasional : Meminimalkan
kehilangan panas.
2)
Berikan
makanan yang kaya akan serat.
Rasional : Meningkatkan
massa feses dan frekuensi buang air besar.
3)
Ajarkan
kepada klien, tentang jenis -jenis makanan yang banyak mengandung air
Rasional : Untuk
peningkatan asupan cairan kepada pasien agar . feses tidak keras
4)
Pantau
fungsi usus.
Rasional : Memungkinkan
deteksi konstipasi dan pemulihan kepada pola defekasi yang
normal.
5)
Dorong
klien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas toleransi latihan.
Rasional : Meningkatkan
evakuasi feses.
6)
Kolaborasi
: untuk pemberian obat pecahar dan enema bila diperlukan
Rasional : Untuk
mengencerkan feses.
d. Kurangnya pengetahuan tentang program pengobatan untuk terapi
penggantian tiroid seumur hidup.
Tujuan : Pemahaman dan
penerimaan terhadap program pengobatan yang diresepkan.
Intervensi :
1)
Jelaskan
dasar pemikiran untuk terapi penggantian hormon tiroid.
Rasional : Memberikan
rasional penggunaan terapi penggantian hormon tiroid seperti
yang diresepkan, kepada pasien
2)
Uraikan
efek pengobatan yang dikehendaki pada pasien
Rasional : Mendorong
pasien untuk mengenali perbaikan status fisik dan kesehatan yang akan terjadi
pada terapi hormon tiroid.
3)
Bantu
pasien menyusun jadwal dan cheklist untuk memastikan pelaksanaan sendiri terapi
penggantian hormon tiroid.
Rasional : Memastikan
bahwa obat yang; digunakan seperti yang diresepkan.
4)
Uraikan
tanda-tanda dan gejala pemberian obat dengan dosis yang berlebihan dan kurang.
Rasional : Berfungsi
sebagai pengecekan bagi pasien untuk menentukan apakah tujuan
terapi terpenuhi.
5)
Jelaskan
perlunya tindak lanjut jangka panjang kepada pasien dan keluarganya.
Rasional : Meningkatkan
kemungkinan bahwa keadaan hipo atau hipertiroidisme akan
dapat dideteksi dan diobati.
e.
Pola napas
tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
Tujuan :
Perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola napas yang normal.
Intervensi :
1)
Pantau
frekuensi; kedalaman, pola pernapasan; oksimetri denyut nadi dan gas darah arterial
Rasional :
Mengidentifikasi hasil pemeriksaan dasar untuk memantau perubahan selanjutnya
dan mengevaluasi efektifitas intervensi.
2)
Dorong
pasien untuk napas dalam dan batuk
Rasional :
Mencegah aktifitas dan meningkatkan pernapasan yang adekuat.
3)
Berikan
obat (hipnotik dan sedatip) dengan hati-hati
Rasional :
Pasien hipotiroidisme sangat rentan terhadap gangguan pernapasan akibat gangguan
obat golongan hipnotik-sedatif.
4)
Pelihara
saluran napas pasien dengan melakukan pengisapan dan dukungan ventilasi jika
diperlukan.
Rasional :
Penggunaan saluran napas artifisial dan dukungan ventilasi mungkin diperlukan
jika terjadi depresi pernapasan
f.
Perubahan
pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan status
kardiovaskuler serta pernapasan.
Tujuan :
Perbaikan proses berpikir.
Intervensi :
1) Orientasikan pasien terhadap waktu, tempat, tanggal dan kejadian
disekitar dirinya.Berikan stimulasi lewat percakapan dan aktifitas yang, tidak
bersifat mengancam.
Rasional :
Memudahkan stimulasi dalam batas-batas toleransi pasien terhadap stres.
2) Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa perubahan pada fungsi
kognitif dan mental merupakan akibat dan proses penyakit.
Rasional :
Meyakinkan pasien dan keluarga tentang penyebab perubahan kognitif dan
bahwa hasil akhir yang positif dimungkinkan jika dilakukan terapi yang tepat.
3.
Intervensi
Pada Kondisi miksedema / koma miksedema
a.
Pantau
pasien akan; adanya peningkatan keparahan tanda dan gejala hipertiroidisme.
1)
Penurunan
tingkat kesadaran ; demensia
2)
Penurunan
tanda-tanda vital (tekanan darah, frekuensi pernapasan, suhu tubuh, denyut
nadi)
3)
Peningkatan
kesulitan dalam membangunkan dan menyadarkan pasien.
Rasional
: Hipotiroidisme berat jika tidak ditangani akan
menyebabkan miksedema, koma miksedema dan pelambatan seluruh sistem tubuh
b.
Dukung
dengan ventilasi jika terjadi depresi dalam kegagalan pernapasan
Rasional :
Dukungan ventilasi diperlukan untuk mempertahankan
oksigenasi yang adekuat dan pemeliharaan saluran napas.
c. Berikan obat (misalnya, hormon tiroksin) seperti yang diresepkan
dengan sangat hati-hati.
Rasional :
Metabolisme yang lambat dan aterosklerosis pada
miksedema dapat mengakibatkan serangan angina pada saat pemberian tiroksin
d. Balik dan ubah posisi tubuh pasien dengan interval waktu tertentu
Rasional : Meminimalkan
resiko yang berkaitan dengan imobilitas.
e. Hindari penggunaan obat-obat golongan hipnotik, sedatif dan
analgetik
Rasional
: Perubahan pada metabolisme obat-obat ini
sangat meningkatkan risiko jika diberikan pada keadaan miksedema.
Daftar Pustaka
Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Volume 2, (Edisi 8), EGC, Jakarta.
Carpenito, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan,
(Edisi 2), EGC, Jakarta
Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta
Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan
Keperawatan, (Edisi III), EGC, Jakarta.
FKUI, 1979, Patologi, FKUI, Jakarta
Ganong, 1997, Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta
Gibson, John, 2003, Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat,
EGC, Jakarta
Guyton dan Hall, 1997, Fisiologi Kedokteran, (Edisi 9), EGC,
Jakarta
Hinchliff, 1999, Kamus Keperawatan, EGC, Jakarta
Price, S. A dan Wilson, L. M, 1995, Patofisiologi, EGC, Jakarta
Sherwood, 2001, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, (edisi 21),
EGC, Jakarta
Sobotta, 2003, Atlas Anatomi, (Edisi 21), EGC, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar