Senin, 04 Februari 2013

ASKEP HIPOGLIKEMIA



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Hipoglikemi adalah salah satu kegawatan yang mengancam bila tidak segera teratasi, dimana terjadi akibat menurunnya kadar glukosa darah kurang dari 50 mg/dl. Hipoglikemi dapat disebabkan oleh puasa, khususnya puasa yang disertai olahraga, karena olahraga meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel-sel otot. Hipoglikemia lebih sering disebabkan kelebihan dosis insulin pada pengidap diabetes dependent insulin (IDDM). Otak memerlukan glukosa darah sebagai sumber energi utama. Oleh sebab itu jika gula darah terlalu rendah maka organ pertama yang terkena dampaknya adalah sistem saraf pusat, seperti sakit kepala akibat perubahan aliran darah otak, konfusi, iritabilitas, kejang, dan koma. Selain itu, hipoglikemia juga menyebabkan pengaktifan sistem saraf simpatis yang menstimulasi rasa lapar, gelisah, berkeringat dan takikardia.
Studi yang berlangsung dari tahun 1998-2002, melibatkan 1.465 partisipan dengan DM tipe 2 dan berusia rata-rata 65 tahun yang pernah mengalami sekali atau lebih episode hipoglikemia, menunjukkan sebanyak 17% menderita demensia, dibandingkan dengan 10,3% dari mereka yang tidak ada riwayat hipoglikemia. Risiko terjadinya demensia ada 26% pada kelompok pasien yang memiliki riwayat hipoglikemia berat sebanyak 1 kali, meningkat 15% pada pasien yang memiliki riwayat hipoglikemia berat sebanyak 2 kali, dan menjadi 16% pada pasien yang memiliki riwayat hipoglikemia 3 kali atau lebih. (Soemadji 2007, 1870)
Hiperglikemi adalah suatu keadaan kadar glukosa darah yang tinggi dari rentang kadar puasa normal 120 mg/ 100 ml darah, dimana disebabkan oleh defisiensi insulin (DM tipe I), penurunan responsivitas sel terhadap insulin (DM tipe II), stres kronis, hipertiroid, serta alkoholisme. Gejala yang sering terlihat pada klien yang mengalami hiperglikemi adalah peningkatan kadar gula darah, poliuria, polipagia, polidipsi, kelemahan, BB turun, kesemutan khususnya pada ekstremitas, serta glukosuria. Penatalaksanaan hiperglikemi adalah dengan diet yang memperhatikan trilogi 3 J, latihan jasmani, serta obat-obatan.
Prevalensi penderita hiperglikemi atau Diabetes Mellitus di Indonesia adalah pada tahun 2006 mencapai 14 juta orang, dimana sebanyak 50% penderita yang sadar mengidap dan sekitar 30% di antaranya melakukan pengobatan secara teratur. Penderita Diabetes Mellitus diperkirakan akan meningkat pada tahun 2030, yaitu sebanyak 21,3 juta penderita. Sepuluh negara terbanyak menderita Diabetes Mellitus yaitu India, Cina, Amerika Serikat, Indonesia, Jepang, Pakistan, Rusia, Brazil, Italia dan Banglades, dimana lebih dari 90% menderita Diabetes Mellitus type II. (WHO, 2006).

B.     Tujuan
Tujuan Umum:   Mampu melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif pada klien dengan Hipoglikemia dan Hiperglikemia.


Tujuan Khusus :
Penulisan makalah tentang Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hipoglikemia dan Hiperglikemia ini diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk:
1.      Memahami tentang definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan diagnosa dan penatalaksanaan pada klien hipoglikemia dan hiperglikemia
2.      Memahami asuhan keperawatan pada klien dengan hipoglikemi dan hiperglikemia.

C.    Manfaat
Setelah membaca makalah tentang Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hipoglikemia dan Hiperglikemia ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1.    Dapat membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran pada khususnya dan pembaca  pada umumnya mengenai konsep dan asuhan keperawatan pada klien hipoglikemi dan hiperglikemi.
2.    Dapat menjadi referensi ilmu bagi fakultas keperawatan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A.    KONSEP HIPOGLIKEMIA
1.    DEFINISI
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah dibawah 60 mg/dl, yang merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemi oral (Hudak / Galu).
Hipoglikemia merupakan salah satu kegawatan diabetik sebagai akibat dari menurunnya kadar glukosa darah, yaitu mencapai kurang dari 50 mg/100 ml darah (Eliabeth J. Corwin, 2009 : 623). Kadar gula darah normal adalah 80-120 mg/dl pada kondisi puasa dan 100-180 mg/dl pada kondisi setelah makan. Adapun batasan hipoglikemia adalah:
·      Hipoglikemi murni : ada gejala hipoglikemi, glukosa darah < 60 mg/dl
·      Reaksi hipoglikemi : gejala hipoglikemi bila gula darah turun mendadak, misalnya  dari 400 mg/dl menjadi 150 mg/dl
·      Koma hipoglikemi : koma akibat gula darah < 30 mg/dl
·      Hipoglikemi reaktif : gejala hipoglikemi yang terjadi 3 – 5 jam sesudah makan atau terjadi sebagai reaksi terhadap karbohidrat.

2.      ETIOLOGI
a.    Puasa yang disertai dengan olahraga atau latihan fisik yang berlebihan.
Olahraga meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel-sel otot rangka
b.    Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas akibat adanya tumor atau Ca Pankreas
c.    Dosis insulin atau OAD yang diberi pada penderita diabetes terlalu tinggi,
Hipoglikemi terjadi jika dosis pemberian insulin atau obat sulfonilurea terlalu tinggi.
d.   Terlambat makan setelah pemberian insulin atau OAD.
e.    Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
Hipopituitarisme dan hipoadrenalisme mempunyai sifat penambah sensitivitas terhadap insulin
f.     Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati
Glikogen hati sangat fital dalam respon homeostasis terhadap penurunan glukosa darah. Pengurangan glikogen pada penyakit hati yang berat pada penderita diabetes merupakan sebab lain yang menambah beratnya hipoglikemi.
g.    Gagal ginjal
Ginjal normal membuang insulin sekitar 7,0 unit/hari sedangkan ginjal yang sakit berat hanya mampu membuang insulin < dari 0,5 unit/ hari.

3.      MANIFESTASI KLINIS
Gejala-gejala hipoglikemi terdiri dari 2 fase, yaitu
1.      Fase 1, gejala-gejala akibat aktivasi pusat autonom di hipotalamus sehingga hormon epinefrin dilepaskan. Gejala awal ini merupakan peringatan karena pada saat itu pasien masih sadar sehingga dapat diambil tindakan yang perlu untuk mengatasi hipoglikemi lanjut.
2.      Fase 2, gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terganggunya fungsi otak, segingga dinamakan gejala neurologis.
(Arif Mansjoer, 2001 : 603)

Gejala dan tanda hipoglikemia :
1. Gejala karena efek hipoglikemi pada saraf otonom
a.    Banyak keringat walaupun udara dingin atau berkeringat dingin
b.    Timbul rasa lapar
c.    Parestesia pada bibir dan jari
d.   Pucat
e.    Palpitasi
f.     Tremor
2. Gejala karena efek hipoglikemik pada sistem saraf pusat
a.    Penglihatan kabur dan diplopia
b.    Sakit kepala
c.    Gerakan-gerakan yang bersifat spastik
d.   Sering menguap
3. Perubahan psikis karena hipoglikemia
a.    Depresi dan iritabel
b.    Sering mengantuk tapi tidak dapat tidur pada malam hari
c.    Tidak mampu konsentrasi
4. Gejala karena efek hipoglikemi pada sistem muskular
Rasa lemah dan mudah capai selama mengerjakan kegiatan fisik
            (Moelianto et all 2001, 389)
      Sebelum gejala-gejala di atas timbul, di lepaskanlah epinefrin yang disebut sebagai gejala peringatan. Namun pada penderita hipoglikemia yang rekuren seringkali tidak mengalami gejala peringatan sebelum jatuh koma. Hal ini disebabkan karena kekurangan epineprin dalam tubuhnya. Begitu pula pada penderita diabetes yang lebih dari 10 tahun mendapatkan insulin juga sering mengeluh timbul reaksi hipoglikemik tanpa reaksi peringatan. Hal tersebut dikarenakan berkurangnya respon simpatis terhadap hipoglikemia. Pendapat lain mengatakan hal itu disebabkan adanya neuropati saraf sensorik. Bila timbul gejala tetapi penderita tidak segera mendapatkan pertolongan yang adekuat maka akhirnya penderita dapat terjatuh dalam koma.

4.      PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
·       Pemeriksaan kadar glukosa darah
Bila terdapat kadar glukosa darah di bawah 60 mg/dl. Pemeriksaan dilakukan saat sebelum dan sesudah diberikan bolus dekstrosa.
·       Pemeriksaan Urine
(Moelianto et al 2001, 391)

5.      PENATALAKSANAAN
1.      Bila klien masih dalam keadaan sadar, tindakan dapat dilakukan oleh pasien itu sendiri dengan makan roti atau pisang.
2.      Bila belum tertolong, beri klien minum teh manis, makan makanan berkarbohidrat atau bila perlu tetesi gula kental atau madu di bawah lidah.
3.      Bila pasien dalam keadaan tidak sadar (koma hipoglikemi) :
·    Injeksi glukosa 40% iv 25 ml                    infus glukosa 10%, bila belum sadar dapat diulang setiap ½ jam sampai sadar (maksimum 6 x)
·    Setelah gula darah stabil                    infus glukosa 10% dilepas                                        
               ganti glukosa 5%                   stop.
4.      Injeksi efedrin (bila tidak ada kontra indikasi : jantung) 25-50 mg atau injeksi glukagon 1 mg (IM)
Reaksi hipoglikemi harus segera di atasi dengan tujuan :
1.         Memenuhi kebutuhan glukosa otak agar tidak terjadi gangguan yang irreversible.
2.         Tidak mengganggu regulasi diabetes mellitus.
Pedoman :
1.         Peningkatan glukosa darah di arahkan ke kadar glukosa puasa, yaitu 120 mg/dl
2.         Satu flakon (25 ml) dekstrosa 40% (10 gram dekstrosa) dapat menaikkan kadar glukosa 25-50 mg/
3.         Petunjuk praktis rumus pemberian terapi adalah 3-2-1

Kadar glukosa mg/dl
Terapi
Glukosa 1 flakon (25 ml) 40 % (10 g), menaikkan kadar glukosa 25-50 mg/dl
< 30 mg/dl
Inj. Iv dekstrosa 40%, bolus 3 flakon
Rumus – 3
30 – 60 mg/dl
Inj. Iv dekstrosa 40%, bolus 2 flakon
Rumus – 2
60-100 mg/dl
Inj. Iv dekstrosa 40%, bolus 1 flakon
Rumus – 1

6.      PROGNOSIS
Keadaan hipoglikemia lebih membahayakan jika dibandingkan dengan keadaan hiperglikemia, kematian dapat terjadi karena keterlambatan dalam pengobatan. (Arif Mansjoer, 2001).

7.      KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a.          Pengkajian
1.      Keluhan Utama
Takikardi, gemetar, pandangan kabur, pusing, lapar, penurunan kesadaran.
2.      Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Hipoglikemi dapat terjadi akibat intake nutrisi yang tidak adekuat, dan olah raga yang terlalu berat. Namun mekanisme umum dan penting adalah respon terhadap terapi insulin.
3.      Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
Asupan nutrisi yang tidak adekuat, olahraga terlalu berat, dosis insulin terlalu berlebih, atau menderita penyakit Diabetes Mellitus.
4.      Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)
Anggota keluarga ada yang menderita Diabetes Mellitus.

b.   Pemeriksaan fisik
1.       System Pernafasan atau Breathing (B1)
 Takipnea, RR meningkat.
2.       System Kardiovaskuler atau Blood (B2)
Takikardi, penurunan atau peningkatan tekanan darah.
3.       System Persyarafan atau Brain (B3)
Pusing, pening, sakit kepala, gangguan penglihatan, mengantuk (somnolen), reflek menurun, stupor sampai koma.
4.       System Perkemihan atau Bladder (B4)
Pada penderita yang tidak sadar sering di jumpai menghilangnya kontrol atas otot-otot sfingter dengan akibat miksi.
5.       System Pencernaan atau Bowel (B5)
Mual muntah, rasa haus, rasa lapar, defekasi yang tidak terkontrol.
6.       System Musculoskeletal dan integument atau Bone (B6)
Lemah, penurunan kekuatan otot, kesemutan.

c. Diagnosa keperawatan
1.      Risiko cidera berhubungan dengan penurunan kesadaran
2.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik akibat peningkatan kebutuhan metabolik sekunder
3.      Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar